Kisah Tuanta Salamaka/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Meminang Puteri Raja

Entah berapa lama, tiba-tiba Tuanta mengingat ucapan Puteri Raja. Ia pun pergi menemui Gallarrang Manngasa dan Gallarrang Tombolok. Setibanya di sana berkatalah Tuanta, “Tolong Daeng, menghadap Raja dan sampaikan kepadanya bahwa saya ada benih-benih cinta dalam hati kepada Sang Putri.”

Setelah menyampaikan permintaannya, Tuanta pun kembali.

Dua hari kemudian Gallarrang Manngasa dan Gallarrang Tombolok datang mengabdi pada Raja kemudian menyampaikan niat Tuanta.

Berkatalah Gallarrang Manngasa, “Saya datang menghadap untuk menyampaikan kepada Yang Mulia bahwa Yusuf mempunyai cita-cita untuk mempersunting sang Putri.”

Mendengar penyampaian itu, Raja berpikir sejenak, kemudian mengangkat muka lalu berkata, “Oo, Gallarrang Manngasa, sebenarnya Yusuf itu tidak salah, namun yang disebut hamba adalah hamba sedangkan raja tetap raja.” Setelah itu semuanya terdiam. Gallarrang Manngasa pun minta izin pamit kepada Raja Gowa dan langsung menemui Tuanta untuk menyampaikan keputusan Yang Mulia Raja Gowa. Setelah mendengar keputusan itu, Tuanta berkata, “Baiklah kalau demikian keputusan Raja, dengan demikian lepaslah dosaku.”

Ketika sudah berumur 15 tahun, kembali Tuanta datang mengabdi kepada Raja. Bertemulah Tuanta dengan Gallarrang Manngasa dan Gallarrang Tombolok di istana sekitar dua jam lamanya. Para abdi sudah pada pulang tinggal mereka bertiga. Ketika mereka turun dan sampai di anak tangga terakhir, Tuanta menoleh ke kanan, ke Gallarrang Manngasa, kemudian ke kiri, ke Gallarrang Tombolok. Ia mengentakkan kaki tiga kali lalu bersumpah, “Aku berjanji tidak akan menginjakkan kakiku di tanah Makassar sebelum saya berada dalam kesufian.” Sesudah itu ia pun melangkah keluar halaman istana menuju Kampungberu.

Setiba di sana, I Lokmok ri Antang pun menyusul. Selang beberapa lama, Gallarrang Manngasa bersama Gallarrang Tombolok pergi ke istana untuk mengabdi. Raja bertanya kepada keduanya, “Mengapa Yusuf tidak pernah datang lagi mengabdi?”

Gallarrang Manngasa dan Gallarrang Tombolok menjawab, “Mungkin ketidakhadirannya karena lamarannya ditolak oleh Tuanku.” Berkatalah Raja, “Tolonglah bukakan lontarak, lihat dan bacalah.” Lontarak pun dibuka kemudian dibaca oleh Gallarrang Manngasa.

Ia menemukan dalam lontarak bahwa ada tiga sebab atau dasar seorang pria dapat mengawini wanita yang lebih tinggi derajatnya. Pertama, cendekiawan, kedua berani, ketiga kaya serta memberikan belanja pada penduduk negeri Gowa.

Setelah Raja mendengar berita dari lontarak, berkatalah Raja, “Di mana Yusuf sekarang?”

Berkatalah Gallarrang Manngasa, “Dia ada di Kampungberu.” Berkatalah Sang Raja, “Panggillah dia, saya akan menikahkannya dengan putriku.”

Ia pun menyuruh suro pergi mencarinya. Ketika bertemu dengan Tuanta, suro itu pun menyampaikan pesan Raja. Berkatalah Tuanta, “Hai suro, saya telah bersumpah bahwa barulah saya kembali ke Gowa kalau kepergianku telah menghasilkan ilmu yang sempurna.” Selanjutnya, suro minta izin untuk kembali. Setibanya di istana ia pun menyampaikan ucapan Tuanta. Berulang kali suro menemui dan membujuk Tuanta namun gagal karena Tuanta tetap tidak mau ke Gowa. Oleh karena itu, Raja mengambil keputusan, “Kalau Yusuf tidak mau ke mari, bawalah Sang Putri ke Kampungberu lalu nikahkan!”

Setelah beberapa lama menikah, muncullah keinginan dalam hati Yusuf untuk berangkat ke Mekah.