Mohamed Ali Pacha/Bab 31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52333Mohamed Ali Pacha — Bab 31Gouw Peng Liang

XXXI.

KENALAN LAMA.

 Kira-kira saperdjalanan satoe djem djaoenja dari tempat berkoempoel orang-orang Albanie, ada berdiam Mohamed Ali pacha, gouverneur baroe dari Arnautlik, di-iringken ampat poeloe officier, satoe barisan Nizam dan bebrapa soldadoe koeda bangsa Circassie.

 Ini pacha maoe pergi ketemoe pada kapalakapala di Albanie di tempat iaorang berhimpoen. Sasoeda berdjalan djaoe, Mohamed Ali pacha bersama pengikoetnja telah brenti ilangken tjape dan diriken satoe pasanggrahan ketjil di bawa poehoen-poehoen djati besar. Sedeng officier-officiernja pergi menjenangken diri, Mohamed Ali pacha ada doedoek dalem bangsalnja sambil toendoek berpikir.

 Sasoenggoenja djoega Mohamed Ali pacha soeda dilanggar berbagi-bagi ketjilaka'an dan bintangnja jang doeloe amat terang sekarang telah

moelain boerem. Dengen perboeatan tiada patoet dan zonder ada alesan jang pantes ia telah dilepas dari djabatan panglima prang, jang ia soeda djalanken dengen segala setia hati dan dengen goenaken semoea kepandean serta pengartiannja. Ia dilepas djoestroe pada waktoe ia moesti kalaken,orang Rus jangtentoe djoega ia bisa kalaken, asal sadja segala voorsteinja jang pantes soeda

270 Kenalan lama.


ditoeroet dan ia teroes djalanken pangkat kapala prang dengen dikasi tjoekoep balatentara serta barang-barang jang perloe dipake boeat labrak pada itoe moesoe besar dari karadja'an Toerki. Kamoedian ia moesti kapalaken bebrapa barisan soldadoe jang tiada tjoekoep pladjarannja dan jang saben-saben telah lari dari medan prang. Bebrapa kali Mohamed Ali kasi masoek pengadoean pada pamerentanja, tapi sia-sia sadja, kendati itoe perkafa ada bergantoeng pada peroentoengannja negri Toerki. Sasoedanja brenti prang, baroelah terboeka matanja Sultan dan mantri-mantri baroe dan ketaoean terang siapa jang betoel dan siapa jang sala, siapa jang setia d a n siapa jang tjoema inget kaperloean, keoentoengan d a n kasenangan diri sendiri. T a p i itoe waktoe semoea perkara soeda djadi kasep ! Maski Soleiman pacha dihoekoem boeang dan Hakki pacha dihoekoem mati, maski banjak lagi pembesar-pembesar doerhaka dapet hoekoeman mati dan hoekoeman boeang, toch ini semoea tiada bisa toeloeng satoe a p a tentang karoesakannja karadja'an Toerki.  Selaennja sakit hati pada pamerentanja jang tiada bisa hargaken ia poenja kasetia'an dan p a kerdja'an jang baek. Mohamed Ali pacha soeda dapet djpega bahaja dari laen-laen perkara. Astananja jang bagoes di tepi soengi Bosporus telah dibinasaken oleh rahajat negri, jang soeda djadi mara pada semoea hamba-hambanja Sultan, tatkala

angkatan prang Rus madjoe menghampirken

Kenalan lama.

271


Konstantinopel. Ia poenja istri, hanoem Kheira, dan ia poenja anak, nona Mrika, soeda meninggal doenia lantaran sakit demem, koetika ia ada di medan prang. Inilah perkara jang lebi banjak membikin doeka hatinja Mohamed Ali.

 Bebrapa lama ia toendoek memikirken pri pengidoepan serta peroentoengannja jang djelek. la memandang kaloear dengen bengong, hingga ia tiada dapet liat itoe waktoe telah masoek ka dalem bangsalnja satoe o r a n g jang pelahan-pelahan hampirken padanja. Setelah meliat ini orang, Mohamed Ali soeda djadi kaget dan lantes pe­gang pedangnja.

 Tetapi kendati pakeannja mesoem dan roepanja tiada baek, itoe orang jang masoek ka dalem bangsal, tiada ada ingetan djahat. lapoen moendoer bebrapa tindak sambil peloek tangan seraja berkata:

 „Slametlah angkau, pacha jang moelia! Kasilah tinggal sendjata toean pada tempatnja, kerna saja dateng boekan dengen niatan djahat, hanja sebagi satoe sobat aken membri taoe satoe perkara penting."

 „Siapakah angkau ini?" menanja Mohamed Ali, seraja memandang dengen teges pada itoe orang.

 „Siapa adanja saja ini?" kata itoe orang sambil memandang pada pakeannja jang rombeng.

 „Siapa saja ada? Dengerlah, saja ada satoe menoesia doerhaka, saorang terkoetoek, satoe penjamoen, satoe pentjoeri 1 Doeloe saja 272     Kenalan lama.

soeda idoep senang, seperti anaknja saorang hartawan dan bangsawan di kota Stamboel, mempoenjai banjak sobat dan boedak-boedak."

—„Begitoe?"

—„Ja. Tapi blakangan peroentoengan saja soeda berbalik djelek sekali. Dari dosa jang doeloe, saja soeda dapet hoekoeman, dan moerkanja Allah te­lah djato di kapalanja Chefket, anaknja Soleiman pacha, jang sekarang berdiri di hadepan toean, sasoedanja moesti tjari pengidoepan dengen djalan merampok dan kepaksa aken toeroet pada satoe orang jang ada lebi djahat serta amat berbahaja dari pada saja sendiri."

 „Chefket?" menanja Mohamed Ali dengen sanget heran. „Angkau ada Chefket jang soeda perna toeloeng djiwanja saja poenja anak?"

—„Betoei, toeankoe."

„Saja memang amat ingin ketemoe pada kau," kata poela itoe pacha sambil pegang tangannja Chefket, dan saja maoe mengoetjap trima kasi, sebab kau soeda toeloeng anakkoe Mrika. Ia soeda toeroet betoei segala nasehat jang kau kasi padanja dan begitoelah ia bisa idoep lagç bebrapa boelan lamanja."

 ,,Tjoema bisa idoep lagi bebrapa boelan?" begitoelah Chefket oelangken perkata'annja Mohamed Ali, sedang ia poenja moeka mendjadt bertamba poetjet. „Apakah boenga dari kota Stamboel sekarang tiada ada lagi di antara orang-orang jang idoep?"

Kenalan lama.

273


,,Ja tida," menjaoet itoe gouverneur sambil tarik napas. „Anakkoe, djoega istrikoe, soeda me­ ninggal doenia. Sedari itoe waktoe hatikoe rasanja pata, sebab saja tiada mempoenjai laen anak."

— „Mrika soeda meninggal doenia? Adoe, toean pacha! Itoe imam bangsat jang sekarang ada berkwasa atas badan saja, telah boedjoek pada saja aken boenoe nona Mrika dan kaloe saja tiada toeroet prentanja ini, ia antjem aken boeka semoea saja poenja resia pada ajahkoe jang amat bengis. Itoe sebab saja kepaksa toeroet prentanja itoe bangsat, tetapi koetika saja ketemoe pada anak toean, hati saja djadi lemes dan dapettjinta pada itoe nona, dan sedari itoe waktoe hati saja tetep maoe menoeloeng pada Mrika. Di itoe masa ajah saja masi ada kaja besar. Saja soeda niat tetep aken roba adat saja jang djelek, saja tiada maoe tjampoer lagi segala orang jang tiada kroean, sebab saja ada ingetan meminang nona Mrika, sama siapa saja maoe idoep senang dalem ini doenia, sebagi orang baek dengen pcngidoepan pantes. Tapi Toehan Allah tiada soeka loeloesken ini keinginan hati. Nona Mrika telah poelang ka taman firdaus dan saja sendiri telah dilempar ka dalem naraka. Adoe, sedi soenggoe!"

 „Anak, kesian!" kata Mohamed Ali jang sasoenggoenja djoega ada merasa kesian pada itoe orang moeda.

 — „Ja, saja ada miskin, tjilaka dan sigra djoega saja nanti mati seperti andjing. Tapi saja nanti


Moehamed Ali pacha

13

mati sebagi andjing gila dan gigit itoe bangsat jang soeda adjar saja aken berboeat berbagi-bagi kedjahatan, dengen diantjem segala roepa, djika saja tiada toeroet ia poenja maoe.”

Mohamed Ali pacha, dengerlah sekarang apa jang si bangsat Chefket maoe kasi nasehat: sekarang baek toean poelang ka dalem benteng, djangan harep aken bisa berdami sama kapala-kapala orang Albanie. Siapken satoe angkatan prang besar dan doedoeken segala kota, djalanan dan goenoeng-goenoeng di ini tempat. Djika orang Skipi sasoenggoenja maoe menaloek pada toean, lebi doeloe toean moesti minta iaorang seraken ia poenja Sheik el Islam, imam Reschid, moesoe besar dari karadja'an Toerki.

„O, itoe orang doerhaka!” treak Mohamed Ali pacha dengen swara gemeter, sebab mara. „Njatalah sekarang ia ada tjampoer dalem perkara hoeroe hara di Albanie.”

—„Ia sendiri jang soeda sebar bibit peroesoehan di antara orang-orang Skipi, toean pacha. Sekarang ia doedoek dalem satoe perhimpoenan jang diboeka oleh segala bei, agha dan kapitan, jang lagi berempoek aken melawan pada Baginda Sultan dan nanti boenoe pada toean, seandenja toean dateng di tempatnja marika itoe. Maka djoega saja dateng kasi nasehat: baeklah sekarang toean lantes balik ka benteng dan koempoel barisan jang tegoe aken bersedia. Djikaloe kau pergi ka tempatnja kapala-kapala orang Skipi, nistjaja kau djadi binasa pertjoema. Di ini masa tiada boleh gampang pertjaja pada orang-orang Albanie jang soeda kena diasoet oleh itoe bangsat Reschid. Boekan toean, hanja itoe imam doerhaka jang haroes mati, satoe hoekoeman boeat segala dosa dan kedjahatannja.”

„Tapi saja tiada bisa balik poelang,” menjaoet Mohamed Ali dengen swara tetep. „Saja soeda bardjandji sama kapala-kapala dari Skipi aken saja pergi berdjoempa pada marika itoe boeat bitjaraken teroes oeroesan kita orang. Laen dari begitoe saja ada djadi gouverneur dari ini provincie dan pang­lima prang dari Sultan Toerki, hingga tiada haroes saja moendoer boeat satoe kawanan orang peroesoehan. Djika saja moendoer, nistjaja seantero rahajat negri di Arnautlik djadi bergerak aken brontak, kerna iaorang nanti kira saja ada takoet dan saja sendiri nanti dapet mara dari pamerentakoe serta dapet maloe dari orang banjak.“

„Djangan bantahan, toean pacha,“ kata Chefket poela dengen merasa tiada senang. „Toeroetlah bitjara saja jang dateng kasi nasehat dengen toeloes hati, Djikaloe toean pergi djoega ka tempatnja itoe kapala-kapala Skipi, nistjaja toean nanti binasa lantaran perboeatan chianat dari iaorang. Baeklah toean poelang dan boleh ambil atoeran kras aken kasi bagian jang pantes pada itoe orang-orang doerhaka.“

—„Saja ada bawa soldadoe aken djaga dirikoe dan orang-orang peroesoehan tiada nanti brani menerdjang pada itoe balatentara. Maski begitoe, saja haroes mengoetjap trima kasi atas nasehat kau jang njata ada ingetan baek bagi saja. Djika kau soeka toeroet pada saja, tentoe kau nanti dapet rawatan baek dan saja nanti toeloeng, soepaja kau tiada dapet soesa lebi djaoe.“

„Lebi baek toean djaga diri sendiri,“ kata itoe orang moeda sambil moendoer dan berdjalan dengen pelahan.

—„Saja soeda lakoeken kewadjiban dan soeda berboeat apa jang saja bisa, soepaja toean tiada djato di tangannja orang-orang doerhaka, tetapi djikaloe toean tiada soeka toeroet nasehat saja dan dapet kabinasa'an, inilah boekan salanja saja lagi. Ingetlah, toean pacha, diri toean ada ber­harga tinggi dan tiada haroes djato di tangan itoe orang-orang hina jang tiada harganja. Djangan toean nanti menjesel di blakang hari.“

Sebab segala nasehat dan boedjoekannja ting­gal sia-sia sadja, Chefket sigra berdjalan kaloear dan teroes linjap. Mohamad Ali tiada mengarti apa sebab sekalian officier dan balatentara di depan bangsalnja tiada tangkep pada itoe orang moeda jang dari pakeannja keliatannja boekan seperti orang baek. Sasoeda berdjalan moendar mandir sakoetika lamanja dan meliat pada horloginja, Mohamed Ali sigra kaloear dari bangsalnja dan prenta balatentaranja berdjalan lebi djaoe.

Di loear bangsal ada doea officier doedoek di permadani, sedeng bebrapa soldadoe Nizam ada berdiri djaga. Mohamed Ali hampirken itoe doea luitenant, seraja berkata:

„Osman bei, apakah, kau tiada meliat saorang Circassie berdjalan di depan ini bangsal?“

„Tida, toean generaal,“ menjaoet itoe officier, „di sini tiada ada laen orang dari pada saorang Derwis toea jang baroesan ada reba di tana di samping ini bangsal.“

Ini luitenant jang laen poen kasi ketrangan begitoe djoega.

Mohamed Ali pacha sekarang mengarti, apa sebab Chefket jang menjamar seperti orang Derwis soeda bisa masoek di bangsalnja.

Tiada lama lagi ini gouverneur bersama officier-officiernja telah brangkat berdjalan menoedjoe ka tempat berkoempoel kapala-kapala orang Albanie Di tenga djalan soldadoe Circassie jang berdjalan lebi doeloe dapet poengoet satoe stel pakean orang Derwis dengen ramboet palsoe dan satoe kantong dari toekang minta-minta. Njatalah ini barang-barang telah dipake oleh Chefket koetika ia masoek di bangsalnja Mohamed Ali dengen menjaroe dan sekarang itoe barang-barang diboeang di djalanan, sebab tiada ada kaperloeannja lagi.