Mohamed Ali Pacha/Bab 32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52334Mohamed Ali Pacha — Bab 32Gouw Peng Liang

XXXII.

DI GOWA SRIGALA-SRIGALA.

Kapala-kapala dari orang Albanie masi doedoek berempoek di tempat iaorang berhimpoen dan sedang asik bitjara apa iaorang haroes berboeat, djika Mohamed Ali dateng di sitoe dan begimana haroes dioeroes perkara dami sama ini gouver­neur jang maoe ditrima di sana dengen atoeran pantes dan dengen hormat, soepaja segala perselesehan bisa dioeroes serta dibikin beres zonder bikin toempa dara menoesia, tapi imam Reschid, prins Prenk Bib Doda dan laen-laen kapala jang adatnja kras dan soeda kena diasoet oleh itoe imam telah lawan itoe bitjara dan membilang, tiada haroes itoe gouverneur ditrima dengen hormat.

Sedeng itoe kapala-kapala asik beromong dan berbanta moeloet satoe pada laen, Mohamed Ali pacha telah dateng di sana, di sapoeternja didjaga oleh rahajat Albanie. Mohamed Ali bersama ampat poeloe officier soeda dianter masoek ka tempat berhimpoen, tetapi soldadoe-soldadoe pengikoetnja tiada dikasi masoek di ini tempat. Meliat pri lakoenja orang-orang Albanie jang ada lebi banjak kawannja dan keliatan tiada baek glagatnja, Mohamed Ali telah gojang kapala dan baroe mersa menjesel ia tiada denger nasehatnja Chefket. Di sini ia tiada ditrima dengen hormat, menoeroet djabatannja seperti oetoesan dan seperti gouverneur dan pacha dari pamerenta Toerki. Toch Mohamed pacha tiada sedikit merasa takoet atawa keder. Ia doedoek di permadani dan memandang pada sekalian kapala Albanie jang doedoek berhimpoen di sitoe.

„Allah membri berkah pada angkau, sekalian kapala dari orang Skipi,” kata itoe gouverneur dengen swara tetep, „saja merasa senang sekali bisa berdjoempa pada segala kapala-kapala dari Arnauilik aken mendenger pengadoeannja rahajat pegoenoengan jang gaga perkasa dan jang dalem peprangan pada Rusland, telah membantoe angkatan prang Padisha dengen kosen. Djoengdjoengan kita orang, Baginda Sultan, soeda kwasaken saja boeat bitjaraken segala perkara negri sama kau orang dan sabole-boleh nanti disingkirken segala halangan jang mengandang di tenga djalan. Bitjaralah sekarang dengen senang pada saja dan pertjajalah saja ada tjinta pada orang-orang Skipi jang saja nanti djaga, soepaja selamanja iaorang bisa idoep beroentoeng dan slamet.”

„Soeda lama kita orang bitjara dengen mengadoe,“ menjaoet saorang toea jang pakeannja disaloet dengen mas dan perak. „Sekarang ada dateng waktoe aken bitjara dengen goenaken sendjata.”

„Ja, ja, dengen sendjata, tiada dengen segala omongan manis atawa dengen tjerita kosong,“ treak bebrapa orang.

„Saja tiada mengerti apa maksoednja kau poenja perkata‘an-perkata‘an,“ kata Mohamed Ali, jang sabenernja mengarti betoel, begimana ini kapala-kapala Skipi ada bermasoed aken melawan pada pamerenta di Stamboel. „Saja tiada mengarti, apa sebab orang-orang jang arif boediman boleh bitjara dari perkara prang, sedeng kita poenja pamerenta baroe brenti prang sama orang Rus. Djikaloe sekarang kita orang moesti berprang kombali, nistjaja binasalah seantero tana Toerki.“

„Kita orang tiada maoe kenal lagi sama negri Toerki atawa pamerentanja,“ kata prins Prenk Bib Doda jang bangoen berdiri dengen mara.

Kita orang ada bangsa Skipi jang merdika dan moesti oeroes sendiri segala oeroesan kita orang di goenoeng-goenoeng. Kita orang perdoeli apa sama segala pacha doerhaka di Stamboel. Kita orang tiada ada perhoeboengan satoe apa sama marika itoe, jang sakean lama selaloe pidjit pada kita orang Arnautlik, ja tana Arnautlik, jang pacha-pacha di Stamboel senantiasa anggep sebagi tempat jang banjak asilnja dan jang soeda diperes, sebagi djoega orang peres soesoenja sampi, hingga ini sampi jang gemoek telah mendjadi koeroes dan moesti mati mereres,“

„Arnautlik moesti tinggal merdika!“ begitoelah kadengeran treaknja bebrapa orang jang ada di itoe tempat.

„Tapi sekarang Arnautlik soeda mendoesin dari tidoernja,“ kata poela itoe prins. „Dan sekarang orang-orang Skipi moesti djaga dirinja sendiri, soepaja Sultan tiada djoeal negrinja pada Oostenrijk, sebagimana orang Toerki soeda berboeat dengen Bosnie dan Herzegowina jang soeda didjoeal pada orang Christen. Sekarang kita orang tiada maoe banjak bitjara lagi, melaenken kita orang maoe tinggal merdika, seperti orang Servie dan orang Roemenie.“

„Orang Toerki sakedar bisa bikin kita orang mendjadi soesa sadja!“ treak satoe bei moeda. „Begimana setia djoega kita orang membantoe pada Sultan aken lawan moesoenja di laen negri, toch selamanja kita orang moesti dipidjit serta moesti bekerdja brat. Saben-saben padjek dikasi naek; tiada brentinja diminta anak-anak moeda dari negri kita orang aken mendjadi bala­ tentara pada angkatan prang Sultan; kita orang dan tempat tinggal kita soeda disraken pada orang-orang Circassie jang sringkali bikin roesak kahormatannja istri-istri kita orang dan merampok hewan kita orang. Sultan Toerki katanja ada Khalief dari sekalian orang Moslim, maka haroes djoega ia tjinta pada kita orang seperti laen-laen rahajatnja. Tapi sekarang kita orang soeda dibikin seperti boedak, seperti andjing!”

„Di manakah adanja anak-anak dan soedara-soedara kita orang, barisan bashi bozouk dari angkatan prang di soengi Donau?” menanja satoe bei laen. „Apakah kau soeda berboeat pada itoe orang-orang kafir jang soeda aniaja pada kita orang? Itoe dosa moesti kau pikoel! Kau sendiri soeda makan enak dan idoep senang, tetapi bangsa kita orang moesti dahar roti kring dan moesti minoem aer oedjan!”

„Kita orang poenja sakit hati moesti dibales!” treak bebrapa orang poela, samentara di sana sini orang soeda poeter sendjata jang keliatan berkilat-kilat di sinarnja matahari.

„Begini roepa tiada bisa dioeroes perkara dami,” kata Mohamed Ali pacha jang roepanja mendjadi mera, sebab menahan mara jang amat kras. „Boekan bitjara dengen baek, hanja segala perkata'an kasar orang soeda kaloearken di sini. Saja minta orang bitjara dengen atoeran pantes dan kaloe tiada begitoe, saja nanti brangkat poelang dan oeroes lebi djaoe ini perkara dengen soerat.”

„Kau maoe poelang?” menanja imam Reschid jang lantes madjoe ka depan dengen hampirken pada Mohamed Ali. „Kau kira kita orang nanti lepas pada kau aken kau poelang dan semboeni di blakang benteng kau, soepaja kamoedian kau boleh dateng menjerang pada kita orang dengen berboeat segala perkara kedjem serta boesoek? Ha, bagoes betoel pengharepan kau!”

Kau kira kita orang nanti lepas kau poelang, sedeng sekarang kau soeda seraken diri kau pada kita orang dan soeda masoek di dalem djebak? Liat akoe ini, hei orang doerhaka! Akoe ada imam Reschid jang soeda lama tjari pada kau dan baroe sekarang bisa menampak pada kau dalem keada'an jang baek sekali bagi akoe. Ajo, anak-anak dari Skipi ! boenoelah ini satoe andjing kafir jang soeda dateng anter djiwanja kemari !“

Bebrapa banjak bei dan kapitan telah tjaboet pedang dan pistoolnja serta madjoe ka tempatnja Mohamed Ali pacha. Tiba tiba berboenji swara pistool dan satoe luitenant Toerki jang berdiri di hadepan Mohamed Ali soeda roeboe di tana dengen berhamboeran dara dan tiada bernjawa lagi.

Dikepoeng oleh bebrapa ratoes moesoe, djaoe dari barisan sendiri dan tjoema mempoenjai kawan ampat poeloe officier, Mohamed Ali pacha mengarti, ini sekali ia moesti binasa, tetapi sabole-boleh ia maoe melawan, soepaja bisa boeang djiwa seperti satoe orang jang setia sampe mati pada Radjanja. Ia prenta officier-officiernja melawan pada moesoenja jang ada begitoe banjak. Bebrapa orang Albanie soeda djadi tertjengang meliat kakosenannja Mohamed Ali, tapi imam Reschid dan kawan-kawannja telah bertreak aken bikin goembira pada semoea orang Albanie jang ada di sitoe, hingga semoea kapala Skipi telah madjoe teroes boeat terdjang pada Mohamed Ali dan officier-officiernja.

Semoea revolver telah dipasang, semoea pedang telah beradoe satoe pada laen dan banjak dara soeda toempa, hingga tana mendjadi mera warnanja. Bebrapa officier soeda roeboe di seblanja Mohamed Ali jang poeter teroes ia poenja pedang dan maski dapet banjak loeka, ia melawan teroes pada moesoenja, soepaja kaloe moesti mati, biarlah djiwanja didjoeal begitoe mahal sabolehnja.

Tiba-tiba poendaknja Mohamed Ali dibatjok oleh imam Raschid. Mohamed Ali baies menbatjok pada itoe imam jang lanles moendoer dan maoe toesoek hatinja itoe gouverneur. Tapi itoe waktoe djoega tangannja imam Reschid ditabas oleh pedangnja Chefket jang berdiri di sampingnja Mohamed Ali pacha.

„Saja dateng di sini aken boeang djiwa bersama kau, ajahnja nona Mrika!" kata itoe orang moeda dengen swara njaring.

„Allah nanti koerniaken kau gandjaran besar, anakkoe!" menjaoet Mohamed Ali.

Bebrapa orang Albanie telah hampirken imam Reschid aken toeloeng boengkoes loekanja di tangan, tetapi ini imam sigra pegang pedangnja dengen tangan kiri dan memboeroe poela pada Mohamed Ali, dibantoe oleh kawan-kawannja. Lagi sekali Mohamed Ali angkat pedangnja jang batjok pada imam Reschid jang djato kassempet dengen poetoes djiwa, tetapi Mohamed Ali sendiri telah roeboe, kerna ditabas oleh bebrapa orang Albanie, dan roeboe di tana dengen boeang napas jang pengabisan. Itoe waktoe djoega Chefket djato mati di atas maitnja Mohamed Ali.

 Demikianlah hikajatnja satoe orang gaga perkasa jang dapet peroentoengan bagoes dari lantaran satoe hal jang blon perna kedjadian di alem ini doenia, tapi achirnja itoe orang gaga oeda boeang djiwa lantaran perboeatan chianat

dari kapala-kapala orang Skipi jang sabetoelnja aoe ditoeloeng oleh Mohamed Ali. Tetapi sadjahat-djahatnja orang-orang Skipi, masi lebidjahat imam Reschid, hingga satoe generaal jang aling bidjaksana, kosen, tjakep serta setia hati oeda mati dengen sia-sia.

 Sasoedanja Mohamed Ali mati diboenoe. Sultan bdoel Hamid kirim Osman pacha dari Plewnaka Albanie. Koetika Osman pacha bersama angkatan prang Toerki dateng di Arnautlik, semoea kapala-kapala dari orang Skipi soeka berdami. Sedari itoe waktoe orang-orang Skipi tiada bikin hoeroe hara lagi. Achirnja di boelan Augustus 1886 pamerenta Toerki soeda kasi hak merdika pada pendoedoek di Albanie.

TAMAT.