Lompat ke isi

Penghidoepan Radja Belgie/Bab 1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Satoe tjerita jang betoel
telah kadjadian di
Europa.

PENGHIDOEPAN RADJA BELGIE I.



Ditjeritaken
oleh :
TJOE BOU SAN.
BATAVIA
DRUKKERIJ SIN PO
1913

Pembagian Buku Penghidoepan Radja Belgie Berdasarkan bab

Bab 1 | Bab 2 | Bab 3 | Bab 4 | Bab 5 | Bab 6 | Bab 7 | Bab 8 | Bab 9 | Bab 10 | Bab 11 | Bab 12 | Bab 13 | Bab 14 | Bab 15 | Bab 16 | Bab 17 | Bab 18 | Bab 19 | Bab 20 | Bab 21 | Bab 22 | Bab 23 | Bab 24 | Bab 25 | Bab 26 | Bab 27 | Bab 28 | Bab 29 | Bab 30

I.


„Sri padoeka, kaoe barangkali loepah jang badanmoe boekan berasal dari besi atawa wadja!”

„O, toewan doktor, kaloe kaoe bisa menimbang, bagimana haibat adanja ini kasoesahan jang menimpah akoe, nistjaja kaoe tida nanti kata demikian. O, Alah, Alah! kasiani akoe, ampoenilah padanja!”

„Biar bagimana djoega, Sri padoeka, kaoe misti sedikit senangken diri, soepaja kaoe tida toeroet-toeroetan mendjadi sakit.”

„Bener, Sri padoeka, kaoe misti sedikit mengasoh! Kita-orang nanti lantas panggil padamoe, bilah ada sedikit sadja hal jang tida enak,” berkata Barones de Meaublanc, kamoedian laloe pegang tangan sobatnja, dan saparo menjongkoh, ia pimpin kaloear dari kamar.

Lagi sakali ia melolosken diri, dan mengamperi poelah randjang, dimana djantoeng hatinja jang baroe beroesia sapoeloe tahon, Graaf van Henegouwen, ada rebah dengen moeka poetjat sabagi mait. Ia pegang tangannja jang telah mendjadi koeroes sekali, kamoedian sembari mengoesoet-ngoesoet, ia menjioem dengen hati hantjoer. Satelah itoe ia tjenderongken badannja, dan berkata dengen soeara berbisik:

„Slamat tinggal, biarlah kaoe diberkati Alah !”

Koetika itoe Barones de Meaublanc mengamperi poelah padanja, mengadjak kaloear pintoe, meliwati gang, teroes ka kamarnja sendiri.

„Sekarang, tinggali akoe sendirian, dan pergilah ka kamarnja si sakit, sobat!” kata poelah orang bertjilaka itoe dengen soeara memoehoen. „Aken tetapi, berdjandjilah, jang, asal sadja ada sedikit hal jang tida baek, kaoe lantas kasi taoe itoe padakoe.”

„Itoe kaoe boleh pertjajaken sadja padakoe, Sri padoeka, dan senangi kaoe poenja badan!”

„Baek, akoe nanti tjoba rebaken diri. Aken tetapi . . . . . o, sobat, akoe ini sabagi merasaken tida poenja kapala lagi. Samoewa barang di sakitarkoe ada kaliatan seperti terpoeter, dan akoe ada merasa begitoe tjape, hingga akoe sendiri tida mengarti, tjara bagimana sampe sekarang akoe masi bisa tinggal hidoep.” Barones bongkoki badannja, kamoedian lantas berlaloe dari itoe kamar.

Sekarang tinggallah si tjilaka itoe sendirian, dalem kamarnja di astana kota Laeken. Kamar itoe dihiasi sederhana sekali, tapi ada menoeroet satjara bangsawan. Dan di sitoelah permeisoeri dari karadjahan Belgie rebaken dirinja diatas satoe divan, sembari menoetoepi moeka dengen kadoewa bahoe tangannja.

Ia bersedoe-sedoe, seraja berkata dengen soeara poetoes-poetoes:

O, Alah, A . . . lah! ka . . . soe . . . sa . . . han ini, a . . . da . . . lah ter . . . la . . . loe berat aken a . . . koe pi . . . koel le . . . bi la . . . ma la . . . gi! Ka . . . sia . . . ni a . . . koe, am . . . poe . . . ni . . . lab pa . . . da . . . nja!”

Ia tjoba lagi boeat loepaken samoewa perkara, soepaja bisa dapet sedikit mengasoh dari itoe pikoelan berat, jang berada atas toeboe dan anggotanja, tapi . . . siasia!

Pikiran mengeri sanantiasa dateng poelah padanja, maski poen ia maoe trima atawa tida. Rasa kaget sabentar-bentar balik menggoda, seperti adanja kabar kawat mengetok-ngetok hatinja, mengoetaraken tjilakahan haibat sekali, jang ia tida nanti sanggoep pikoel dengen tida bergoemeter sa’antero toeboe!

Doeloe, bagimana broentoeng ia pernah dapet pengrasahan, tatkalah ia moendar-mandir di djalanan Brussel, dengen terpimpin oleh satoe anak moeda jang bersingkap gaga. Itoe waktoe bagimana ia rasaken santausa bagi dirinja, apabilah ia djalan berėndeng dengen itoe orang jang tjakap, pada siapa sembarangan waktoe ia boleh harep perlindoengannja. Dan bagimana ia rasaken tjinta pada itoe anak moeda, itoe hertog van Brabant, jang sanantiasa ia boleh memanggil dengen goenaken perkatahan soeami.

Soeami itoe sekarang telah mendjadi radja. Dan alangkah girangnja, koetika ia melahirken satoe anak, satoe poetra, jang kamoedian nanti menggantiken ajahnja, memake makota karadjahan Belgie.

Kaloe maoe ditilik dengen benar, memang boleh ditentoeken, ia ada menjinta djoega pada tiga anak prampoeannja, aken tetapi jang paling mendjadi boewa hatinja, jalah poetra makota sendiri.

Roepanja ada banjak sekali mirip sama ajahnja, dan boleh djadi lantaran ini, jang membikin iboenja djadi terlebi tjinta padanja.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Djoega dalem katjerdikan, poetra ketjil itoe boleh sekali dibandingken dengen orang toewanja. Goeroe-goeroe jang membri peladjaran, sanantiasa ada oeroeki ia dengen berbagi-bagi poedjian, hingga ba­rangkali djoega nanti terdjadi dengen sasoenggoenja, poetra makota itoe ada mendjadi besar goena bahagianja ia poenja rahajat, dan mendjadi satoe antara radja­-radja jang paling bidjaksana dalem temponja hidoep.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Permeisoeri dari karadjahan Belgie, sa­nantiasa ada mengimpi dalem perkara jang sedep sekali boeat anaknja, hingga ampir boleh dibilang, poetra makota itoe nanti mendjadi broentoeng sekali, begitoe broentoeng seperti satoe antara radja-radja jang paling broentoeng dalem hidoepnja di doenia.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aken tetapi, baroe sadja mendjadi poetra makota, baroe ia sendiri ada itoe harga aken dipanggil orang, permeisoeri dari ka­radjahan Belgie, dengen tida ternjana se­kali, itoe goenoeng pengharepan lantas tertoetoep dengen mega itam, dan tanahnja sabentar-bentar goegoer ka moeka boemi. Dengen tjara begini, siapatah bisa pastiken, jang ia tida nanti silam dengen sa'antero toeboenja dari ini doenia?
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Itoe anak, jang tadinja sanantiasa ada bergirang, dan jang bisa bikin iboenja djadi bersenjoem serta tertawa lantaran ia poenja tingka jang moengil, sekarang ada mendjadi lesoe sabagi adanja orang jang tida tahan bernapas lebi lama lagi, hingga dengen troesa sangsi orang boleh bilang, itoe poetra makota jang rebah di pembaringan seperti orang sakit, tida lebi ka'adahannja dari bajangan Graaf van Henegouwen, jang bisa sekali membri harepan besar pada

iboenja.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Doktor-doktor tida bisa mendapet taoe apa jang mengganggoe penghidoepannja, atawa, maski poen ia taoe itoe, boleh ditentoeken sekali, marika tida nanti mem­bri njata, hanja saban-saban mengasi sadja

harepan baroe, jang boleh diboeat seperti penghiboer bagi sang iboe jang berdoeka.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aken tetapi, kasian sekali permeisoeri kita, jang saban saban misti merasa koe­rang pertjaja atas benarnja itoe hiboeran, apabilah ia pergi sabentaran, dan salaloe baliknja, dapet meliat moeka djantoeng hatinja samingkin djadi poetjat. Samoewa, apa sadja soeda ditjoba, tida satoe hal ada diloepa boeat toeloeng membikin semboe pada poetra makota. Tapi tida jang membri hasil baek, dan sekarang . . . . . sekarang . . . . . Betoel sabagi adjalnja soeda berada dekat sekali!

Itoe boengah jang telah dirawati dengen begitoe banjak rasa sajang, sekarang ada bersedia boeat lajoe dan mendjadi kering. Roepanja, adalah sabagi aer mata djoega tida bisa toeloeng, membikin seger kombali. Maski poen benar toewan-toewan doktor belon maoe tarik perkatahannja jang minta orang taro harepan, tapi tidalah membikin permeisoeri kita mendengeri dengen pertjaja, kerna ia liat dan rasaken sendiri, impiannja jang begitoe bagoes, aken berlaloe sadja seperti asep dalem gelap goelita.

„O, Alah, Alah!” berseroe ia dengen tersedoe-sedoe, „kasoesahan ini adalah terlaloe berat! Kasiani akoe, ampoeni padanja!”

Kapalanja dirasaken seperti terbanting-banting, tempilingannja kiri kanan sabagi terdjepit. Tida, ia tida bisa senangken diri, djoega ia merasa tida enak sekali, berdiam di itoe kamar, salagi di sana, di laen tempat . . . . . Pintoe kamar koenjoeng-koenjoeng terboeka dengen sanget plahan. Satoe tangan laloe memboeka klamboe, hingga permeisoeri kita mendjadi kaget, dan angkat kapalanja.

„O, Leopold! Leo!”

Kamoedian sigra ia berbangkit dari itoe divan, dan lepasken diri dalem tangannja ia poenja soeami.

„Tegoeken kaoe poenja hati!” kata ba­ginda, „tahanlah sabrapa jang kaoe bisa! Djoega akoe ada merasa tida enak sekali, dan . . . . .”

Soearanja seperti ada tertahan di tenggorokan, hingga sigra permeisoeri bisa merasaken, soeaminja jang gaga, jang sanantiasa ada poenja kahendak sabagi goenoeng jang tida bisa dikisar, ada memaksaken diri aken tinggal djadi laki-laki, sedeng sabenarnja ia ada menanggoeng berat sekali, kasoesahan jang dateng menimpah dalem itoe samantara waktoe. Ini membikin itoe iboe jang bertjilaka djadi kwatir sekali, dan dengen tida tahan sabar, ia laloe menanja:

„Bagimana? Apatah jang telah terdjadi padanja?”

„Ka'adahannja tida sekali ada berobah, kata toewan-toewan doktor.”  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tapi, apatah masi boleh diharep, ia nanti mendjadi semboe? Atawa, barang­ kali soeda dekat adjalnja?”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sabar, sabar . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Djangan bitjara pandjang, Leo! Djawab sadja: Apa kita masi boleh harep, ia nanti mendjadi semboe kombali? Hajo, hajo! bilang padakoe ! O, Leo, katahoeilah bagimana adanja dengen akoe sekarang, bagimana ingetankoe ampir mendjadi hilang sama sekali, dan . . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sabar, sabar, dan tegoekenlah hatimoe! Salama manoesia masi ada poenja napas, sanantiasa kita masi boleh berharep . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Memang, aken tetapi itoe tjoema satoe omongan sadja, satoe bitjara jang boleh membikin orang djadi gila! Kaloe orang jang sakit poenja toeboe samingkin djadi lemah, matanja poenja sinar jang menandaken hidoep djadi samingkin lesoe dan boetak, nistjaja harepan itoe poen silam bersama-sama . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara itoe kadoewanja lantas ber­diam.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Permeisoeri awasi soeaminja dengen me­ngembang aer di mata, kamoedian laloe berkata lagi:
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Mengapa kaoe berdiam, Leo?”  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Tapi baginda tida menjaoet, dan ber­paling aken permeisoeri tida dapet liat ia poenia aer moeka.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hajo, Leo, teroesilah kaoe poenja bitjara, jang soeda ditinggal satengah djalan. Hiboeri padakoe, kaloe kaoe masi ada poenja perkatahan.”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe sendiri ada merasa soesa hati se­kali,” kata baginda dengen bersedoe-sedoe.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Djadi . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Soeda tida goena! Samoewa telah sampe pada achirnja . . . Djantoeng hati kita ...”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Soeda tida bernjawa lagi!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Satelah itoe soeami dan istri lantas ber­diam seperti patoeng. Masing-masing melepasken dirinja dengen berpegangan tangan satoe sama laen. Dari roepanja ada membri njata sekali, kadoewa orang itoe kenah kalanggar kilat kasedihan, jang malaenkan bisa dibikin semboe dengen menoeroeni aer jang deres sekali sabagi oedjan.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Denger,” kata permeisoeri sakoenjoeng-koenjoeng, sabagi tingkanja orang jang berpikiran senang, dan tarik soeaminja lebi dekat pada diri sendiri.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Baginda menoeroet sadja seperti anak ketjil, ia, saorang gaga, jang telah tetapken niatnja, tida nanti menjerah diseret ombak, hanja berdiri sabagi satoe karang ditengah-tengah laoetan politiek, sembari sanantiasa goenaken mata boeat kaslamatan rahajat.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Denger, akoe ini hendak tjeritaken satoe impian, jang sanget ngeri dan haibat. Me­mang, akoe poen pernah mendenger orang berkata, impian tida boleh dipertjaja, dan akoe ada satoedjoe sekali dengen itoe perkatahan. Aken tetapi di doenia ini jang sanget loewas, adalah satoe matjem impian jang haibat, hingga akoe sendiri misti rasa mengeri . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Salagi bitjara, soearanja permeisoeri ada terdenger seram sekali, sedeng roepanja poen djadi berobah tatkalah mengatoer omongan. Baginda mengawasi sadja pada istrinja. Matanja permeisoeri ada terliat satoe sinar jang begitoe loear biasa, hingga membikin baginda djadi kaget, dan minggir ka samping.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Aken tetapi, Maria, kaoe mengapa? Kaoe bertingka begitoe aneh, hingga mem­bikin akoe . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Diam, Leo!” berkata permeisoeri sem­bari menoetoep moeloet soeaminja dengen tangan. „Dengerlah! Akoe nanti tjerita­ken padamoe . . . . . „Meaublanc batja boekoe. Akoe mendengeri . . . . . Koetika ia soeda berlaloe, dan akoe tinggal sendirian dalem kamarkoe, akoe dapet meliat dengen njata, dari tempat remĕng-remĕng, kaloear satoe manoesia dari laen doenia, sebab roepa dan gerak-gerakannja ada loewar biasa sekali. Akoe djadi sanget katakoetan, dan maoe bertreak, tapi tida bisa . . . Dalem samantara itoe adalah sabagi tenggorokankoe ditjekek oleh tangan jang keras sabagi besi . . . Achir-achir djelemah itoe dateng samingkin dekat, dan berdiri di hadepan akoe poenja pembaringan. Apa ia adasatoe laki-laki atawa prampoean, itoe akoe tida bisa bilang dengen terang. Akoe tjoema meliat sadja doewa matanja jang berkilat-kilat seperti api, tapi roepanja adalah sabagi mata manoesia . . . . .

„Kamoedian djelemah itoe mengangkat tangannja, jang moengil dan poeti sekali, njata kaliatan dalem gelap goelita. Moekanja ia tjenderongken padakoe . . . Itoe waktoe akoe rasaken sa’antero badan mendjadi kakoeh seperti mait . . . akoe sabagi mati, tapi masi bisa mendenger, mendenger, dan djoega meliat.

„Djelemah itoe bongkoki badannja, hingga achir-achir mendjadi dekat sekali dengen akoepoenja koeping . . . Akoe rasa­ken ia poenja tarikan napas, dan sa'antero toeboe djadi goemeter, tapi lebi dari itoe poen akoe tida bisa berboeat apa-apa lagi . . .

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Satelah itoe terdenger di koepingkoe, satoe soeara jang seram sekali, berbisik katanja; „Kaoe djadi permeisoeri, tapi kaoe tinggal djadi manoesia. Sabagi per­meisoeri kaoe nanti ditjinta oleh sakalian rahajat negri, kerna kaoe nanti berboeat kabaekan, kaoe aken djadi satoe permei­soeri jang berboedi, sabagimana tida banjak laen-laen permeisoeri bisa lakoeken . . . Tapi seperti manoesia, kaoe aken tanggoeng banjak kamalaratan. Tida satoe kasoesahan nanti bisa terloepoet dari kaoe poenja diri! Diatas kaoe poenja astana adalah

satoe matjem mega jang mengambang. Mega itoe achir-achir nanti membikin mendoeng, dan toeroeni oedjan katjilakahan jang haibat sekali atas kaoe poenja diri. Kaoe poenja roemah tangga ada terkoetoek, dan anak anakmoe tida nanti samboengi doedoek di tachta karadjahan . . . . .”

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Bitjara sampe di sini, permeisoeri itoe berdiam sabagi boneka jang soeda tida tjoekoep kaki tangannja.  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sri baginda ada mendengeri dengen rasa takoet, tapi kamoedian laloe berkata:
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Itoe ada satoe perkara, jang kaloe dipikiri, boleh membikin orang djadi gila. Maka poen akoe tida maoe pertjaja, itoe hal jang boekan-boekan.”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Tapi tida terkira toeboenja ada djadi goemeter, dan tida dengen maoenja hati sendiri, ia telah meliat koeliling dalem kamar, sabagi hendak mentjari itoe barang resia, jang aken membikin ia djadi tjilaka.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara itoe permeisoeri laloe berbangkit. Dari gerak-gerakannja ada menjataken, sabagi kakoewatan badannja dengen koenjoeng-koenjoeng soeda balik kombali. Seperti terbantoe iblis, ia itoe djadi gaga sekali, sedeng soeaminja sanget lemah, sabagimana bisa terliat, ia doedoek diatas divan dengen tida sekali bergerak.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hajo,” berkata permeisoeri, „kita-orang misti berlaloe dari sini!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dengen mata terboeka besar, tapi ada njata mengandoeng takoet, baginda me­ngawasi pada istrinja.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Apatah ia ada itoe prampoean, jang tad berhati hantjoer sekali, jang bebrapa sa'at laloe ada rebaken diri dalem tangannja baginda, aken bersedoe-sedoe lantaran tida tahan tanggoeng kasoesahan?
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Maria!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Permeisoeri tida mendjawab, hanja ber­kata poelah:
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hajo, Leo! kita-orang misti lekas berlaloe dari sini, dari ini roemah, jang soeda tida ada berkahnja Alah!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Pergi ka mana?”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Eh,  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]boekankah ia soeda mati? Apatah Sri padoeka barangkali tida taoe, jang poetra makota soeda tida ada lagi di doenia?”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sekarang baroe baginda mengarti. Iboenja poetra makota ada terlaloe lemah, aken memikoel itoe kasoesahan jang terdjadi di hadepan matanja.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tentoe, kita-orang nanti berlaloe dari sini!” berkata baginda kamoedian, aken menghiboeri pada istrinja.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Satelah itoe laloe ia adjak permeisoeri meliat anaknja, dengen harepan, bilah soeda banjak mengoetjoerken aer mata, iboe jang bertjilaka itoe nanti mendjadi sedikit senangan.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sigra kadoewa orang itoe berdjalan kaloear: baginda pimpin tangan istrinja, per­meisoeri menoeroet sadja ditoentoen sabagi satoe domba.  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Barones de Meaublanc laloe dateng mengamperi padanja, sembari tersedoe-sedoe.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sri padoeka . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Diam,” kata baginda. „Permeisoeri ingin meliat poetra makota boeat pengha­bisan kali.”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Boeat penghabisan kali? Tapi . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Baek permeisoeri, baek poen baginda, tida maoe mendenger bitjaranja barones, hanja lantas masoek kadalem kamar.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Mana poetra makota?” tanja permei­soeri kamoedian pada doktor, jang berdiri di dekat randjang mait.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Toewan itoe meliat sabentaran pada baginda, kamoedian laloe berkata dengen bongkoki diri:
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Di sini, Sri padoeka!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara itoe si tjilaka moendoer bebrapa tindak, sembari kempit tangan soeaminja.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Di sitoe?”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Perkatahan itoe ada dioetjapken sabagi lakoenja orang poetoes harepan, jang ampir loepa diri sendiri.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„O, Alah, Alah!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Demikianlah permeisoeri berseroe dengen tersedoe-sedoe. Aer matanja toeroen sabagi oedjan jang deres.

Baginda Leopold II, Sri Maha Radja Belgie.
(katja 18).

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Djantoeng hati! Djantoeng hati! Hajo, liatlah padakoe! Akoe ini ada kaoe poenja iboe, orang jang paling tjinta padamoe!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aken tetapi, tida satoe soeara ada terdenger menjaoet atas itoe seroehan. Samoewa tinggal soenji sabagi ka'adahan didalem koeboer. Sedeng djoega poetra makota, tida sekali ada kaliatan bergerak : sa'antero toeboe dan anggotanja telah mendjadi kakoeh ... ia soeda mendjadi mait!
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sri padoeka!”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Begitoe dengen sakoenjoeng-koenjoeng ada terdenger soearanja Barones de Meaublanc.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Tapi permeisoeri tida menjaoet, hanja tinggal awasi pada barones dengen mata jang menandaken hantjoernja hati.
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sri padoeka, baginda menoenggoe kaoe poenja dateng dalem kamar di sablah ini.”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe kenal itoe kawadjiban!” berkata permeisoeri kamoedian dengen soeara didalem leher. „Apabilah radja panggil ... Djantoeng hati, slamat tinggal! Satoe per­kara laen memaksa akoe berpisa pada­moe . . . . .”
 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Satelah itoe laloe ia berbangkit, terban­toe oleh Barones de Meaublanc dan toewan doktor.  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Slamat tinggal, slamat tinggal!” kata ia poelah dengen soeara berbisik, samantara ia toeroet orang pimpin padanja kaloear kamar.
_______________