Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015/Lampiran
Karya ini berada pada domain publik di Indonesia, karena tidak dilindungi hak cipta berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Tidak ada Hak Cipta atas:
- hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
- peraturan perundang-undangan;
- pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
- putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
- kitab suci atau simbol keagamaan.
Karena merupakan dokumen resmi pemerintahan, karya ini juga berada pada domain publik di Amerika Serikat.
I. PEMAKAIAN HURUF
[sunting]A. Huruf Abjad
[sunting]- Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
Huruf Nama Pengucapan Kapital Nonkapital A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Za
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
za
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zeta
bé
cé
dé
é
èf
gé
ha
i
jé
ka
èl
èm
èn
o
pé
ki
èr
ès
té
u
vé
wé
èks
yé
zèt
B. Huruf Vokal
[sunting]- Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Misalnya Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir a
e*
i
o
uapi
enak
ember
emas
itu
oleh
ulangpadi
petak
pendek
kena
simpan
kota
bumilusa
sore
-
tipe
murni
radio
ibu
- Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya:
- Anak-anak bermain di teras (téras).
- Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya:
- Kami menonton film seri (sèri).
- Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. - Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
- Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
- Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
[sunting]- Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Misalnya Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q*
r
s
t
v
w
x*
y
zbahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
qariah
raih
sampai
tali
variasi
wanita
xenon
yakin
zenisebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
tanah
apa
iqra
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazimadab
-
abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
akal
diam
daun
siap
-
putar
tangkas
rapat
molotov
takraw
-
-
juz
- Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
D. Huruf Diftong
[sunting]- Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Huruf Vokal Misalnya Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir ai
au
ei
oi-
autodidak
eigendom
-balairung
taufik
geiser
boikotpandai
harimau
survei
amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
[sunting]- Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan Misalnya Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir kh
ng
ny
sykhusus
ngarai
nyata
syaratakhir
bangun
banyak
musyawarahtarikh
senang
-
arasy
F. Huruf Kapital
[sunting]1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
- Apa maksudnya?
- Dia membaca buku.
- Kita harus bekerja keras.
- Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:
- Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Halim Perdanakusumah
- Wage Rudolf Supratman
- Jenderal Kancil
- Dewa Pedang
- Alessandro Volta
- André-Marie Ampère
- Mujair
- Rudolf Diesel
Catatan: (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
- ikan mujair
- mesin diesel
- 5 ampere
- 10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas. Misalnya:
- Abdul Rahman bin Zaini
- Siti Fatimah binti Salim
- Indani boru Sitanggang
- Charles Adriaan van Ophuijsen
- Ayam Jantan dari Timur
- Mutiara dari Selatan
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
- Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
- Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
- "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
- "Besok pagi," kata dia, "mereka akan berangkat."
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Kristen
HinduAlquran
Alkitab
WedaAllah
TuhanAllah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
- Sultan Hasanuddin
- Mahaputra Yamin
- Haji Agus Salim
- Imam Hambali
- Nabi Ibrahim
- Raden Ajeng Kartini
- Doktor Mohammad Hatta
- Agung Permana, Sarjana Hukum
- Irwansyah, Magister Humaniora
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
- Selamat datang, Yang Mulia.
- Semoga berbahagia, Sultan.
- Terima kasih, Kiai.
- Selamat pagi, Dokter.
- Silakan duduk, Prof.
- Mohon izin, Jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Perdana Menteri Nehru
- Profesor Supomo
- Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
- Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
- Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
- Gubernur Papua Barat
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
- bangsa Indonesia
- suku Dani
- bahasa Bali
Catatan:
- Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
- Misalnya:
- pengindonesiaan kata asing
- keinggris-inggrisan
- kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
hari Lebarantarikh Masehi
bulan Maulid
hari Galungan
hari Natalb. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:- Konferensi Asia Afrika
- Perang Dunia II
- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
- Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
- Misalnya:
- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:Jakarta
Pulau Miangas
Bukit Barisan
Dataran Tinggi Dieng
Jalan Sulawesi
Ngarai Sianok
Selat Lombok
Sungai Musi
Teluk Benggala
Terusan Suez
Gang KelinciAsia Tenggara
Amerika Serikat
Jawa Barat
Danau Toba
Gunung Semeru
Jazirah Arab
Lembah Baliem
Pegunungan Himalaya
Tanjung Harapan
Kecamatan Cicadas
Kelurahan RawamangunCatatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:berlayar ke teluk
menyeberangi selatmandi di sungai
berenang di danau(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:- Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
- Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis. - Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
- Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.
- Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya :Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
- Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
- Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:S.H.
S.K.M.
S.S.
M.A.
M.Hum.
M.Si.sarjana hukum
sarjana kesehatan masyarakat
sarjana sastra
master of arts
magister humaniora
magister sainsK.H.
Hj.
Mgr.
Pdt.kiai haji
hajah
monseigneur
pendetaDg.
Dt.
R.A.
St.
Tb.daeng
datuk
raden ayu
sutan
tubagusDr.
Prof.
Tn.
Ny.
Sdr.doktor
profesor
tuan
nyonya
saudara13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: - "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan.
- Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
- "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
- Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
- "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
- "Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:- Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
- Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:- Sudahkah Anda tahu?
- Siapa nama Anda?
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:- Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
- Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
- Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
- Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:- Huruf terakhir kata abad adalah d.
- Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
- Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
- Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:- Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing berkunjung ke Aceh.
- Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
- Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
- Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring. (2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah. (3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:- Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
- Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa standar dan ratusan bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris—membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut. 1.1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia. 1.1.2 Masalah Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
- Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
- Misalnya:
- Kantor pajak penuh sesak.
- Saya pergi ke sekolah.
- Buku itu sangat tebal.
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
- berjalan
- berkelanjutan
- mempermudah
- gemetar
- lukisan
- kemauan
- perbaikan
Catatan:
- Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
- Misalnya:
- sukuisme
- seniman
- kamerawan
- gerejawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:
adibusana
aerodinamika
antarkota
antibiotik
awahama
bikarbonat
biokimia
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekabahasa
ekstrakurikulerinfrastruktur
inkonvensional
kontraindikasi
kosponsor
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
paripurna
pascasarjana
pramusaji
prasejarahproaktif
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subbagian
swadaya
telewicara
transmigrasi
tunakarya
tritunggal
tansuara
ultramodernCatatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya:
- non-Indonesia
- pan-Afrikanisme
- pro-Barat
- non-ASEAN
- anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Misalnya:
- Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
- Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya:
- Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
- Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
- Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
- Misalnya:
anak-anak
buku-buku
hati-hati
kuda-kuda
mata-matabiri-biri
cumi-cumi
kupu-kupu
kura-kura
ubun-ubunlauk-pauk
mondar-mandir
ramah-tamah
sayur-mayur
serba-serbiberjalan-jalan
mencari-cari
terus-menerus
porak-poranda
tunggang-langgang
- Catatan:
- Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
- Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar kapal barang → kapal-kapal barang rak buku → rak-rak buku kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:
duta besar
kambing hitam
orang tua
simpang empat
mata acaramodel linear
persegi panjang
rumah sakit jiwa
meja tulis
cendera mata
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
anak-istri pejabat
ibu-bapak kami
buku-sejarah baruanak istri-pejabat
ibu bapak-kami
buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau akhiran. Misalnya:
- bertepuk tangan
- menganak sungai
- garis bawahi
- sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
- dilipatgandakan
- menggarisbawahi
- menyebarluaskan
- penghancurleburan
- pertanggungjawaban
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali
adakalanya
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bumiputra
darmabakti
dukacitahulubalang
kacamata
kasatmata
kilometer
manasuka
matahari
olahraga
padahal
peribahasa
perilaku
puspawarnaradioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sediakala
segitiga
sukacita
sukarela
syahbandar
wiraswata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
- bu-ah
- ma-in
- ni-at
- sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
- pan-dai
- au-la
- sau-da-ra
- sur-vei
- am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
- ba-pak
- la-wan
- de-ngan
- ke-nyang
- mu-ta-khir
- mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
- Ap-ril
- cap-lok
- makh-luk
- man-di
- sang-gup
- som-bong
- swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
- ul-tra
- in-fra
- ben-trok
- in-stru-men
Catatan: - Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
- Misalnya:
- bang-krut
- bang-sa
- ba-nyak
- ikh-las
- kong-res
- makh-luk
- masy-hur
- sang-gup
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
pergi-lah
apa-kahmem-pertanggungjawabkan
memper-tanggungjawabkan
mempertanggung-jawabkan
mempertanggungjawab-kan
me-rasakan
merasa-kan
per-buatan
perbuat-an
ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
- me-nu-tup
- me-ma-kai
- me-nya-pu
- me-nge-cat
- pe-mi-kir
- pe-no-long
- pe-nga-rang
- pe-nge-tik
- pe-nye-but
(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
- ge-lem-bung
- ge-mu-ruh
- ge-ri-gi
- si-nam-bung
- te-lun-juk
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya:
- Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan …. - Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya: biografi
biodata
fotografi
fotokopi
introspeksi
introjeksi
kilogram
kilometer
pascapanen
pascasarjanabio-grafi
bio-data
foto-grafi
foto-kopi
intro-speksi
intro-jeksi
kilo-gram
kilo-meter
pasca-panen
pasca-sarjanabi-o-gra-fi
bi-o-da-ta
fo-to-gra-fi
fo-to-ko-pi
in-tro-spek-si
in-tro-jek-si
ki-lo-gram
ki-lo-me-ter
pas-ca-pa-nen
pas-ca-sar-ja-na4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
- Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
Supratman. - Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal. Misalnya:
- Ia bekerja di DLLAJR.
- Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
- Penulisan berikut dihindari.
- Ia bekerja di DLL-
AJR. - Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.
- Ia bekerja di DLL-
- Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
- Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
- Misalnya:
- Di mana dia sekarang?
- Kain itu disimpan di dalam lemari.
- Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
- Mari kita berangkat ke kantor.
- Saya pergi ke sana mencarinya.
- Ia berasal dari Pulau Penyengat.
- Cincin itu terbuat dari emas.
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
- Bacalah buku itu baik-baik!
- Apakah yang tersirat dalam surat itu?
- Siapakah gerangan dia?
- Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
- Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
- Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
- Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan: - Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
- Misalnya:
- Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
- Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
- Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
- Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
- Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
- Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
A.H. Nasution
H. Hamid
Suman Hs.
W.R. Supratman
M.B.A.
M.Hum.
M.Si.
S.E.
S.Sos.
S.Kom.
S.K.M.
Sdr.
Kol. DarmawatiAbdul Haris Nasution
Haji Hamid
Suman Hasibuan
Wage Rudolf Supratman
master of business administration
magister humaniora
magister sains
sarjana ekonomi
sarjana sosial
sarjana komunikasi
sarjana kesehatan masyarakat
saudara
Kolonel Darmawati
2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
NKRI
UI
PBB
WHO
PGRI
KUHPNegara Kesatuan Republik Indonesia
Universitas Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
World Health Organization
Persatuan Guru Republik Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
PT
MAN
SD
KTP
SIM
NIPperseroan terbatas
madrasah aliah negeri
sekolah dasar
kartu tanda penduduk
surat izin mengemudi
nomor induk pegawai
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
hlm.
dll.
dsb.
dst.
sda.
ybs.
yth.
ttd.
dkk.halaman
dan lain-lain
dan sebagainya
dan seterusnya
sama dengan di atas
yang bersangkutan
yang terhormat
tertanda
dan kawan-kawan
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
a.n.
d.a.
u.b.
u.p.
s.d.atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian
sampai dengan
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
Cu
cm
kVA
l
kg
Rpkuprum
sentimeter
kilovolt-ampere
liter
kilogram
rupiah
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
BIG
BIN
LIPI
LAN
PASIBadan Informasi Geospasial
Badan Intelijen Negara
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Administrasi Negara
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Bulog
Bappenas
Kowani
Kalteng
Mabbim
SuramaduBadan Urusan Logistik
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kongres Wanita Indonesia
Kalimantan Tengah
Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
Surabaya Madura
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
iptek
pemilu
puskesmas
rapim
rudal
tilangilmu pengetahuan dan teknologi
pemilihan umum
pusat kesehatan masyarakat
rapat pimpinan
peluru kendali
bukti pelanggaran
- Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
- Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
- Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
- Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
- Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
- Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
- Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
- Penulisan berikut dihindari.
- 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
- 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
- Panitia mengundang 250 orang peserta.
- Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
- Penulisan berikut dihindari.
- 250 orang peserta diundang panitia.
- 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
- Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
- Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
- 0,5 sentimeter
- 5 kilogram
- 4 hektare
- 10 liter
- 2 tahun 6 bulan 5 hari
- 1 jam 20 menit
- Rp5.000,00
- US$3,50
- £5,10
- ¥100
5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
- Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/15 - Jalan Wijaya No. 14
- Hotel Mahameru, Kamar 169
- Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
- Bab X, Pasal 5, halaman 252
- Surah Yasin: 9
- Markus 16: 15–16
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya:
dua belas
tiga puluh
lima ribu(12)
(30)
(5.000)
b. Bilangan Pecahan Misalnya:
setengah atau seperdua
seperenam belas
tiga perempat
dua persepuluh
tiga dua-pertiga
satu persen
satu permil(1/2)
(1/16)
(3/4)
(2/10)
(3 2/3)
(1%)
(1‰)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
- abad XX
- abad ke-20
- abad kedua puluh
- Perang Dunia II
- Perang Dunia Ke-2
- Perang Dunia Kedua
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima ribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:
- Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
- Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:
- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
- Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf. Misalnya:
- Kelapadua
- Kotonanampek
- Rajaampat
- Simpanglima
- Tigaraksa
- Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
- Misalnya:
- Rumah itu telah kujual.
- Majalah ini boleh kaubaca.
- Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
- Rumahnya sedang diperbaiki.
- Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
- Misalnya:
- Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
- Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
- Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
- Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
- Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
- Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
- Catatan:
- Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
- Misalnya:
- Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
- Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
- Misalnya:
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya:
- Mereka duduk di sana.
- Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. 1. Kondisi Kebahasaan di Indonesia - A. Bahasa Indonesia
- 1. Kedudukan
- 2. Fungsi
- B. Bahasa Daerah
- 1. Kedudukan
- 2. Fungsi
- C. Bahasa Asing
- 1. Kedudukan
- 2. Fungsi
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus- ...
- ...
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian. Misalnya:
- Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
- 1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
- a) lambang kebanggaan nasional,
- b) identitas nasional, dan
- c) alat pemersatu bangsa;
- 2) bahasa negara ... .
- 1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b). (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar. Misalnya:
- Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
- Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
- Bagan 2 Struktur Organisasi
- Bagan 2.1 Bagian Umum
- Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
- Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
- Gambar 1 Gedung Cakrawala
- Gambar 1.1 Ruang Rapat
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 00.00.30 jam (30 detik) 4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
- Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
- Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
- Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
- Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
- Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
- Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel. Misalnya:
- Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
- Gambar 3 Alat Ucap Manusia
- Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat. Misalnya:
- Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
- Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
- Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
- 21 April 2013
- Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:
- Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
- Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
- Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya:
- Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
- Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
- Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya:
- Kalau diundang, saya akan datang.
- Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
- Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
- Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
- Misalnya:
- Saya akan datang kalau diundang.
- Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
- Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya:
- Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
- Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
- Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya:
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati-hati, ya, jalannya licin!
- Nak, kapan selesai kuliahmu?
- Siapa namamu, Dik?
- Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
- Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
- “Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
- Misalnya:
- “Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
- “Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
- “Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
- Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
- Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
- Surabaya, 10 Mei 1960
- Tokyo, Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:
- Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
- Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
- W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
- B. Ratulangi, S.E.
- Ny. Khadijah, M.A.
- Bambang Irawan, M.Hum.
- Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
- Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
- 12,5 m
- 27,3 kg
- Rp500,50
- Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:
- Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
- Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
- Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
- Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma! - Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian. Misalnya:
- Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
- Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
- Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
- Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
- Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
- Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya:
- Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
- (1) berkewarganegaraan Indonesia;
- (2) berijazah sarjana S-1;
- (3) berbadan sehat; dan
- (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:
- Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
- Agenda rapat ini meliputi
- a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
- b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
- c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya:
- Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
- a. persiapan,
- b. pengumpulan data,
- c. pengolahan data, dan
- d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi c. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi Pemandu : Abdul Gani, M.Hum. Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
- Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
- Surah Albaqarah: 2—5
- Matius 2: 1—3
- Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Misalnya:
- Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru …. - Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut. - Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas. - Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Misalnya:
- anak-anak
- berulang-ulang
- kemerah-merahan
- mengorek-ngorek
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:
- 11-11-2013
- p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. Misalnya:
- ber-evolusi
- meng-ukur
- dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
- 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
- mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan - be-revolusi
- me-ngukur
- dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
- 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
- mesin-hitung tangan
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai - se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
- ke- dengan angka (peringkat ke-2);
- angka dengan -an (tahun 1950-an);
- kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
- kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
- huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
- kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
- Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
- BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
- LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
- P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
- di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
- ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
- di-back up
- me-recall
- pen-tackle-an
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya:
- Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
- Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
- Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
- Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
- Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain. Misalnya:
- Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
- Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:
- Tahun 2010—2013
- Tanggal 5—10 April 2013
- Jakarta—Bandung
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
- Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
- Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
- Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
- Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
- Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
- Misalnya:
- Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
- Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
- Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
- Masa! Dia bersikap seperti itu?
- Merdeka!
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
- Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- "Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ... .
- ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
- (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
- (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:
- “Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?”
- “Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
- "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
- "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
- Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
- Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
- Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
- Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
- Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
- Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
- Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
- "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
- Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya:
- Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
- "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
- “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:
tergugat
retina
noken
tadulako
marsiadap ari
tuah sakato
policy
wisdom
money politics'yang digugat'
'dinding mata sebelah dalam'
'tas khas Papua'
'panglima'
'saling bantu'
'sepakat demi manfaat bersama'
'kebijakan'
'kebijaksanaan'
'politik uang'
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
- Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
- Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
- Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:
- Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:
- Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
- Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian. Misalnya:
- Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
- Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
- Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
- Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:
- Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:
- Nomor: 7/PK/II/2013
- Jalan Kramat III/10
- tahun ajaran 2012/2013
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap. Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
dikirimkan lewat darat/laut
buku dan/atau majalah
harganya Rp1.500,00/lembar'mahasiswa dan mahasiswi'
'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
'buku dan majalah atau buku atau majalah'
'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
- Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
- Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
- Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
- Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
- Misalnya:
- Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
- Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
- Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
- 5-2-'13 ('13 = 2013)
- Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
mażhab
qadr
ṣaḥābat
haqīqat
‘umrah
gā’ib
iqāmah
khātib
riḍā’
ẓālim((ﻣﺬ هب
(ﻗﺩﺭ)
(صحا بﺔ)
(حقيقة)
(ﻋﻤﺭﺓ)
(ﻏاﺌﺏ)
(ﺇﻗاﻤﺔ)
(ﺨاﻁﺏ)
(ﺭﻀاﺀ)
(ﻅاﻠﻡ)mazhab
kadar
sahabat
hakikat
umrah
gaib
ikamah
khatib
rida
zalim
‘ajā’ib
sa‘ādah
‘ilm
qā‘idah
‘uzr
ma‘ūnah(ﻋﺠاﺌﺏ)
(ﺴﻌاﺩﺓ)
(ﻋﻠﻡ)
(ﻗاﻋﺩﺓ)
(ﻋﺫﺭ)
(ﻤﻌﻭﻨﺓ)ajaib
saadah
ilmu
kaidah
uzur
maunah
’i‘ tiqād
mu‘jizat
ni‘mat
rukū‘
simā‘
ta‘rīf(ﺇﻋﺘﻗاﺩ)
(ﻤﻌﺠﺯﺓ)
(ﻨﻌﻤﺔ)
(ﺭﻜﻭﻉ)
(ﺴﻤاﻉ)
(ﺘﻌﺭﻴﻑ)iktikad
mukjizat
nikmat
rukuk
simak
takrif
paal
baal
octaaf
pal
bal
oktaf
aerobe
aerodinamicsaerob
aerodinamika
haemoglobin
haematitehemoglobin
hematit
trailer trailer caisson kaison
G. Huruf Miring
[sunting]H. Huruf Tebal
[sunting]II. PENULISAN KATA
[sunting]A. Kata Dasar
[sunting]B. Kata Berimbuhan
[sunting]C. Bentuk Ulang
[sunting]D. Gabungan Kata
[sunting]E. Pemenggalan Kata
[sunting]F. Kata Depan
[sunting]G. Partikel
[sunting]H. Singkatan dan Akronim
[sunting]I. Angka dan Bilangan
[sunting]J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
[sunting]K. Kata Sandang si dan sang
[sunting]III. PEMAKAIAN TANDA BACA
[sunting]A. Tanda Titik (.)
[sunting]B. Tanda Koma (,)
[sunting]C. Tanda Titik Koma (;)
[sunting]D. Tanda Titik Dua (:)
[sunting]E. Tanda Hubung (-)
[sunting]F. Tanda Pisah (—)
[sunting]G. Tanda Tanya (?)
[sunting]H. Tanda Seru (!)
[sunting]I. Tanda Elipsis (...)
[sunting]J. Tanda Petik ("...")
[sunting]K. Tanda Petik Tunggal ('...')
[sunting]F. Tanda Kurung ((...))
[sunting]M. Tanda Kurung Siku ([...])
[sunting]N. Tanda Garis Miring (/)
[sunting]O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
[sunting]IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
[sunting]Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)
‘ain ( ﻉArab) pada awal suku kata menjadi a, i, u
‘ain ( ﻉArab) di akhir suku kata menjadi k
aa (Belanda) menjadi a
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
ai tetap ai