Garuda Perdamaian/Bab 2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB II.

AGRESSI BERSAMA ISRAEL - INGGRIS - PERANTJIS

1. Intrigue lnggris-Perantjis dan Israel.

APABILA kita bertanja apa sebabnja perdamaian di Timur Tengah sukar dipulihkan, maka hal itu ialah karena fihak negara-negara Arab memandang Israel sebagai kangker ditubuhnja, dan merupakan sumber dari segala pertikaian. Menurut pendapat mereka salah satu djalan jang terbaik ialah mengisolir negara itu dan pada kesempatan jang baik melenjapkannja.

Didalam pertentangan tersebut Republik Mesir memegang peranan jang utama dan berusaha dengan keras memperkuat angkatan perangnja dengan persendjataan-persendjataan modern untuk dapat mengatasi persendjataan angkatan perang Israel. Sebaliknja Israel merasa dirinja terdjepit ditengah-tengah negara-negara Arab jang penduduknja 40 djuta dan bersikap memusuhinja. Kelangsungan hidup negeri itu hanja tergantung dari kekuatan militernja. Selain itu berhubung kesulitan ekonominja, dengan makin bertambahnja penduduk imigran, Israel kekurangan tanah pertanian. Untuk perkembangan perekonomiannja dikemudian hari, Israel membutuhkan semenandjung Sinai dan suatu djalan lalu-lintas pelajaran jang dapat menghubungkan Asia. Untuk keperluan pelajaran tersebut tadi, maka Israel menghendaki kebebasan lalu-lintas di Suez dan keamanan pelajaran diteluk Aqaba.

Berhubung dengan adanja keinginan-keinginan itu maka sekarang kita dapat mengetahui mengapa Israel dapat digunakan oleh Inggris-Perantjis, supaja menjerang Mesir. Adanja serangan Israel terhadap Mesir jang menudju terusan Suez memberikan alasan bagi Inggris-Perantjis untuk menduduki terusan itu kembali. Sebelum Israel mendjalankan agressinja ke Mesir, mula-mula Israel mentjari alasan untuk dapat berperang dengan Mesir melalui insiden dengan Jordania.

x-small

Sebagaimana diketahui, beberapa hari sebelum terdjadi serangan Israel kewilayah Mesir, terdjadi insiden perbatasan dengan Jordania. Tentara Israel menjerbu melampaui garis gentjatan sendjata ke Jordania, sehingga Jordania mengadukan tindakan Israel itu ke Dewan Keamanan. Israel bermaksud menduduki sungai Jordan jang memandjang dari danau Tibris sampai Laut Mati. Dengan adanja agressi Israel ke Jordania, maka Israel mengharapkan agar supaja Mesir bertindak dan menjerbu kewilajah Israel. Tindakan Mesir itu diharapkan, karena pada tanggal 24 Oktober 1956 telah diadakan persetudjuan kesatuan komando militer antara Mesir, Syria dan Jordania. Ketiga angkatan perang negara-negara tersebut ditempatkan dibawah Djenderal Abdul Hakim Amer dari Mesir.

Serangan Israel ke Jordania sebenarnja untuk memantjing Mesir, supaya Djenderal Amer bertindak menggempur Israel. Dengan tindakan itu, maka tentara Israel jang sudah siap diperbatasan Mesir akan mempunjai alasan untuk segera menjerbu ke Gaza dan semenandjung Sinai seluruhnja, dengan tjepat terus menudju ke terusan Suez. Inggris-Perantjis kemudian dapat bertindak menduduki terusan Suez kembali, apabila nanti Israel telah mendekati terusan tersebut. Alasan jang dikeluarkan ialah bahaja kerusakan jang mengantjam terusan Suez dengan adanja perang Israel-Mesir, dan sesuai dengan isi perdjandjian Inggris-Mesir 1954, Inggris menjatakan berhak menduduki terusan Suez kembali.

Tetapi adanja insiden perbatasan Israel-Jordan dan penjerbuan Israel melampaui garis gentjatan sendjata, ternjata Mesir tidak bertindak menjerang Israel.

Israel kiranja tidak dapat menunggu lebih lama lagi dan achirnja tentara Israel jang telah siap sedia diperbatasan Mesir melampaui garis gentjatan sendjata menjerbu kewilajah Mesir pada tanggal 29 Oktober 1956.

Apabila kita periksa alasan-alasan Israel untuk menjerbu Mesir, makan sebenarnja alasan-alasan itu hanja ditjari-tjari sadja untuk membenarkan tindakan agressinja. Sebagai alasan penjerbuan Israel Menteri Luar Negeri Golde Meyer antara lain menjatakan:

a. Israel selalu menderita akibat serangan Fedajeen Mesir jang bersarang didaerah Sinai. Serangan itu makin lama makin menghebat.

b. Mesir selalu mengantjam akan menghantjurkan Israel.

c. Mesir tetap melarang kapal-kapal Israel melalui Suez dan menahan kapal-kapal itu apabila melalui terusan tersebut.

d. Mesir mendjalankan boikot ekonorni terhadap Israel.

e. Mesir memelopori perdjandjian tentang kesatuan komando militer tiga negara jang merupakan antjaman terhadap kemerdekaan Israel.

Mendjelang tanggal 29 Oktober 1956, Israel telah mendjalankan Mobilisasi umum setjara sepihak, dan memusatkan pasukan-pasukannja serta batalion-batalion tjadangannja disepandjang garis Demarkasi, siap untuk mendjalankan operasi Militer kewilajah Mesir. Melihat adanja persiapan-persiapan itu, Presiden Eisenhower dari Amerika Serikat lalu menjampaikan pesan kepada Perdana Menteri Ben Gurion untuk mentjegah tindakan-tindakan jang dapat membahajakan perdamaian. Tetapi rupa-rupanja pesan itu tidak didengarkan lagi dan Israel tetap akan mendjalankan rentjana-rentjananja jang semula. Pada tanggal 29 Oktober pasukan-pasukan Israel melintasi garis Demarkasi memasuki daerah Mesir dipadang pasir Sinai, menjerang kota Kuntilla dan daerah Ras-el-Nakeb.

Dengan adanja serangan Israel jang dengan tjepat mendjalankan operasinja untuk membuka djalan menudju Suez, maka Menteri Luar Negeri Perantjis Christian Pineau, terbang ke London untuk membitjarakan situasi Timur Tengah dengan Anthony Eden. Pada tanggal 30 Oktober 1956, mengeluarkan ultimatum kepada Mesir dan Israel jang menuntut:

a. Pertempuran dan segala gerakan tentara baik dilautan maupun didarat supaja segera dihentikan.

b. Kedua pasukan supaja ditarik 10 mil djauhnja dari terusan Suez.

c. Djawaban terhadap ultimatum itu harus diberikan dalam waktu 12 djam.

d. Apabila ultimatum itu tidak dipenuhi maka Inggris-Perantjis akan bertindak menduduki Port-Said, Ismailia dan Suez.

Ultimatum itu dikeluarkan pada tanggal 30 Oktober djam 18.00 (waktu Cairo) dan berlaku untuk 12 djam, djadi habis berlakunja ultimatum tersebut tanggal 31 Oktober djam 6.00.

Malam itu djuga Mesir menjatakan menolak ultimatum Inggris-Perantjis. Djawaban penolakan tersebut djuga disampaikan kepada Duta-duta Amerika Serikat, India, Rusia, Yugoslavia, dan Indonesia agar segera diteruskan kepada pemerintahnja masing-masing. Dengan adanja ultimatum itu maka sekarang Mesir menghadapi dua front, jakni front Sinai untuk menahan pasukan-pasukan penjerbu Israel dan front Suez di Port Said, Ismailia, Port Fuad, untuk menangkis pendaratan pasukan-pasukan Inggris-Perantjis.

Pada tanggal 31 Oktober djam 6 sore Inggris mulai serangan-serangan udaranja, sedangkan pasukan-pasukan daratnja mulai diangkut dari Cyprus dengan kapal-kapal perang.

Berhubung dengan serangan-serangan Inggris-Perantjis dan penarikan pasukan-pasukan Mesir dari sektor padang pasir Sinai kedaerah terusan Suez untuk mempertahankan terusan ini dari serbuan Inggris-Perantjis, maka kedudukan Israel difront Sinai mendjadi kuat.

Pasukan-pasukan pelopor Israel jang menjerbu mula-mula mendapat pukulan hebat dari pasukan-pasukan berani mati Mesir, sekarang mengalami kemadjuan dengan tjepat diseluruh front Sinai.

Pada tanggal 4 Nopember 1956 satuan-satuan pasukan Israel telah mentjapai garis ultimatum Inggris-Perantjis jang 10 mil djaraknja dari terusan Suez. Selain itu Israel telah berhasil dengan sempurna untuk menurunkan pasukan-pasukan pajungnja jang kemudian merupakan daerah ,,kantong-kantong"nja sepandjang semenandjung Sinai, dimana pasukan-pasukan Mesir jang telah bertjerai-berai itu tetap memberikan perlawanan terhadap pasukan Israel. Pulau-pulau Tiran dan Senabahir jang terletak disebelah Barat Daja Artur direbutnja pula. Dari pulau-pulau inilah meriam-meriam Mesir menembaki kapal-kapal Israel jang bergerak melalui teluk Aqaba menudju kepelabuhan Eilath. Dengan djatuhnja pulau itu maka keamanan pelajaran diteluk Aqaba bagi Israel dapat terdjamin. Pada hari berikutnja Villa Artur ditepi Barat gurun Sinai diduduki tentara Israel. Dengan demikian maka sekarang Israel berhasil menduduki sepenuhnja semenandjung Sinai.

Pasukan-pasukan Israel boleh dikata hampir tidak mendjumpai perlawanan jang kuat, karena sebenarnja induk pasukan Mesir telah diperintahkan Nasser supaja ditarik kedaerah terusan Suez untuk mempertahankan daerah itu terhadap pasukan-pasukan penjerbu Inggris-Perantjis. Dengan demikian jang tinggal di Sinai kebanjakan hanja pasukan-pasukan Fedajeen sadja dengan dibantu oleh beberapa pasukan lainnja. Sementara itu pasukan-pasukan Fedajeen Syria mulai beraksi meletuskan pipa-pipa minjak kongsi Anglo Iraq Oil Company, jang melintasi daerah Syria.

Sedjalan dengan djatuhnja Sinai, pada tanggal 4 Nopember kesatuan-kesatuan angkatan laut Inggris mulai gerakannja menudju Suez dan mulai dengan pemboman dengan meriam untuk melindungi pasukan-pasukannja jang akan didaratkan nanti. Pada tanggal 6 Nopember pasukan-pasukan Inggris-Perantjis mulai diberangkatkan dari Cyprus, sehingga pada tanggal 7 Nopember Mesir mengalami serangan jang besar-besaran. Angkatan udara sekutu mengadakan penjerangan terhadap semua instalasi radar, meriam-meriam pertahanan pantai dan meriam-meriam penangkis pesawat udara disamping pemboman dari kapal-kapal perang jang terus-menerus. Port Said mengalami pemboman jang paling hebat, sebagai persiapan untuk menurunkan pasukan-pasukan pajung Inggris-Perantjis. Pada hari selasa tanggal 6 pasukan-pasukan pajung telah berhasil mendarat di Port Said. Komandan pasukan Inggris meminta kepada komandan pasukan Mesir di Port Said untuk menjerah.

Tetapi sjarat-sjarat penjerahan jang ditawarkan semuanja ditolak.

Inggris-Perantjis mulai dengan serangan-serangan kembali dan mulai mendaratkan Brigade Komando Inggris jang terkenal itu di Port-Said, untuk membantu pasukan-pasukan pajung jang telah diturunkan. Pendaratan Komando Brigade segera di-ikuti pendaratan pasukan-pasukan dari Laut. Angkatan Perang Mesir, Polisi dan penduduk melakukan perlawanan mati-matian dari rumah-kerumah dan disepandjang djalan terdjadi pertempuran jang hebat. Inggris-Perantjis mengadakan pemboman terhadap kota Port-Said dengan membabibuta dengan tidak membedakan lagi apakah itu instalasi militer atau rumah-rumah penduduk biasa.

Korban manusia preman, laki-laki, perempuan, anak-anak bergelimpangan dibawah tumpukan puing-puing reruntuhan rumah.

Selandjutnja pada hari itu Perantjis mengumumkan bahwa pasukan pajung Perantjis jang dibantu pasukan pajung Inggris telah berhasil merebut Port-Fuad.

Dalam pada itu Madjelis Umum P.B.B. tidak tinggal diam dan pada tanggal 2-11-'56 telah mengeluarkan perintahnja untuk mengadakan pemberhentian tembak-menembak.

Pada tanggal 7 Nopember 1956 Inggris dengan resmi memberi tahukan kepada P.B.B. bahwa ia menerima suatu gentjatan sendjata. Kepada pasukan Inggris dan Perantjis di Timur-Tengah akan diperintahkan untuk memberhentikan tembak-menembak, tetapi sementara itu pasukan Inggris-Perantjis terus bergerak dan berhasil menguasai Port-Said dan beberapa tempat di Port-Fuad dan Ismailia.

Selain itu Israel djuga memberitahukan kepada P.B.B. pada hari Selasa malam tanggal 6-11-'56 bahwa Israel menerima baik tanpa sjarat seruan madjelis umum P.B.B. dan menjatakan pula, bahwa pertempuran Israel — Mesir sudah diachiri sedjak hari Senin pagi tanggal 5-11-'56. Demikianlah djalannja pertempuran di Mesir sampai saat adanja seruan pemberhentian tembak-menembak dari Madjelis Umum P.B.B., pada tanggal 7-11-'56.

Inggris-Perantjis didalam usahanja untuk mentjapai maksudnja masing-masing tidak segan-segan untuk mendjalankan agressinja dan mengingkari ketentuan-ketentuan jang terdapat dalam piagam P.B.B. Inggris-Perantjis dan Israel setelah berhasil menduduki tempat-tempat jang penting baru menjatakan mau menerima seruan gentjatan sendjata dari P.B.B. Dengan tindakan militer itu Inggris-Perantjis sebenarnja mengharapkan supaja ada pemberontakan terhadap regiem Nasser. Dari penggantinja mereka mengharapkan adanja sikap jang lunak terhadap masalah Suez, dan sedia menerima internasionalisasi terusan itu. Sebaliknja Israel tentu mengharapkan upah dari djerih pajahnja jakni Gaza, kebebasan pelajaran diterusan Suez, dan keamanan pelajaran diteluk Aqaba.

Para pembatja jang kritis setelah mengikuti djalannja operasi militer Israel di Gaza dan Sinai, jang dalam waktu 7 hari telah dapat menguasai daerah itu sepenuhnja tentu akan menanjakan bagaimana hal itu dapat terdjadi. Padahal persendjataan Mesir dengan adanja pembelian sendjata ke Blok Rusia adalah kuat sekali. Sebagai tambahan pengetahuan perlulah kiranja kita mengetahui sekedar persendjataan dari kedua belah pihak.

Menurut penjelidikan dari kalangan resmi di Inggris, sendjata jang diterima Mesir dari Blok Rusia kira-kira meliputi djumlah seharga $ 420 djuta. Matjam sendjata tersebut adalah sebagai berikut:

50 Illyshin jet-bombers, 100 MIG penempur, 300 tank berat dan menengah, 100 kendaraan berlapis badja, 500 meriam anti pesawat terbang, ribuan bazooka dan meriam rocket, 2 kapal pemburu dan 20 kapal pemburu torpedo.

Untuk dapat menggunakan perlengkapan tersebut digunakan instruktir dan ahli tehnik Rusia -+ 1000 orang. Selain iἺtu Mesir masih mempunjai alat persendjataan lain jaitu 150 - 200 tank-tank Valentine dan 150 tank Sherman, 32 tank Centurion Mark II, 40 tank ringan buatan Perantjis, meriam anti tank 17 pounder buatan Inggris dan 80 buah pesawat pemburu Meteor dan Vampire.

Djumlah angkatan perang Mesir kira-kira 100.000 orang dan hampir setengahnja dari djumlah pasukan itu dikonsentrir di Sinai dan Gaza, jang terdiri dari 4 divisi, jaitu:

Divisi ke-2, ke-3, ke-6 dan ke-8 beserta kesatuan-kesatuan pembantunja. Kemudian Divisi ke-2 dan ke-3 ditarik dan diganti dengan brigade bermotor dan lapis badja. Selain itu ditempatkan pula brigade berani mati Fedajeen, brigade tjampuran infanteri dan artileri, 4 batalion pendjaga perbatasan (borderguard), 4 batalion nasional guard dan 20 batalion artileri dan units pembantu-pembantunja. Alat-alat perlengkapan perang tjukup untuk mempersendjatai 9 divisi infanteri dan 6 brigade berlapis badja. Di Gaza dan Sinai ditempatkan tidak kurang dari 42000 serdadu dan opsir. Melihat kekuatan persendjataan Mesir sebagai negara ketjil sudah tjukup kuat untuk menahan setiap serangan dari Israel.

Sebaliknja kekuatan Israel adalah sebagai berikut. Apabila diadakan mobilisasi setjara umum (Israel telah memobilisir tentaranja mendjelang 29 Oktober '56) angkatan perang Israel akan berdjumlah kirakira 250.000 orang. Kendaraan-kendaraan berlapis badja terdiri dari tank-tank MX-13 buatan Perantjis dengan meriam 75 mm dan tank-tank Sherman. Artilerinja terdiri dari meriam 6 pounder dan 17 pounder anti tank, meriam-meriam biasa 105 mm dan 155 mm, anti guided missiles (SS 10) buatan Perantjis. Angkatan udaranja terdiri dari dua squadron pesawat Meteor dan pesawat Mustang P-51, 24 pesawat jet Meteor dan pesawat-pesawat Curagan buatan Perantjis 24 pesawat jet Sabre dari Canada. Untuk mengangkut parachutis ada satu squadron C-47 dan pesawat-pesawat pelempar born lainnja jang tidak djelas djumlahnja, Flying Fortress dan pelempar born ringan Musquito.

Dengan adanja konsentrasi angkatan perang Mesir di Gaza dan Sinai, memang pada hari-hari pertama pasukan-pasukan pelopor Israel jang menjerbu mendapat pukulan-pukulan jang keras dari tentara Mesir dan sukar sekali mentjapai kemadjuan. Kemudian berhubung adanja ultimatum Inggris-Perantjis, Nasser memerintahkan untuk memindahkan pasukan-pasukan jang berada di Sinai dan Gaza beserta kesatuan-kesatuan berlapis badjanja kedaerah Suez. Menghadapi penjerbuan gerak tjepat Inggris-Perantjis dan pengedjaran pasukan-pasukan gerak tjepat Israel di Sinai dan Gaza, menjebabkan pertahanan Mesir mendjadi kalang kabut. Dengan tjepat maka Israel dapat melantjarkan operasinja dengan mudah disemenandjung Sinai dan dapat mentjapai djarak 10 mil dari terusan Suez.

Nasser bertindak dan menjerukan kepada seluruh dunia untuk membantu Mesir dengan tentara suka-rela guna menghalau kaum agressi Inggris-Perantjis-Israel.

Dari berbagai negara mengalir permintaan untuk mendjadi tentara suka-rela Mesir.

Sebagaimana kita ketahui dinegeri kita sendiri terdapat pula adanja kesibukan pendaftaran pasukan tersebut jang mendapat sambutan jang hangat dari rakjat Indonesia. Rusia sedia mengirim pasukan sukarela dan R.R.T. mengumumkan sudah siap sedia pasukan suka-relanja tinggal menanti saat pemberangkatannja. Pada tanggal 5 Nopember 1956 Rusia mengeluarkan antjaman kepada Inggris dan Perantjis akan mengadakan penembakan roket apabila tidak segera menghentikan agressinja. Sebaliknja panglima NATO Djenderal Alfred Grunter membalas antjaman Rusia dengan antjaman bahwa Barat akan membalas pula dengan serangan terhadap Rusia. Djadi bahaja perang dunia mengantjam apabila tidak segera tertjapai gentjatan sendjata di Mesir, karena Nasser tentu segera akan minta datangnja tentara suka-rela R.R.T. dan Rusia. Apabila hal itu terdjadi maka situasi akan mendjadi kalut lagi dan bahaja perang dunia tidak akan dapat terhindar lagi.

Perimbangan kekuatan tersebut diatas itu dan terlibatnja Kekuatan-kekuatan lain baik langsung atau tidak mungkin dapat mengakibatkan meletusnja perang dunia, hal itu kiranja jang mendorong adanja gerakan perdamaian dan diterimanja seruan gentjatan sendjata.

Bagaimana sikap Amerika Serikat. Dalam hal ini Amerika Serikat memegang peranan penting, karena perdamaian sangat tergantung dari sikapnja.

Setelah penjelesaian agressi Israel dan ultimatum Inggris-Perantjis kepada Mesir mengalami kegagalan di Dewan Keamanan, wakil Amerika setelah memperbaiki resolusinja jang diveto Inggris-Perantjis di D.K., mengadjukan resolusinja kembali di Sidang Istimewa Madjelis Umum P.B.B. Pada tanggal 2 Nopember resolusi Amerika Serikat diterima sidang dengan suara 64 setudju, 6 blanko dan 5 menentang. Israel, Inggris dan Perantjis menolak resolusi tersebut, sehingga pertempuran-pertempuran berdjalan terus.

Untuk menghentikan pertempuran dan guna mengamat-amati pemberhentian permusuhan, sesuai dengan isi resolusi Amerika Serikat jang telah diterima P.B.B. tanggal 2 Nopember 1956, maka Kanada mengusulkan pembentukan Polisi P.B.B. pada tanggal 4 Nopember 1956. Masalah gerakan perdamaian, usaha-usaha D.K. dan Madjelis Umum P.B.B. lebih landjut dalam usahanja untuk menghentikan agressi Inggris-Perantjis-Israel serta terbentuknja Pasukan Polisi P.B.B. untuk menjelesaikan masalah itu akan kita bitjarakan setjara chusus.

2. Sikap Indonesia dan negara-negara Kolombo.

Sedjak semula Indonesia telah merasa chawatir terhadap adanja persiapan-persiapan militer oleh Inggris dan Perantjis.

Dalam hubungan ini ,,Pengumuman Pemerintah" jang dikeluarkan pada tanggal 7 Agustus 1956 menjatakan sebagai berikut:

,,......... Indonesia merasa perlu menjatakan kechawatirannja terhadap adanja persiapan-persiapan militer jang hanja akan mempertadjam ketegangan dan dapat mendjadi antjaman perang.

Hal itu akan sangat mengurangkan rasa aman bagi negara-negara lain dan kekurangan rasa aman ini selandjutnja dapat menimbulkan komplikasi jang tidak diingini dalam hubungan internasional. Oleh karena itu Indonesia berpendapat, bahwa persiapan-persiapan militer itu perlu dihentikan, dan perlu ditempuh djalan damai sesuai dengan sila ke 8 dari Dasa-Sila Konperensi Asia-Afrika di Bandung jang sesuai dengan djiwa' piagam Perserikatan Bangsa-bangsa".

Menteri Luar Negeri Indonesia, Roeslan Abdulgani, didalam pidatonja di Konperensi London tanggal 16 Agustus 1956 djuga menjatakan sebagai berikut:

,,......, kalau negara-negara ketjil di Asia-Afrika diliputi oleh perasaan ketakutan, babwa pada suatu hari merekapun akan diduduki kembali oleh suatu Negara Barat, sebagai akibat perselisihan pendapat atau kepentingan, maka pertjajalah, bahwa peta politik dunia akan mengalami perubahan sekedjap mata, oleh karena negara-negara semuanja akan mentjari perlindungan dari negara-negara jang besar sekarang ini".

Sedjalan dengan politik luar negeri Indonesia jang bebas dan aktip menudju perdamaian dunia, maka Indonesia menegaskan adanja kejakinan, bahwa peperangan adalah merupakan suatu alat jang tidak sesuai lagi dengan zaman dalam menjelesaikan perhubungan dari perbedaan kepentingan dua negara ataupun lebih dari dua negara.

Dasar perdjuangan pemerintah Indonesia tidak pula terlepas dari segi-segi juridis jang meliputi persoalan tersebut.

,,Pengumuman Pemerintah" tanggal 7 Agustus 1956 menegaskan, bahwa:

a. Hak menasionalisasikan perusahaan.

Adalah suatu kenjataan jang diakui dimanapun djuga, bahwa dasar kepentingan rakjatnja, tiap-tiap negara jang merdeka dan berdaulat mempunjai hak sepenuhnja untuk menasionalisasikan sesuatu perusahaan jang didaftar didalam negeri itu, dan bekerdja didalam wilajah serta dibawah hukum negara tersebut.

Oleh karena itu Indonesia mengakui, bahwa Mesir sebagai negara merdeka dan berdaulat, berhak sepenuhnja untuk menasionalisasikan Perusahaan Terusan Suez jang merupakan satu Perusahaan Mesir.

b. Soal kebebasan dan keamanan lalu-lintas pelajaran.

Indonesia mengakui, bahwa kebebasan pelajaran di terusan Suez sebagai urat nadi jang penting bagi kehidupan seluruh dunia, perlu didjamin. Djaminan tersebut telah diberikan oleh Mesir sesudah ia menasionalisasikan terusan Suez itu.

Indonesia pertjaja, bahwa Mesir mampu memberi djaminan tersebut.

Oleh karena itu semua, djika timbul perbedaan-perbedaan ataupun perselisihan, maka haruslah dibawa kemedja perundingan untuk mendapatkan penjelesaian jang memuaskan semua pihak.

Maka ketika Israel, Inggris dan Perantjis melantjarkan agressinja dan bertindak sebagai hakim sendiri, Indonesia segera menjatakan sikapnja seperti jang diutjapkan pada keterangan pemerintah didepan Parlemen tanggal 2 Nopember 1956. Pokok-pokok dari pada pendirian pemerintah Indonesia tersebut ialah sebagai berikut:

  1. Penjerbuan tentara Israel, Inggris dan Perantjis adalah suatu agressi jang sangat tertjela, lebih-lebih tindakan agressinja itu dilakukan pada waktu Sidang Dewan Keamanan P.B.B. sedang berusaha menjelesaikan perselisihan setjara damai.
  2. Berseru supaja Israel, Inggris dan Perantjis segera menghentikan serangannja dan menarik mundur pasukan-pasukannja dari wilajah kedaulatan Republik Mesir dan bertindak sesuai dengan piagam Perserikatan Bangsa-bangsa.

Dalam rangka solidariteit dan setia kawan negara-negara Asia-Afrika, pemerintah Indonesia berseru dan mengandjurkan:

  1. Kepada negara-negara Asia-Afrika jang dalam Konperensi Bandung dengan hikmat memberikan perdjandjian untuk mendjundjung tinggi dasar-dasar Dasa-Sila, Pemerintah menjerukan untuk mengadakan usaha bersama, guna menghentikan agressi terhadap Mesir itu jang mendjadi salah satu anggauta peserta Konperensi Bandung.
  2. Dalam hubungan ini, Pemerintah telah mengadjak Pemerintah Negara-negara Kolombo untuk mengadakan Konperensi antara para Perdana Menterinja dalam waktu jang sesingkat-singkatnja, sebagai usaha pertama dari negara-negara Asia-Afrika.

Selain sikap jang dikeluarkan oleh Pemerintah, maka meletuslah demonstrasi, pemogokan-pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan Inggris.

Atas saran Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, maka P. M. India telah mengundang Para Perdana Menteri negara-negara Kolombo untuk mengadakan sebuah pertemuan di Delhi pada tanggal 12, 13 dan 14 Nopember '56. Jang hadir dalam pertemuan itu ialah Perdana Menteri Birma, Ceylon, Indonesia dan India.

Sangat disajangkan bahwa Perdana Menteri Pakistan berhalangan datang.

Pada tanggal 14 Nopember 1956, keempat P. M. tersebut mengeluarkan sebuah statement jang selain sikap terhadap agressi Israel, lnggris dan Perantjis, mereka djuga membahas pergolakan di Hongaria dan perdjuangan kemerdekaan di Aldjazair.

Mengenai agressi Israel. Inggris dan Perantjis dinjatakan sbb.:

a. Pasukan-pasukan asing jang diwilajah Mesir.

1. Para P. M. menjambut dengan gembira resolusi Sidang Umum P.B.B. jang diterima pada tanggal 2 Nopember 1956 dan jang kemudian ditegaskan dan diperkuat lagi oleh resolusi tanggal 4 dan 7 Nopember 1956, mengenai penghentian permusuhan dan penarikan angkatan bersendjata Israel, Inggris dan Perantjis dari wilajah kedaulatan Mesir.

2. Sangat menjesal karena negara-negara agressor belum djuga mau menarik pasukan-pasukan mereka. Para P. M. sangat tidak menjetudjui sjarat-sjarat jang diadjukan oleh pemerintah negeri agressor mengenai penarikan pasukan mereka, dan hal demikian itu bertentangan dengan resolusi Sidang Umum P.B.B.

3. Setiap penundaan resolusi ini dan penundaan penarikan kekuatan asing akan menjebabkan akan adanja kesulitan-kesulitan Iebih landjut.

4. Selama pasukan-pasukan asing belum ditarik dari wilajah Mesir, maka tidak mungkin tertjapai keadaan jang normal dan penjelesaian masalah lainnja.

b. Pembentukan Polisi P.B.B.

1. Para P.M. menjambut dengan baik pembentukan Pasukan Polisi P.B.B.

2. Pasukan ini supaja bersifat sementara dan kedudukannja, supaja terbatas pada ketentuan-ketentuan jang terdapat dalam resolusi Sidang Umum P.B.B.

c. Perang Dunia.

1. Perang Dunia jang merupakan kedjahatan terhadap kemanusiaan harus dihindarkan.

2. Mengandjurkan, supaja mentjegah adanja tindakan oleh sesuatu negara jang dapat menambah ketegangan dan memungkinkan timbulnja persengketaan.

d. Kesimpulan adanja gedjala-gedjala tidak sehat.

1. Peristiwa baru-baru ini menundjukkan, bahwa bangsa-bangsa jang kuat tetap dapat melakukan agressi pada bangsa-bangsa jang lemah dan mentjoba memaksakan kemauannja kepada mereka. Hal ini menjebabkan adanja persengketaan dan penderitaan manusia.

e. Dasa-Sila Konperensi Bandung.

1. Para Perdana Menteri mengingatkan kembali, bahwa Komunike Konperensi Asia-Afrika bulan April tahun 1955 di Bandung dengan Dasa-Silanja akan memungkinkan bangsa-bangsa hidup bersama-sama dalam perdamaian sebagai tetangga jang baik dan mengembangkan kerdja sama satu sama lain.

Selesai Konperensi, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo terbang ke Karachi untuk setjara pribadi menjampaikan hasil-hasil pertemuan kepada Perdana Menteri Pakistan jang pada waktu itu berhalangan datang. Jang demikian itu dimaksudkan, supaja diantara negara-negara Kolombo tidak timbul perbedaan pendapat, hingga dapat memetjahkan persatuan negara-negara Kolombo chususnja dan negara-negara Asia-Afrika umumnja.

Selain negara-negara Kolombo, negara-negara Arab menundjukkan rasa solidariteit jang kuat pula terhadap Mesir jang baru mengalami bentjana itu. Negara-negara Arab seperti jang umum mengetahui djuga, tidak mempunjai satu pandangan politik terhadap adanja perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur. Mereka terbagi antara negara-negara Pakt Bagdad jang pro Barat dan negara-negara Arab jang berpolitik bebas.

Tetapi dalam masalah Palestina negara-negara Arab mempunjai satu pandangan jang sama jakni merupakan ,,satu kesatuan jaug tak terbagi-bagi dan bersatu tudjuan untuk memenangkan kembali kemerdekaan".

Oleh karena itu, ketika Israel me1antjarkan agressinja terhadap Mesir, negara-negara Arab serentak berdiri dalam satu front, sehingga sangat dichawatirkan akan meluasnja api peperangan.

Tindakan jang diambil oleh negara-negara Jordania, Syria, Libanon, Saudi Arabia, Sudan, Yaman dan Lybia pada umumnja sama ialah:

  1. Mengutuk agressi Israel, Inggris dan Perantjis dan menuntut ditariknja pasukan-pasukan negara agressor.
  2. Menjiapkan angkatan bersendjata untuk sewaktu-waktu dapat dikirim kemedan perang.
  3. Melarang digunakannja lapangan terbang dan pelabuhan mereka untuk kepentingan pengiriman pasukan Inggris dan Perantjis.
  4. Sabotage-sabotage pipa minjak milik Inggris dan Perantjis.
  5. Penghentian pengangkutan minjak kenegara-negara Eropa Barat (Inggris dan Perantjis).

Negara-negara Pakt Bagdad mengadakan Konperensi di Teheran jang pada tangga] 9 Nopember 1956 mengeluarkan komunike bersama antara para Perdana Menteri Pakistan, Irak, Iran dan Turki.

Mereka antara Jain menjatakan:

  1. Mengutuk agressi Israel dan supaja segera menarik pasukannja kegaris gentjatan sendjata.
  2. Berseru kepada Inggris dan Perantjis supaja menghentikan permusuhan dan mundur dari wilajah Mesir.
  3. Masalah Suez, supaja diselesaikan dengan djalan perundingan dengan Mesir dibawah pengawasan P.B.B.
  4. Resolusi Sidang Umum P.B.B. supaja lekas dilaksanakan dan djuga mengenai pasukan polisi internasional.

Irak sebagai negara Pakt Bagdad djuga menutup lapangan terbangoja. Bahkan djurubitjara pemerintah Irak menjatakan bahwa pemerintah Irak jang ada diperbatasan Jordan-Irak sudah dalam keadaan darurat siap untuk bertindak menghantam Israel.

Demikianlah suasana dunia dalam sekedjap mata sadja sudah diliputi oleh bahaja meletusnja perang besar.