Kisah Tuanta Salamaka/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Memancing di Danau Mawang[sunting]

Beberapa lama kemudian, berkatalah I Datok ri Panggentungan kepada I Lokmok ri Antang, "Oo, Lokmok, jemputlah ananda Yusuf lalu kita bertiga pergi Memancing. Orang-orang bercerita bahwa ikan di danau Mawang sangat jinak dan gampang ditangkap." Mendengar ucapan I Datok ri Panggentungan, I Lokmok ri Antang pun berangkat menemui Yusuf dan mengajaknya pergi memancing.

Yusuf pun berkata, "Baiklah Nek, besok pagi saya ke sana dan tolong carikan saya umpan."

Setelah hari perjanjian itu tiba pergilah Tuanta ke sana. Setiba di sana, I Datok ri Panggentungan dan I Lokmok ri Antang pun telah berkemas, mereka berjalan bertiga menuju Mawang. Sesampai di sana mereka bertiga langsung memancing. Ikan-ikan sangat rakus menyambar umpan sehingga tak diketahui berapa banyak ikan yang diperolehnya.

Setelah waktu Asar tiba, guruh pun menggema bersahutan, dan hujan rintik-rintik pun mulai turun. Tiba-tiba I Datok ri Panggentungan ingin merokok sedangkan api tidak ada di dekatnya. Ia pun menyuruh ILA mencari api di pinggiran danau Mawang. Setiba di sana para tukang kebun telah tiada. Baru saja mereka pulang. Masih panas bekas api yang telah disiram air. ILA menyampaikan kepada I Datok ri Panggentungan tidak adanya api. I Datok ri Panggentungan memperlihatkan keunggulan ilmunya. Sebelah tangan memegang joran dan sebelahnya memegang rokok lalu dibakarnya melalui titik air. Dengan kebesaran Allah rokoknya pun menyalah. I Datok ri Panggentungan pun merokok tanpa mengajak I Lokmok ri Antang.

Kemudian I Lokmok ri Antang pun memperlihatkan ilmunya. Sebelah tangannya memegang joran dan sebelahnya lagi memegang rokok lalu dibakarnya melalui sambaran kilat. Dengan kebesaran Allah rokok itu pun menyala. I Lokmok ri Antang pun merokok tanpa mengajak Tuanta.

Ketika Tuanta melihat tingkah laku kedua orang tua itu, ia pun memperlihatkan kehebatan ilmunya. Ia meletakkan jorannya di tengah pematang, lalu berjalan ke dalam danau hingga air membasahi kaki celananya. Di sanalah ia memasukkan rokoknya ke dalam air hingga pergelangan tangan kemudian menariknya kembali. Dengan kebesaran Allah rokok itu pun menyala. Sambil merokok ia kembali mengambil jorannya dan melanjutkan pemancingannya.

Setelah itu I Datok ri Panggentungan mengajak Tuanta berbincang-bincang kemudian mengatakan, "Yusuf, untuk mencapai tingkat ilmu yang tinggi dan mendapatkan kebenaran hakiki, lebih baik Ananda ke tanah suci Mekah. Kita bertiga sudah memperoleh ilmu dari guru yang sama, namun dalam penerapannya dalam kenyataan berbeda-beda.

Benarlah kata orang bahwa biji ilmu itu ada di Makassar, tetapi intinya ada di Mekah. Maksudnya, bagaimana dapat tumbuh kalau hanya biji yang ditanam dan bagaimana pula dapat tumbuh kalau hanya kulitnya yang ditanam. Yang benar adalah kulit dan intinya bersama-sama di tanah barulah dapat tumbuh.

Adapun bekal yang akan Ananda bawa ke sana, yang akan ditanyakan kepada syekh Imam Syafii adalah apakah barang yang ada diadakan atau barang yang tak ada diadakan. Kalau dia menjawab barang yang ada saja yang dapat diadakan, katakanlah bahwa kita pun mampu melakukannya. Kalau dia menjawab barang yang tidak ada diadakan, katakanlah bagaimana mengadakan barang yang sudah tak ada. Setelah mereka bertukar pikiran mereka pun kembali ke rumahnya masing- masing.