Tata Bahasa Minangkabau/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB IV

MORFOLOGI

Dalam bab ini kajian tentang morfem dan penggabungannya mencakupi (1) bentuk morfem, (2) penggabungan beberapa morfem menjadi kata, dan kategorisasi kata.

4.1 Bentuk Kata

Dalam bahasa Minangkabau dapat ditemukan dua jenis morfem, yakni morfem bebas dan morfem terikat. Morfern bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri secara morfologis ataupun secara morfologis dan sintaksis sekaligus. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan selatu memerlukan morfem bebas sebagai tempat morfem itu melekat.

Morfem bebas dalam bahasa Minangkabau masih dapat dibedakan atas morfem bebas secara morfologis dan morfem bebas secara morfologis dan sintaksis.

Morfem bebas secara morfologis adalah morfem yang biasanya berwujud kata tugas atau fungsi, seperti di 'di', ka 'ke', dan dari 'dari'. Morfem itu masih memerlukan nomina untuk dapat berdiri sendiri secara sintaksis, seperti di lapau 'di lapau', ka sawah 'ke sawah', dan dari kantua 'dari kantor. Sebaliknya kata-kata yang merupakan kata utama merupakan morfem yang bebas secara morfologis dan sintaksis.

Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh-contoh berikut dalam bentuk perbandingan.

(1) Rumahnyo di ma? *Di
'Rumahnya di mana ?' *Di
(2) Rumahnyo di ma? Di Padang.
'Rumahnya di mana?' Di Padang.
(3) Ayah dari ma? *Dari
'Ayah dari mana?' *Dari
(4) Ayah dari ma? Dari kantua.
'Ayah dari mana? Dari kantor.

Jawaban pertanyaan (1) dan (3), yaitu Di dan Dari, adalah jawaban yang tidak berterima dalam bahasa Minangkabau. Meskipun dapat berdiri sendiri secara morfologis, keduanya tidak bebas secara sintaksis. Kedua bentuk itu memerlukan morfem bebas atau kata lain agar berterima dalam bahasa Minangkabau.

Selanjutnya, kata-kata seperti kurisi 'kursi', dan Ani 'ani' merupakan morfem bebas secara morfologis dan sintaksis. Berikut ini diberikan contoh-contoh untuk memperjelas pertanyaan di atas.

(5) Itu apo? Kurisi.
'Itu apa? Kursi'.
(6) Itu sia? Ani.
'Itu siapa? Ani'.

Dengan demikian, jawaban pendek untuk suatu pertanyaan dapat digunakan sebagai tes untuk mengetahui adakah suatu morfem hanya bebas secara morfologis saja atau bebas secara morfologis dan sintaksis.

Dalam bahasa Minangkabau morfem terikat terdiri atas (1) morfem afiks dan (2) morfem perulangan. Afiks dibagi lagi atas prefiks, infiks dan sufiks. Bentuk-bentuk ba-, di-, pa-, dan sa- dalam bajalan 'berjalan', diambiak 'diambil', pamaleh 'pemalas' dan sabulan 'sebulan' adalah bentuk-bentuk prefiks yang berupa morfem terikat; bentuk-bentuk -ar-, -am-, dan al- dalam garigi 'gerigi', jamari jemari' dan tamali 'temali' adalah bentuk-bentuk infiks yang berupa morfem terikat; dan bentuk-bentuk -an dan -i dalam makanan 'makanan' dan kamehi 'kemasi' adalah bentukbentuk sufiks yang berupa morfem terikat.

Dari segi bentuk, kata dibedakan atas kata dasar dan kata bentukan. Dengan sudut pandang lain kata dasar merupakan kata yang belum atau tidak mendapat perubahan, perulangan atau proses pemajemukan. Kata dasar ditinjau dari pola suku katanya dapat berupa kata yang terdiri atas satu suku kata atau lebih.

Kata bentukan dapat dibicarakan dari tiga dimensi, yaitu kata bentukan yang terbentuk dengan proses penggabungan kata dasar dengan afiks atau afiksasi, dan proses perulangan atau reduplikasi kata dasar berulang, dan pemajemukan.

4.2 Afiksasi

Afiks dalam bahasa Minangkabau berupa morfem terikat yang digunakan untuk membentuk kata. Afiksasi di sini terdiri dari prefiks + dasar, (2) infiks + dasar, (3) sufiks + dasar, (4) konfiks + dasar, dan (5) imbuhan gabung + dasar.

4.2.1 Prefiksasi

Ada sebelas prefiks dalam bahasa Minangkabau, yaitu (1) ba1-, (2) ba2-, (3) ba, (4) maN-, (5) di-, (6) ta-, (7) ta,-, (8) paN-, (9) pa-, (10) ka-, dan (11) sa-,

4.2.1.1 Prefiks ba,- + Dasar

Prefiks ba, sebagai satu morfem mempunyai dua alomorf yang berdistribusi komplementer, yaitu ba- dan bar-. Bentuk ba- muncul pada kata yang dasarnya diawali konsonan, dan bentuk bar- muncul pada kata yang dasamya diawali vokal. Dari dasar dasi 'dasi', garam 'garam', tuah 'tuah', aia 'air, dan anak 'anak' dibentuk verba badasi 'berdasi', bagaram 'bergaram', batuah 'bertuah', baraia 'berair', baranak 'beranak'. Perlu ditambahkan bahwa pada kasus tertentu bentuk ba- dan bar- masih dapat dibedakan lagi dari segi semantis. Jadi, rumusan di atas masih sangat bersifat umum dan akan dijelaskan lagi dalam pembahasan arti prefiks ini.

Prefiks ini melekat pada kata dasar atau bentukan yang dapat berupa nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.

1. Prefiks ba1- + Nomina

Prefiks ini dapat bergabung dengan nomina dan gabungan ini membentuk verba intransitif. Oleh karena itu, prefiks ini merupakan prefiks derivasional. Dengan penggabungan ini, prefiks itu mempunyai arti yang beragam dengan klasifikasi sebagai berikut.

  1. Berarti mempunyai
  2. Secara umum arti yang dikandung prefiks ini ialah 'mempunyai'. Arti ini semakin dipertegas dengan kata bilangan yang berfungsi penunjuk kuantitas. Dari kata anak 'anak', gunuang 'gunung' rumah 'rumah' dan pakaian 'pakaian' dapat dibentuk verba intransitif baranak 'beranak', bagunuang 'bergunung', barumah 'berumah', bapaga 'berpagar', dan bapakaian 'berpakaian'. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.
    (7) Jando tu baranak tigo.
    'Janda itu beranak tiga'.
    (8) Andi babaju banyak.
    'Andi berbaju banyak'.
    (9) Pak Aji barumah di Padang jo di Medan.
    'Pak Haji berumah di Padang dan di Medan'.
  3. Berarti memakai
  4. Prefiks ba1- yang bergabung dengan nomina yang menunjukkan pakaian seperti baju baju', baju kuruang 'baju kurung', galang 'gelang', sipatu 'sepatu' dan salendang 'selendang' berarti 'memakai'. Arti 'mempunyai' dan 'memakai' dapat dibedakan berdasarkan konteksnya. Contoh-contoh berikut memperlihatkan perbedaan arti tersebut.
    (10) Ani babaju banyak.
    'Ani berbaju banyak'.
    (11) Ani babaju putiah.
    'Ani berbaju putih'.
    (12) Yanti basipatu limo pasang.
    'Yanti bersepatu lima pasang'.
    (13) Yanti basipatu itam.
    'Yanti bersepatu hitam'.

    Prefiks ba- pada kalimat (10) dan (12) berani mempunyai' sedangkan dalam kalimat (11) dan (13) berarti 'memakai'. Dengan memberinya konteks kuantitas seperti banyak banyak dan limo pasang 'lima pasang', prefiks ba- berarti mempunyai' dan dengan

    adanya sifat nomina seperti putiah 'putih' dan itam 'hitam', prefiks itu berarti 'memakai'.

  1. Berarti mengendarai
  2. Sama halnya dengan kriteria di atas, kalau prefiks ini melekat kepada nomina yang mengacu kepada alat transportasi, di samping arti 'mempunyai' ia juga berarti 'mengendarai'. Dari kata keretangin 'sepeda', atau kudo 'kuda' dibentuk verba intransitif bakaretaangin 'bersepeda', atau bakudo 'berkuda'. Arti yang terkandung dalam verba itu adalah 'menggunakan' atau 'berkendaraan'. Contoh-contoh kalimat berikut memperlihatkan perbedaan kedua arti tersebut.
    (14) Iin bakaretangin baru.
    'Iin bersepeda baru'.
    (15) lin bakaretangin ka sikola.
    'Iin bersepeda ke sekolah'.
    (16) Urang tani tu bakudo putiah.
    'Orang tani itu berkuda putih'.
    (17) Urang tani tu bakudo ka ladang.
    'Petani itu berkuda ke ladang'.

    Pada kalimat (14) dan (16) prefiks itu dapat berarti 'mempunyai' dan pada kalimat (15) dan (17) ia berarti mengendarai. Dengan adanya keterangan tempat, prefiks itu berarti 'mengendarai'.

  3. Berarti menghasilkan
  4. Makna 'menghasilkan' ini dapat terjabar lebih lanjut berdasarkan kata dasar yang dilekati prefiks ba. Misalnya, mengeluarkan, menampilkan, dan sebagainya. Pada badendang prefiks ini dapat berarti 'mengeluarkan dendang', sedang pada bamuko masam dapat berarti 'menampilkan muka asam'. Berikut ini contohnya
    (18) Winda badendang sayang.
    'Winda menyanyikan lagu rindu'.
    (19) Tina badendang karoncong Sunda.
    'Tina menyanyikan lagu keroncong Sunda'.
    (20) Inyo datang bamuko masam.
    'Dia datang bermuka masam'.
  1. Berarti menyebut atau memanggil
  2. Dengan kata yang berhubungan dengan nama diri atau sapaan, penggabungan prefiks ini menghasilkan arti 'menyebut' atau 'memanggil'.
    (21) Eti ba-Mursal sajo ka Pak Mursal.
    'Eti memanggil Mursal saja kepada Pak Mursal'.
    (22) Murni ba-Pak Tuo ka Pak Munir.
    'Murni memanggil Pak Tuo kepada Pak Munir'.
  3. Berarti bersifat atau berkemampuan
  4. Arti 'bersifat' atau 'berkemampuan' ini didapati pada kata dengan dasar majemuk yang merupakan idiom. Misalnya talingo tipih/taba 'telinga tipis/tebal', minyak aia 'minyak air, silek lidah 'silat lidah', muko dua 'muka dua', ati lapang 'hati lapang'. Dengan prefiks ba-1 ini dibentuk kata batalingo tipih 'bertelinga tipis', batalingo taba 'bertelinga tebal', baminyak aia 'berminyak air', basilek lidah 'bersilat lidah', bamuko duo 'bemuka dua', dan baati lapang 'berhati lapang'. Arti prefiks ini ditemukan oleh kata tempat prefiks itu bergabung. Contoh-contoh kalimat:
    (23) Ina sabana batalingo tipih.
    'Ina sungguh-sungguh berperasaan yang sangat peka'.
    (24) Ani sabanı batalingo taba.
    'Ani sungguh-sungguh tidak berperasaan'.
    (25) Mamak kami pandai bana basilek lidah.
    'Paman kami pandai benar bersilat lidah'.
    (26) Jan pacayo bana ka inyo; inyo pandai bamuko duo.
    'Jangan terlalu percaya kepadanya; dia pandai bermuka dua'.

    2. Prefiks ba-1, dengan Verba

    Dengan verba, prefiks ini berfungsi sebagai prefiks yang inficksional dan pada umumnya menjadi pemarkah intransitif.

  5. Berarti melakukan (Dasar)
  6. Prefiks ini dapat berarti 'melakukan apa yang tersebut pada kata dasar'. Dari kata kerja jalan 'jalan', lari 'lari', dan renang 'renang' dibentuk kata kerja intransitif balari 'berlari', bajalan 'berjalan' dan baranang 'berenang'.
Contoh:
(27) Kami bajalan di tapi pamatang.
'Kami berjalan di tepi pematang'.
(28) Adik balari lambek-lambek.
'Adik berlari lambat-lambat'.
(29) Anak-anak baranang di sungai itu.
'Anak-anak berenang di sungai itu'.

Dalam hal ini prefiks ba1- juga dapat berarti 'profesi' atau 'pekerjaan'. Dari kata tani 'tani', dagang 'dagang' dapat dibentuk kata kerja batani 'bertani', badagang 'berdagang' yang menunjukkan profesi atau pekerjaan.

(30) Karajonyo batani.
'Kerjanya bertani'.
(31) Karajo Amin badagang ketek-ketek.
'Kerja Amin berjualan kecil-kecil'.

Dengan rageh atau guntiang 'gunting' ba1- berarti kausatif, artinya pekerjaan itu dilakukan oleh orang lain untuk dirinya sendiri.

(32) Adiak baguntiang jo amak.
'Adik bergunting dengan ibu'
(33) Tono barageh di tukang guntiang.
'Tono berpangkas di tempat tukang gunting'.

3. Prefiks ba1- dengan Adjektiva

Prefiks ini mengubah kategori adjektiva menjadi verba. Dalam penggabungan ini, prefiks ba1, arti 'mengalami', baik dengan makna tambahan 'menderita', 'menikmati', maupun 'dalam keadaan'. Makna tambahan itu bergantung pada konteks kalimatnya.

(34) Jan bapaneh juo nak, beko sakik.
'Jangan berpanas juga Nak, nanti sakit'.
(35) Lah badingin-dingin badan sajak cako.
'Telah berdingin-dingin badan sejak tadi'.
(36) Inyo tampaknyo sedang basusah ati.
'Dia tampaknya sedang bersusah hati'.
(37) Basakik-sakik daulu basanang-sanang kamudian.
'Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'.
    (38) Min, jan bamaleh-maleh juo.
    'Min, jangan bermalas-malas juga'.
    (39) Inyo sadang basuko-suko.
    'Dia sedang bersuka ria'.

    4. Prefiks ba1-, dengan Numeralia

    Prefiks ba1- dengan numeralia berarti 'berkelompok dalam jumlah yang disebutkan pada kata dasar'. Pengggabungan ini biasanya juga mengalami proses perulangan.

    (40) Urang tu baduo-duo taruih.
    'Orang itu berdua-dua terus'.
    (41) Masuaklah baduo-duo.
    'Masuklah berdua-dua'.

    Pada kalimat (40), bentukan ini merupakan verba yang mengisi predikat, sedangkan pada kalimat (41) bentukan ini berfungsi sebagai keterangan.

  1. Prefiks ba2-
  2. Prefiks ini tidak produktif dan hanya terdapat pada kata baraja 'belajar' yang merupakan verba transitif. Di bawah ini diberikan kalimat contoh.
    (42) Adiak sadang baraja barelong.
    'Adik sedang belajar berhitung'.
  3. Prefiks ba3-
  4. Prefiks ini hanya bergabung dengan verba transitif dan mengandung makna pasif. Dari verba maambiak 'mengambil', manulih 'menulis', manggoreang 'menggoreng', baraja 'belajar', dan manyapu 'menyapu' dibentuk verba pasif baambiak 'diambil', batulih 'ditulis', bagoreang 'bergoreng', baaja 'diajar dan basapu 'disapu' Contoh-contoh kalimat.
    (43) Lah baambiak buku tu?
    'Apakah buku itu telah diambil?"
    (44) Lah batulih surek tu?
    'Apakah surat itu telah ditulis?"
    (45) Baaja pulo urang gaek makan nasi, yo.
    'Mengapa orang tua diajar makan nasi?"
    (46) Buku tu lah diambiaknyo.
    'Buku itu telah diambilnya'.
    (47) Buku tu lah baambiaknyo.
    'Buku itu telah diambilnya'.
    (48) Surek tu lah ditulihnyo
    'Surat itu telah ditulisnya'
    (49) *Surek tu lah batulihnyo
    'Surat itu telah ditulisnya'
    Dengan contoh-contoh tersebut, dapat dibedakan bahwa dengan prefiks ba3- pelaku tidak boleh dihadirkan dan ini merupakan syarat pemakaian bentuk itu. Oleh karena itu, kalimat (49) dan (48) yang menghadirkan bentuk -nyo sebagai pelaku tidak berterima dalam bahasa Minangkabau.

2. Prefiks paN-

Prefiks ini melekat kepada verba dan berfungsi derivasional. Dari kata cari 'cari', angkek 'angkat', baco 'baca', datang 'datang', lari 'lari', makan 'makan', resek 'raba', sapu 'sapu', tokok 'pukul', dibentuk kata paangkek 'pengangkat', pambaco 'pembaca', pancari 'pencari', pendatang 'pendatang', palari 'pelari', pamakan 'pemakan', paresek 'peraba', panyapu 'penyapu', dan panokok 'pemukul'.

Ada lima bentuk paN-, yaitu pa-, pam-, pan-, pang-, dan pany- yang kelimanya berdistribusi komplementer. Bentuk pa- muncul kalau kata dasar atau bentuk dasar diawali dengan bunyi /l/, /r/, dan vokal. dari kata dasar lutok 'telan', racak 'tunggang' (binatang), ambiak 'ambil' dibentuk kata palutok 'penelan', paracak 'penunggang', dan paambiak 'pengambil'. Bentuk pam- muncul kalau kata dasar berawalan bunyi /p/ dan /b/. Dari kata atau bentuk dasar basuah 'cuci', pangu 'kukur', dan puta 'putar' dibentuk kata baru pembasuh 'pencuci', pamangu 'pengukur' pamuta 'pemutar'. Bentuk pan- muncul kalau kata atau bentuk dasar diawali dengan bunyi /d/, /t/, /c/, atau /j/, dengan catatan bunyi /t/ itu luluh. Dari kata dapek 'dapat', tutuik 'tutup', jaik 'jahit' dan copet 'copet' dapat dibentuk kata baru panutuik 'penutup', pandapek 'pendapat', panjaik 'penjahit' dan pencopet 'pencopet'. Bentuk pang- muncul bila bentuk dasar berawal dengan bunyi /k/ dan /g/. Bunyi /k/ luluh. Bentuk pany- muncul bila bentuk dasarnya berawal dengan bunyi /s/. Ada tiga arti prefiks paN-, yaitu (1) 'alat', (2) 'orang yang melakukan hal yang disebut pada dasar', dan (3) 'orang yang mempunyai sifat atau kebiasaan yang disebut pada dasar. Berikut ini diberikan tiga contoh prefiks tersebut yang berarti 'alat'.

(50) Tolong ambiakan panokok tu.
"Tolong ambilkan palu itu'.
(51) Agiahkan sapu tu ka inyo panyapu rumah,
'Berikan sapu itu kepadanya untuk menyapu rumah'.
(52) Tomaik ko paralu panungke.
'Tomat itu memerlukan penopang'.

Arti yang kedua dicontohkan pada kalimat-kalimat berikut.

(53) Inyolah pandatang baru tu.
'Dialah pendatang baru itu'.
(54) Inyo pambaco barito.
'Dia pembaca berita'.

Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa pandatang dan pambaco masing-masing berarti 'orang yang datang' dan 'orang yang membaca'.

Prefiks paN- dengan adjektiva mempunyai arti 'orang yang mempunyai sifat atau kebiasaan seperti yang disebut dasar'. Dari kata dasar maleh 'malas', talaik 'terlambat', bangih 'marah' dan ibo 'hiba' dibentuk kata pamaleh 'pemalas', panalaik 'orang yang sering datang terlambat (penelat), pambangih 'pemarah', dan paibo 'orang mempunyai rasa hiba'.

Berikut ini diberikan tiga contoh kalimat dengan arti yang disebutkan di atas.

(55) Mimi anak panalaik.
'Mimi anak yang sering terlambat'.
(56) Ayah pambangih bana.
'Ayah sangat pemarah'.
(57) Joan pamaleh sangaik.
'Joan pemalas sangat'.

Prefiks pa-

Prefiks ini berfungsi sebagai pembentuk verba imperatif. Dengan nomina seperti kudo 'kuda' dan budak 'budak' dibentuk verba imperatif pakudo 'perkuda' dan pabudak 'perbudak'. Prefiks ini berarti 'memperlakukan seseorang seperti tersebut dasar'.

(58) Pakudo banalah ambo.
'Gunakanlah tenaga saya seperti menggunakan tenaga kuda'. Dengan verba ia juga membentuk verba imperatif. Dengan kata buek 'buat' dan gunjiangan 'gunjingkan' dapat dibentuk verba imperatif pabuek 'perbuat' dan pagunjiangan 'pergunjingkan'.

Prefiks maN-

Prefiks ini bergabung dengan nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Prefiks ini mempunyai lima alomorf yang berdistribusi komplementer. Kelima bentuk itu adalah mam-, man-, mang-, many-, dan ma-.

Bentuk mam- muncul kalau kata atau bentuk dasar diawali dengan konsonan hambat /p/ dan /b/. Kata baco 'baca', putiah 'putih' kalau dilekati prefiks ini akan menjadi mambaco 'membaca' dam mamutiah 'memutih'. Perlu ditambahkan bahwa konsonan hambat tak bersuara /p/ dilepaskan ke bunyi dasar.

Bentuk man- muncul kalau kata atau bentuk dasar diawali bunyi atau konsonan/t/, /d/,/c/, dan /j/. Dari verba tapuak 'tepuk', doroang 'dorong', cari 'cari', dan japuik 'jemput' dapat dibentuk kata manapuak 'menepuk', mandoroang 'mendorong', mancari 'mencari', dan manjapuik 'menjemput'. Bunyi // pada proses di atas menjadi luluh.

Bentuk mang- muncul kalau kata atau bentuk dasar diawali dengan konsonan velar /k/ dan /g/. Dengan kata kunci 'kunci' dan gosok 'gosok' dibentuk kata baru mangunci 'mengunci' dan manggosok 'menggosok'. Bunyi /k/ luluh.

Bentuk many- muncul kalau prefiks itu bergabung dengan kata atau bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s/. Dari kata sapu 'sapu' dan sapo 'sapa' dibentuk kata baru manyapu 'menyapu' dan manyapo 'menyapa'. Perlu ditambahkan di sini bahwa bunyi /s/ itu tersendiri luluh dalam proses pembentukan kata tersebut.

Bentuk ma- muncul bila bentuk dasar diawali bunyi /l/, /r/, vokal dan nasal.

Penggabungan dengan nomina, misalnya, manggunuang 'menggunung', mambaro 'membara', manumpuak 'menumpuk' dan mangapua 'mengapur', memunculkan arti 'berbentuk seperti' seperti contoh di bawah ini.

(59) Sampah di laman lah manggunuang
'Sampah di halaman telah menggunung'.
(60) Kayu nan bapanggang tu lah mambaro.
'Kayu yang dibakar itu telah membara'.
(61) Dindiang tu lah mangapua.
'Dinding itu telah mengapur.

Dalam penggabungan seperti di atas tersebut, prefiks ini mengubah kelas kata dari nomina menjadi verba.

Dengan adjektiva, prefiks ini juga dapat diletakkan. Dengan adjektiva putiah 'putih', itam 'hitam', kamek 'cantik', kuniang 'kuning', dan tuo 'tua' dibentuk kata mamutiah 'memutih', maitam 'menghitam', mangamek 'memanis', manguniang 'menguning', dan manuo 'menua'. Anti prefiks di sini adalah 'menjadi' atau 'menunjukkan proses'. Berikut ini adalah contoh-contoh dalam kalimat.

(62) Rambuik nenek lah mamutiah.
'Rambut nenek telah memutih'.
(63) Padi di sawah Iah manguniang.
'Padi di sawah telah menguning'.
(64) Mukonya maitam dek berang.
'Mukanya menghitam karena marah'.

Penggabungan dengan verba seperti ambiak 'ambil', baco 'baca', cari 'cari', dapek 'dapat', etoang 'hitung', dan kaja 'kejar' menghasilkan kata bentukan maambiak 'mengambil', mambaco 'membaca', mancari 'mencari', mandapek 'mendapat', maetoang 'menghitung' dan mangaja 'mengajar'. Pada proses di atas, prefiks ini tidak mengubah kategori kata yang dilekati. Arti prefiks dalam kombinasi ini adalah 'melakukan pekerjaan seperti yang disebut pada dasar'. Di bawah ini diberikan contoh kalimat yang mengandung verba tipe di atas.

(65) Adiak mandapek pitih.
'Adik mendapat uang'.
(66) Kuciang tu mangaja anjing.
'Kucing itu mengejar anjing'.
(67) Amak maambiak mangga
Ibu mengambil mangga'.

Dengan numeralia, prefiks ini juga dapat bergabung, tetapi tidak produktif. Hanya ditemukan bentuk seperti manduo 'mendua' yang berarti 'bimbang' atau 'ragu', manujuah 'menujuh', dan maratuih 'meratus'.

(68) Atinyo manduo.
'Hatinya mendua'.

Kedua kata terakhir, yaitu manujuah dan maramuih, di gunakan untuk memperingati hari kematian yang ketujuh dan keseratus. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(69) Bisuak kito manujuah ari nenek.
'Besok kita mendoa untuk nenek setelah tujuh hari beliau meninggal'.

Prefiks sa-

Prefiks ini lebih banyak berkombinasi dengan kata yang menunjukkan kuantitas, seperti kali 'kali', banyak 'banyak', atau dengan kata benda seperti pada sarumah 'serumah', sakalas 'sekelas', sakampuang 'sekampung' dan sakota “sekota'.

Ada dua arti sa-, yaitu (1) satu dan (2) sama. Arti 'satu' muncul pada kata yang dapat disulih dengan numeralia, misalnya, sakali 'sekali' duo kali 'dua kali', dan tigo kali 'tiga kali'. Dalam hal ini sa- berarti 'satu'. Contoh lain adalah sadaguik 'seteguk' Kita dapat mengatakan sadaguik 'sedeguk', duo kali 'dua kali' dan tigo daguik 'tiga deguk'.

Arti 'sama' terdapat pada bentuk yang tidak dapat disulih dengan kata bilangan. Di bawah ini diberikan contoh-contoh kalimat yang memuat kata-kata yang mengandung sa-.

(71) Inyo baru sakali kamari.
dia-baru-sekali-kemari
'Dia baru sekali kemari'.
(72) Agiahah aia sadaguik.
berilah-air-seteguk
'Berilah air seteguk'.
(73) Kami sakampuang.
kami-sekampung
'Kami sekampung'.

Pada kalimat (71) dan (72) sa- berarti 'satu' dan pada kalimat (73) sa- berarti 'sama' atau 'dan ... yang sama'.

Prefiks ta1-

Prefiks ta1 bergabung hanya dengan verba transitif dan penggabungan ini mengandung makna 'melakukan pekerjaan tanpa sengaja atau bermakna 'sanggup'.

Kedua arti di atas, dapat dibedakan dengan memperhatikan verba tempat ta1- melekat. Pada verba yang menunjukkan kegiatan dilakukan dengan sungguh-sungguh atau memerlukan energi, arti yang terkandung dalam verba itu adalah 'sanggup'.

Di bawah ini diberikan tiga contoh untuk setiap arti di atas.

(74) Bola tu tasipak dek adiak.
bola-itu-tersepak-oleh-adik
'Bola itu tersepak oleh adik'.
(75) Soal sarik tu tajawab dek adiak.
soal-sukar-itu-terjawab-oleh-adik
'Soal sukar itu terjawab oleh adik'.
(76) Penanyo tabao dek ambo.
penanya-terbawa-oleh-saya
'Penanya terbawa oleh saya'.
(77) Buku nan barek tu tabao deknyo.
buku-yang-berat-itu-terbawa-oleh-nya
'Buku yang berat itu terbawa olehnya'.
(78) Anjiang tu tatembak dek polisi.
anjing-itu-tertembak-oleh-polisi
'Anjing itu tertembak oleh polisi'.
(79) Kasudahannyo, arimau tu tatembak juo dek polisi.
kesudahannya-harimau-itu-tertembak-juga-oleh-polisi
'Kesudahannya, harimau itu tertembak juga oleh polisi'.

Pada kalimat (74), (76), dan (78) anti prefiks itu adalah 'sesuatu pekerjaan dilakukan tanpa unsur kesengajaan', dan pada kalimat (75), (77), dan (79) artinya adalah 'sanggup'. Pada kalimat-kalimat di atas, verba itu mengandung juga makna pasif.

Prefiks ta2-

Prefiks ini bergabung dengan adjektiva atau verba intransitif yang jumlahnya sangat terbatas. Adjektiva seperti sakik 'sakit', lambek 'lambat', paik 'pahit', sirah 'merah' dan kayo 'kaya' dapat dibekali prefiks tersebut, dan dengan demikian dibentuk kata tasakik 'tersakit', talambek 'terlambat', tapaik 'terpahit', tasirah 'termerah' dan takayo 'terkaya'.

Anti prefiks ini dibentuk oleh kata tempatnya melekat. Arti pertama adalah 'terasa' atau 'merasa', seperti tapaik 'terasa pahit', tasakik 'tersakit'.

(80) Tapaik rasonyo jambu tu.
terpahit-rasanya-jambu-itu
"Terpahit rasanya jambu itu'.
(81) Tinjunyo tasakik dek ambo.
tinjunya-tersakit-olch-saya
'Tinjunya tersakit oleh saya'.

Dengan adjektiva yang menunjukkan wama seperti ilam 'hitam', putiah 'putih' dan sirah 'merah' penggabungan itu mengandung arti 'agak' atau 'kelihatan'. Berikut ini diberikan dua contoh kalimat seperti berikut.

(82) Taputiah tampaknyo dindiang tu.
terputih-tampaknya-dinding-itu
'Agak putih tampaknya dinding itu'.
(83) Tasirah tampaknyo warano oto tu.
termerah-tampaknya-wama-mobil-itu
'Agak merah tampaknya mobil itu'.

Kedua arti 'agak' dan 'kelihatan' muncul sekaligus pada kalimat (82) dan (83).

Kalau prefiks ini bergabung dengan adjektiva yang mengacu kepada kualitas seperti kayo 'kaya', pandai 'pandai', dan barasiah 'bersih', arti prefiks ta- adalah 'paling'. Berikut ini diberikan contoh-contoh kalimat dengan ketiga kata tersebut.

(84) Rina anak tapandai dalam kalas.
Rina-anak-terpandai-dalam-kelas
'Rina anak terpandai dalam kelas'.
(85) Pak Aji urang takayo di nagari ko.
Pak-haji-orang-terkaya-di-negeri-ini
'Pak Haji orang terkaya di negeri ini'.
(86) Aia sungai Tanang tabarasiah di kabupaten Agam.
air-sungai-Tenang-terbersih-di-kabupaten-Agam
'Air sungai Tenang terbersih di kabupaten Agam'.

Prefiks di-

Prefiks ini melekat pada verba transitif saja. Dari kata mambaco 'membaca', maambiak 'mengambil', manunggu 'menunggu', manulih 'menulis', dan maagiah 'memberi' dibentuk verba pasif dibaco 'dibaca', diambiak 'diambil', ditunggu 'ditunggu', ditulih 'ditulis', dan diagiah 'diberi'.

Contoh-contoh kalimat.

(87) Buku tu sadang dibaco ayah.
'Buku itu sedang di baca ayah'.
(88) Pena ambo diambiak adiak.
'Pena saya diambil adik'.
(89) Tamu tu sadang ditunggu.
"Tamu itu sedang ditunggu'.

Prefiks maN-

Prefiks ini dapat bergabung dengan nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.

1) Prefiks maN- + Nomina

Nomina seperti gunuang 'gunung', sarok 'sampah', batu 'batu', dan lumuik 'lumut dapat dilekati prefiks ini dan dengan demikian dapat dibentuk verba manggunuang 'menggunung', manyarok 'menjadi seperti sampah', mambatu 'membatu', dan malumuik 'menjadi lumut'.

Prefiks ini adalah prefiks yang derivasional karena mengubah kelas kata dari nomina menjadi verba. Prefiks ini berarti 'berbentuk seperti' atau 'menjadi'. Di bawah ini diberikan tiga contoh kalimat dengan kata-kata di atas.

(100) Sarok di laman lah manggunuang.
'Sampah di halaman telah menggunung'.
(101) Aia tu lah mambatu.
'Air itu telah membatu'.
(102) Karateh tu manyarok sajo.
kertas-itu-membuat-sampah-saja
'Kertas itu memperbanyak sampah saja'.

Pada kalimat (100) prefiks itu berarti 'berbentuk seperti', pada kalimat (101) 'telah menjadi' dan pada kalimat (102) 'memperbanyak'.

Prefiks tipe ini kurang produktif.

2) Prefiks maN + Verba

Prefiks ini dapat pula digabungkan dengan verba. Dari verba dasar ambiak 'ambil', angkuik 'bawa', baco 'baca', bukak 'buka', cilok 'curi', eteang 'angkat', goreang 'goreng', imbau 'himbau', kunyah 'kunyah' dan lawan 'lawan' dibentuk verba maambiak 'mengambil', maangkuik 'membawa', mambaco 'membaca', mambukak 'membuka', mancilok 'mencuri', maeteang 'mengangkat', manggoreang 'menggoreng', maimbau 'menghimbau', mangunyah 'mengunyah', dan malawan 'melawan'.

Prefiks ini adalah prefiks yang infleksional karena ia tidak mengubah kelas kata yang dilekatinya. Verba yang terbentuk dengan cara ini selalu verba transitif. Arti prefiks ini adalah 'melakukan apa yang disebut dasar'.

Contoh-contoh kalimat dengan beberapa kata di atas.

(103) Adiak maambiak buku ambo.
adik-mengambil-buku-saya
'Adik mengambil buku saya'.
(104) Mamak maeteang jamba.
paman-mengangkat-juadah
Paman mengangkat juadah'.
(105) Payah bana inyo mangunyah makanan tu.
payah-benar-dia-mengunyah-makanan-itu
'Payah sekali dia mengunyah makanan itu'.

3) Prefiks maN + Adjektiva

Prefiks di atas dapat pula digabungkan dengan adjektiva. Karena ia mengubah kelas kata yang dilekatinya, maka prefiks ini bersifat derivasional. Dari adjektiva itam 'hitam', kuniang 'kuning', ijau 'hijau', tuo 'tua', dan gagah 'gagah' dibentuk verba maitam 'menghitam', manguniang 'menguning', maijau 'menghijau', manuo 'menua', dan manggagah 'menggagah'.

Dengan adjektiva yang mengacu kepada wama, prefiks ini berarti 'proses' atau 'menjadi', dan dengan kata lain seperti 'gagah' ia berarti 'melakukan sesuatu untuk terlihat seperti yang disebutkan dasar'

Contoh-contoh kalimat.

(106) Padi di sawah lah manguniang.
padi-di-sawah-telah-menguning
'Padi di sawah telah menguning'.
(107) Rumpuik di laman lah maijau
rumput-di-halaman-telah-menghijau
'Rumput di halaman telah menghijau'.
(108) Pardi sabana manggagah ari ko.
Pardi-sebenarnya-bergaya-hari-ini
'Pardi sungguh-sungguh bergaya hari ini'.

4) Prefiks maN+ Numeralia

Prefiks ini dapat pula berkomunikasi dengan numeralia dasar seperti duo 'dua', tigo 'tiga', tujuah 'tujuh', ratuih 'ratus',. Dari kata-kata itu dibentuk kata manduo 'mendua', manigo 'meniga', manujuah 'menujuh', dan maratuih 'meratus'.

Untuk kata duo dan tigo, prefiks ini berarti 'menjadikan dua atau tiga', untuk menutujuah berarti 'memperingati hari ketujuh' bagi orang yang meninggal, demikian juga maratuih berarti 'memperingati hari keseratus seseorang meninggal'. Biasanya peringatan diadakan dengan mengadakan doa selamat untuk orang yang meninggal tersebut.

Preliks ka-

Prefiks ini bergabung dengan kata dasar yang menunjukkan 'lokasi atau arah', seperti tua' 'luar', dalam 'dalam', muko 'muka', balakang 'belakang', sumpiang 'samping', kiri 'kiri, dan kanan 'kanan'

Dengan penggabungan prefiks ka- dengan kata-kata di atas, dapat dibentuk verba kalua 'ke luar', kadalam 'ke dalam', kamuko 'ke muka', kadepan 'ke depan', kakiri 'ke kiri', dan kakanan 'ke kanan'.

Dalam hal ini, prefiks ka- merupakan prefiks yang derivasional karena ia mengubah kelas kata ia melekat. Ia juga berfungsi pembentuk verba intrasitif. Hal lain yang perlu diingat ialah bahwa prefiks ka- berbeda dengan preposisi ka.

Bandingkan contoh-contoh berikut.

(109) Kalua. Jan masuak juo.
keluar-jangan-masuk-juga
'Keluar. Jangan masuk juga'.
(110) Pai ka lua. Jan tagak di dalam.
pergi keluar jangan-berdiri-di-dalam
'Pergi keluar. Jangan berdiri di dalam'
(111) Kadalam. Jan kalua juo.
kedalam-jangan-keluar-juga
'Ke dalam, Jangan keluar juga'.
(112) Masuak ka dalam. Jan tagak di lua.
masuk-ke-dalam-jangan-berdiri-di-luar
'Masuk ke dalam. Jangan berdiri di luar'.

Prefiks basi- dan baku'-

Prefiks basi- dan baku- hampir memiliki arti yang sama, yaitu 'saling'. Akan tetapi prefiks baku- ini hanya muncul pada bakuantam 'bakuhantam' atau 'saling menghantam'. Prefiks basi lebih banyak muncul dibandingkan dengan prefiks baku-. Prefiks baku- muncul bersama adjektiva atau verba. Dari adjektiva kareh 'keras', tagang 'tegang', lunak 'lunak', dan lambek 'lambat' dibentuk verba basikareh 'bersikeras', basitagang 'bersitegang', basilambek 'bersilambat', dan basilunak 'bersilunak'. Dengan verba suruik 'surut' atau 'mundur' dibentuk adverbial basisuruik 'dengan cara mundur'.

Kedua prefiks ini dapat berfungsi derivasional atau infleksional. Khusus untuk prefiks baku-, ia selalu merupakan prefiks yang infleksional, akan tetapi basi- yang berkombinasi dengan adjektiva merupakan prefiks yang derivasional, dan yang berkombinasi dengan verba merupakan prefiks yang infleksional.

Berikut ini diberikan contoh-contoh kalimat dengan kata-kata di atas.

(113) Anak-anak sadang bakuantam.
anak-anak-sedang-bakuhantam
'Anak-anak sedang bakuhantam".
(114) Basilambeklah saketek. Jan tagageh gageh bana.
bersilambat-lambatlah-sedikit-jangan-tergesa-gesa - benar
'Agak berlambat-lambatlah. Jangan tergesa-gesa benar.
(115) Inyo bajalan basisuruik.
dia-berjalan-bersimundur
'Dia berjalan dengan mundur ke belakang'.

4.2.2.3 Inflikasi

Hanya ada tiga infiks dalam bahasa Minangkabau, yaitu (1) -ar-, (2) al- dan (3) -ar-. Ketiga infiks ini juga tidak produktif, dan hanya muncul dengan kata tali 'tali', gigi 'gigi', jari jari' dan tunjuak 'tunjuk',. Dengan kata muncul infiks -ar-, dengan jari dan tali infiks -al-, dan dengan tunjuak infiks -al-. Dengan demikian bentuk berinfiksnya adalah garigi 'gerigi', tamali 'temali', jamari 'jemari' dan talunjuk 'telunjuk'.

Ketiga infiks ini adalah infiks yang infleksional, karena tidak mengubah kelas kata yang dilekatinya. Arti ketiga prefiks ini adalah 'seperti' dan juga mengandung arti 'banyak'. Jadi, garigi berarti seperti gigi dan juga terkandung arti 'banyak gigi'. Demikian juga dengan kata lainnya, kecuali -al- pada talunjuak hanya berarti 'seperti'.

4.2.2.4 Sufiksasi

Ada tiga sufiks bahasa Minangkabau, yaitu (1) -an1, (2) -an2 dan -i.

Prefiks -an1 hanya bergabung dengan verba dan bentukan yang dihasilkan adalah nomina, karena itu sufiks ini adalah sufiks yang derivasional. Dari verba makan 'makan', minum 'minum', masak 'masak', mulih 'tulis', tuka 'tukar', dan ukua 'ukur' dibentuk kata makanan 'makanan', minuman 'minuman', masakan 'masakan', tulisan 'tulisan', takaran takaran' dan ukuran 'ukuran'.

Arti sufiks ini adalah 'menunjukkan hasil dari yang disebut dasar seperti tulisan adalah 'hasil menulis', ukuran 'hasil dari yang diukur' dan makanan 'makanan' atau 'sesuatu yang dimakan'.

Contoh contoh kalimat.

(116) Makanan tu lamak bana.
makanan-itu-enak-benar.
'Makanan itu enak benar.'
(117) Tulisannyo buruak.
tulisannya-buruk
Tulisannya buruk'.
(118) Aliran sungai tu tapakok.
aliran-sungai-itu-tersumbat
'Aliran sungai itu tersumbat'.

Kalau dilihat bentuk-bentuk aliran, takaran, dan ukuran barangkali ada satu masalah yang perlu dijelaskan yaitu takatakaran, aliaaliran, dan ukuaukuran. Pada kata-kata yang proto Melayunya berakhiran -ar, bentuk itu muncul kembali kalau kata-kata seperti itu mendapat akhiran -an.

Arti sufiks -an juga dapat berarti 'alat' seperti takaran adalah 'alat menakar atau mengukur', ukuran 'alat untuk mengukur'.

Sufiks -an bergabung dengan verba transitif dan berarti 'mengerjakan sesuatu untuk orang lain'. Dari verba bukak 'buka', ambiak 'ambil', baco 'baca', dorong 'dorong', etong 'hitung', kato 'kata' dan layang 'layang' dibentuk kata baru bukakan 'bukakan', ambiakan 'ambilkan', bacoan 'bacakan', dorongan 'dorongkan', etongan 'hitungkan', katoan 'katakan', dan layangan 'layangkan'.

(119) Tolong bukakan pintu.
tolong-bukakan-pintu
'Tolong bukakan pintu'.
(120) Bacoan surek tu untuk nenek.
bacakan-surat-itu-untuk-nenek
'Bacakan surat itu untuk nenek'.
(121) Katoan sajo nan sabananyo.
katakan-saja-yang-sebenarnya
'Katakan saja yang sebenarnya'.

Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa prefiks -an bagi anak-anak atau generasi muda sekarang sering ditukar dengan prefiks -kan. Jadi, bacoan, katoan dan ambiakan menjadi bacokan, katokan dan ambiakkan. Sufiks yang lain ialah -i. Sufiks ini dapat diletakkan kepada verba transitif dan bentukan yang dihasilkan juga transitif. Arti prefiks ini menunjukkan bahwa objeknya menjadi plural atau banyak. Arti lain mungkin juga menunjukkan objeknya tidak terbatas. Sementara itu ada and yang berposisi dengan -an2. Untuk menjelaskan arti tersebut, diberikan tiga contoh berikut.

(122) Ambiaki jambu tu.
ambili-jambu-itu
'Ambil jambu itu semuanya'.
(123) Bacoi buku tu.
bacai-buku-itu
'Baca buku yang ada itu'.
(124) Tanami sawah tu.
tanami-sawah-itu
Tanaini sawah itu.

Pada kalimat (122) dan (123) arti prefiks tersebut adalah 'menunjukkan objeknya plural atau tidak terbatas' sementara pada kalimat (124) prefiks itu beroposisi dengan-an2. Bandingkan pasangan kalimat berikut.

(125) Tanami sawah tu.
tanami-sawah-itu
Tanami sawah itu.
(126) Tanaman padi tu ku sawah nan di subarang.
tanamkan padi-itu-ke-sawah-yang-di-seberang
Tanamkan padi itu ke sawah yang di seberang.
(127) Baei jambu tu.
lempari-jambu-itu
Lempari jambu itu.
(128) Baean batu tu.
lemparkan-batu-itu
Lemparkan batu itu.

Pada kalimat (125) dan (127) objek kalimat adalah nomina yang mengacu kepada lokasi, sedangkan pada kalimat (126) dan (128) objeknya adalah nomina kongkrit.

Sufiks -i dapat juga diletakkan kepada nomina dan bentukan yang dihasilkan adalah verba transitif imperatif. Dengan demikian -i di sini merupakan sufiks yang derivasional karena mengubah status kelas kata yang dilekatinya.

Sufiks ini berarti 'memberi'. Dari kata garam 'garam' gulo 'gula'. badak 'bedak', sabun 'sabun', dan atok 'atap' dibentuk verba transitif imperatif garami 'garami', guloi 'gulai', badaki bedaki', sabuni 'sabuni", dan atoki 'atapi'.

Berikut ini tiga contoh kalimat dengan kata-kata di atas.

(129) Garami gulai tu.
garami-gulai-itu
'Garami gulai itu'.
(130) Guloi kopi ko.
gulai-kopi-ini
'Gulai kopi ini'.
(131) Badaki muko anak tu.
bedaki-muka-anak-itu
'Bedaki muka anak itu'.

4.2.2.5 Konfiks

Konfiks merupakan dua atau lebih afiks yang mempunyai status sebagai satu morfem.

Bentuk-bentuk konfiks ini terdapat antara lain dalam gabungan prefiks paN-...-an, ba- ...-an, paN-...-i, dan ka-...-an.

a. Konfiks paN-...-an

Konfiks ini dapat bergabung dengan nomina, verba, dan adjetiva. Dari nomina buku 'buku', rumah 'rumah', ladang 'ladang' dan kabun 'kebun' dibentuk kata pambukuan 'pembukuan', parumahan 'perumahan', paladangan 'peladangan', dan pakabunan perkebunan'.

Pada umumnya arti konfiks ini adalah tempat. Parumahan berarti tempat membangun 'rumah', paladangan tempat berladang paka-bunan tempat berkebun', kecuali pambukuan berarti 'hasil dari membukukan keuangan.

Contoh-contoh kalimat dengan kata yang mengandung konfiks itu.

(132) Pasawahan di siko lai cukuik.
persawahan-di-sini-ada-cukup
'Persawahan di sini cukup'.
(133) Iko parumahan rang Sikumbang.
ini-perumahan-orang-sikumbang
'Ini perumahan orang Sikumbang'.
(134) Pambukuan tu lah sudah nyo karajoan.
pembukuan-itu-telah-sudah-dia-kerjakan
'Pembukuan itu sudah dia kerjakan'.

Dengan verba seperti bangun 'bangun', rombak 'rombak', gali 'gali' taṇam 'tanam', kaji 'kaji', dan panciang 'pancing' dapat di-bentuk kata pambangunan 'pembangunan', parombakan 'perombakan', pananaman 'penanaman', pamanciangan 'pemancingan' dan pangajian 'pengajian'.

Dalam hal yang kedua ini, prefiksnya berarti 'hasil'. Pambangunan berarti 'hasil dari pembangunan', parombakan 'hasil dan merombak', pananaman 'hasil dari tanaman', pamanciangan 'hasil dari memancing', dan pangajian 'hasil dari mengaji'.

Berikut ini diberikan tiga contoh kalimat dengan kata yang mengandung konfiks tersebut.

(135) Parombakan rumah tu lah salasai.
perombakan-rumah-itu-telah-selesai
'Perombakan rumah itu telah selesai.
(136) Pananaman tabu cako kurang elok.
penanaman-tebu-iadi-kurang-bagus
'Penanaman tebu tadi kurang bagus'.
(137) Pangajian tu sabana santiang.
pengajian-itu-sebenar-bagus
'Pengajian itu sungguh-sungguh bagus'.

Prefiks ini dapat digabungkan dengan adjektiva. Adjektiva seperti itam 'hitam', putiah 'putih', kuniang 'kuning', rancak 'cantik', buruak 'buruk', barasiah 'bersih', dan karuah 'keruh' dapat diberi konfiks tersebut dan dengan demikian dibentuk kata paitaman 'penghitaman', pamutihan 'pemutihan', panguniangan 'penguningan', parancakan 'perbuatan mempercantik', pamburuakan 'pemburukan', pambarasiahan 'pembersihkan, dan pangaruahan 'pengeruhan'.

Konfiks ini merupakan konfiks yang derivasional, karena ia mengubah kelas kata tempat ia melekat. Arti konfiks ini adalah 'alat'. Paitaman berarti 'alat untuk menghitamkan', pamutiahan 'alat untuk memutihkan', parancakan 'alat untuk mempercantik', pambarasiahan 'alat untuk membersihkan', dan pangaruahan 'alat untuk memperkeruh'.

Berikut ini contoh-contoh kalimat dengan kata-kata bentukan di atas.

(138) Pakailah ubek paitaman rambuik.
pakailah-obat-penghitamkan-rambut
'Pakaialah obat penghitamkan rambut'.
(139) Pakailah jamu ko parancakan muko.
pakailah-jamu-ini-percantikan-muka
'Pakailah jamu ini untuk mempercantik muka'.
(140) Pakailah sapu ko pambarasiahan rumah.
pakailah-sapu-ini-pembersihan-rumah
'Pakailah sapu ini pembersihan rumah'.

Dengan numeralia, konfiks ini juga dapat digabungkan. Dengan duo 'dua', tigo 'tiga', ampek 'empat', dan tujuah 'tujuh' dibentuk kata panduoan 'penduakan', panigoan 'penigakan', paampekan 'pengempatan', dan panujuahan 'penujuhkan'.

Konfiks di sini berarti 'menjadikan ....'. Jadi, manduokan berarti 'menjadikan dua', manigokan 'menjadikan tiga', maampekan 'menjadikan empat', dan manujuahkan 'menjadikan tujuh'.

Karena konfiks ini mengubah kelas kata yang dilekatinya, maka ia merupakan konfiks yang derivasional.

Dibawah ini diberikan contoh-contoh kalimat dengan kata-kata di atas.

(141) Tambahlah ciek untuak manigoannyo.
tambahlah-satu-untuk-penigakannya
'Tambahlah satu lagi untuk menjadikan tiga'.
(142) Balilah buku tu duo lai untuak paampekannyo.
belilah-buku-itu-dua-lagi-untuk-pengempatannya
'Belilah buku itu dua buah lagi untuk menjadikan empat'.
(143) Tambahlah duo lai panujuahannyo.
tambahlah-dua-lagi-penujuhkannya
'Tambahlah dua lagi untuk menjadikannya tujuh'.
Dalam beberapa kasus bentuk paN- ....-i juga mungkin dan terdapat arti yang hampir bersamaan. Namun, masih dapat dibedakan.

Bandingkan ketiga pasang kalimat berikut.

(144) Ambiaklah ciek lai panduoannyo.
ambillah-satu-lagi-panduakannya
'Ambillah satu lagi untuk menduakannya'.
(145) Ambiaklah ciek lai panduoinyo.
ambillah satu-lagi-penduainya
'Ambillah satu lagi supaya menjadi dua'.
(146) Tambahlah ciek lai paampeakannyo.
tambahlah-satu-lagi-pengempatannya
'Tambahlah satu lagi untuk menjadikannya empat'.
(147) Tambahlah ciek lai paampeakinyo.
tambahlah-satu-lagi-pengempatinya
'Tambahlah satu lagi supaya menjadi empat'.
(148) Agiahlah duo lai panujuahannyo.
berilah-dua-lagi-penujuhkannya
'Berilah dua lagi penujuhkannya'.
(149) Agiahlah duo lai panujuahnyo
berilah-dua-lagi-penujuhinya
'Berilah dua lagi supaya menjadi tujuh'.

Tampaknya perbedaan arti antara paN- -an dan paN- -i hanya terletak pada penekanannya paN- ... -an lebih ditekan bila dibandingkan dengan paN- ... -i.

b. Konfiks ba, ... -an1

Gatra pengisi pada konfiks ba1- ... -an1 dapat merupakan verba atau numeralia. Dari verba lari 'lari', datang 'datang', tangih 'tangis', salam 'salam' dan paluak 'peluk' dapat dibentuk kata baru balarian 'berlarian', badatangan 'berdatangan', batangihan 'bertangisan', basalaman 'bersalaman dan bapaluakan 'berpelukan'.

Kata bentukan yang dihasilkan oleh penambahan konfiks tidak berubah, yaitu tetap merupakan verba intransitif, oleh karena itu, konfiks ini merupakan konfiks yang infleksional.

Arti konfiks ini adalah (1) 'saling', dan (2) kegiatan dilakukan oleh banyak orang dan terus menerus dalam jangka tertentu'. Untuk arti 'saling' diberikan tiga contoh kalimat, dan demikian juga dengan arti kedua.

(150) Ayah jo anak batangihan.
ayah-dan-anak-bertangisan
'Ayah dan anak bertangisan'.
(151) Tuan rumah jo tamu basalaman.
tuan-rumah-dan-tamu-bersalaman
'Tuan rumah dan tamu bersalaman'.
(152) Kakak beradiak tu bapaluakan dek lah lamo indak basuo
kakak-beradik-itu-berpelukan-karena-telah-lama-tidak-bertemu
'Kakak beradik itu berpelukan karena telah lama tidak bertemu'.
(153) Panduduak kampuang tu balarian dek gampo tu.
penduduk-kampung-itu-berlarian-karena-gempa-itu
'Penduduk kampung itu berlarian karena gempa itu'.
(154) Panonton badatangan dari kampuang lain.
penonton-berdatangan-dari-kampung-lain
'Penonton berdatangan dari kampung lain'.
(155) Anak-anak mudo bagarombolan manonton bola kaki.
anak-anak-muda-bergerombolan-menonton-bola-kaki
'Anak-anak muda bergerombolan menonton bola kaki'.

c. Konfiks ba2 ... -an2

Konfiks ini hanya dapat digabungkan dengan verba transitif. Dengan verba malairan 'melarikan', maambiakan 'mengambilkan' madatangan 'mendatangkan', dan mambaokan 'membawakan' dibentuk verba pasif balarian 'dilarikan', baambiakan 'diambilkan', didatangan didatangkan', dan babaoan 'dibawakan'. Konfiks ba2 ... an2 ini adalah konfiks yang infleksional karena tidak mengubah kelas kata tempat ia bergabung. Arti yang terkandung adalah 'makna pasif.

Contoh-contoh kalimat dengan kata-kata di atas.

(156) Manga balarian buku ambo?
mengapa-dilarikan-buku-saya
'Mengapa dilarikan buku saya?'
(157) Lai babaoan buku tu?
ada-dibawakan-buku-itu
'Apakah buku itu dibawakan?".
(158) Barang ko badatangan dari lua nagari.
barang-ini-didatangkan-dari-luar-negeri
'Barang ini didatangkan dari luar negeri'.

d. Konfiks ba2- ... -i

Sama halnya dengan konfiks ba2- ... -an, konfiks ba2- ... -i hanya bergabung dengan verba transitif. Arti yang terkandung adalah 'makna pasif dan subjek kalimat adalah banyak'. Dari verba maambiak 'mengambil', manokok 'memukul', mambae 'melempar', maninju 'meninju' dan maangkek 'mengangkat' dibentuk verba pasif maambiaki 'diambili', batokoki 'dipukuli', babaei 'dilempari', batinjui 'ditinjui', dan baangkeki 'diangkati'.

Konfiks ini juga merupakan konfiks yang infleksional karena tidak mengubah kelas kata yang dilekatinya.

Berikut ini diberikan tiga contoh kalimat dengan kata-kata yang diberikan di atas.

(159) Manga babaei juo jambu tu?
mengapa-dilempari-juga-jambu-itu
'Mengapa dilempari juga jambu itu?".
(160) Lah baangkeki buku-buku tu?
telah-diangkati-buku-buku-itu
'Apakah telah diangkati semua buku itu?'
(161) Manga ditinjui anak tu?
mengapa-ditinjui-anak-itu
'Mengapa ditinjui anak itu?'

e. Konfiks ka-... -an1

Konfiks ini bergabung dengan verba atau adjektiva. Dari verba datang 'datang', duduak 'duduk', dan pai 'pergi', dibentuk kata kadatangan 'kedatangan', kaduduakan 'kedudukan', dan kapaian 'kepergian'. Tampaknya bentuk-bentuk ini sangat terbatas, dan sebegitu jauh hanya dapat ditampilkan tiga kata kerja.

Kata bentukan yang dihasilkan adalah nomina, karena itu konfiks adalah konfiks yang derivasional. Arti konfiks ini adalah 'menunjukkan hasil dari verba yang dilekati'. Di bawah ini diberikan contoh-contoh kalimat dengan ketiga kata tersebut.

(162) Kadatangannyo tibo-tibo bana.
kedatangannya-tiba-tiba-benar
'Kedatangannya tiba-tiba sekali'.
(163) Kaduduakannyo lah elok bana.
kedudukannya-telah-baik-benar
'Kedudukannya telah baik sekali'.
(164) Kapaiannyo takaja-kaja bana.
kepergiannya-terburu-buru-benar
'Kepergiannya terburu-buru sekali'.

Dengan adjektiva sepeni girang 'gembira', cameh 'cemas', pandai 'pandai', bodoh 'bodoh', paneh 'panas', dingin 'dingin', panek 'penat', latiah 'letih', dan gadang 'besar', dibentuk kata kagirangan 'kegirangan', kacamehan 'kecemasan', kapandaian 'kepandaian', kabodohan 'kebodohan', kapanehan 'kepanasan', kadinginan 'kedinginan', kapanekan 'kepenatan', kalatiahan 'keletihan', dan kagadangan 'kebesaran'.

Konfiks ini mengubah kelas kata yang dilekatinya, dan oleh karena itu ia merupakan konfiks yang derivasional. Arti konfiks ini adalah 'abstraksi dari adjektiva yang disebut dasar'. Di samping itu, juga terdapat arti 'ditimpa' atau 'dikenai' atau 'agak'.

Untuk arti pertama diberikan tiga contoh berikut.

(165) Kapandaiannyo alun manga-manga lai.
kepandaiannya-belum-mengapa-mengapa
'Kepandaiannya belum apa-apa'.
(166) Kalatiahan tu dek banyak bakarajo sajo tu nyo.
keletihan-itu-karena-banyak-bekerja-saja-itu-hanya
'Keletihan itu hanya disebabkan karena terlalu banyak bekerja'.
(167) Kabodohan sarupo tu indak elok dipadia-padia tu doh.
kebodohan-seperti-itu-tidak-baik-dipebiar-biar-itu-doh
'Kebodohan seperti itu tidak boleh dibiarkan terus-menerus'.

Dengan adjektiva yang berhubungan dengan cuaca, arti prefiks ini mengacu kepada 'ditimpa' atau 'dikenai'. Untuk itu itu hanya dapat ditampilkan dua contoh.

(168) Siang-siang kapanehan.
siang-siang-kepanasan
'Setiap siang hari kepanasan'.
(169) Malam-malam kadinginan.
malam-malam-kedinginan
'Setiap malam kedinginan'.

Untuk konfiks yang berani 'agak' hanya dapat diberikan satu contoh kalimat.

(170) Baju tu kagadangan.
baju-itu-kebesaran
'Baju itu agak besar'.

Dengan nomina reduplikasi anak-anak 'anak-anak', konfiks ini dapat pula digabungkan, dan kata bentukan yang dihasilkan adalah adjektiva. Oleh karena itu, konfiks ini juga merupakan konfiks yang derivasional.

Berikut diberikan contoh kalimatnya.

(171) Urang gaek tu kaanak-anakan juo lai.
orang-tua-itu-ke-anak-anakan-juga-lagi
'Orang tua itu masih saja kekanak-kanakan'.

4.2.2.6 Afiks Gabung

Yang dimaksud dengan afiks gabung adalah gabungan antara dua atau lebih afiks dengan status dua morfem atau lebih.

a. Gabungan Afiks maN- dan pa-

Pada bahagian 4.2.2.1 telah dibahas bahwa prefiks dapat digabungkan dengan nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Kata-kata bentukan tersebut dapat pula ditambah dengan prefiks maN-. Dari kata bentukan pakudo 'perkuda', pabudak 'perbudak', pabuek 'perbuat', parancak 'percantik', dan paduo 'perdua' dapat dibentuk lagi kata bentukan baru mampakudo 'memperkuda', mampabudak 'memperbudak', mampabuek 'memperbuat', mamparancak 'mempercantik', dan mampaduo 'memperdua'.

Prefiks pa- pada proses pertama merupakan prefiks yang derivasional, akan tetapi prefiks maN- merupakan prefiks yang infleksional. Fungsi prefiks itu mengubah verba imperatif transitif menjadi verba transitif saja.

Arti prefiks ini adalah melakukan apa yang disebut oleh bentukan pertama. Berikut ini diberikan tiga contoh kalimat dengan kata bentukan di atas.

(172) Jan mampabudak urang lain.
Jangan-memperbudak-orang-lain
'Jangan memperbudak orang lain'.
(173) Inyo sabana mampabudak nan nyo sukoi.
dia-sebenarnya-memperbudak-apa-yang-dia-sukai
'Dia sungguh-sungguh memperbudak apa yang dia sukai'.
(174) Winda tiok ari mamparancak diri sajo.
Winda-tiap-hari-mempercantik-diri-saja
'Winda tiap hari mempercantik diri saja'.
(175) Nia mampaduo nasi tu untuak makan siang.
Nia-memperdua-nasi-itu-untuk-makan-siang
'Nia memperdua nasi itu untuk makan siang'.

b. Gabungan maN- dan pa- ... -an2

Bentuk-bentuk seperti pagunjiangan 'pergunjingkan', patangkaan 'pertengkaran', parancakan 'percantikan', paambiakan 'perambilkan', pambarasiahan 'pembersihkan', paduaon 'perduakan' dapat diberi prefiks maN- dan dengan demikian terbentuk kata baru mampagunjiangan 'mempergunjingan', mampatangkaan 'mempertengkaran', mamparancakan 'mempercantikan', mampabarasiahan 'memperbersihkan' dan mampaduoan 'memperduakan'.

Prefiks maN- di sini adalah prefiks yang infleksional karena ia tidak mengubah kelas kata bentukan yang dilekatinya. Arti prefiks ini sama saja dengan arti prefiks pada bahagian sebelumnya.

Di bawah ini diberikan beberapa kalimat sebagai contoh.

(176) Inyo mampagunjiangan urang taruih.
dia-mempergunjingkan-orang-terus
'Dia selalu mempergunjingkan orang'.
(177) Kalian mampatangkaan nan indak paralu sajo.
kalian-mempertengkaran-yang-tidak-perlu-saja
'Kalian mempertengkaran yang tidak perlu saja'.
(178) Kami mampaduoan sawah kami.
kami-memperduakan-sawah-kami
'Kami membagi dua sawah ini.'

c. Gabungan maN- dan pa- ... -i

Kata bentukan yang terjadi dengan kombinasi konfiks pa-..-i dapat pula diberi prefiks maN-. Kata bentukan yang dihasilkan adalah verba transitif. Dari kata bentukan paduoi 'perdua', pangaruahi 'pengaruhi', dan patigoi 'pertigai' dibentuk kata mampangaruahi 'mempengaruhi', mampaduoi 'memperduai' dan mampatigoi 'mempertigai'.

Prefiks maN- di sini adalah prefiks yang derivasional dan berarti 'melakukan apa yang disebut bentukan pertama'. Di bawah ini diberikan tiga contoh kalimat dengan kata bentukan pola baru tersebut.

(179) Kami mancubo mampangaruahinyo.
kami-mencoba-mempengaruhinya
'Kami mencoba mempengaruhinya'.
(180) Pak Kamin taruhi mampaduoi sawahnyo.
Pak-Kamin-terus-memperduai-sawahnya
'Pak Kamin terus memperduai sawahnya'.
(181) Urang tu mampacundangi kami.
orang-itu-mempecundangi-kami
'Orang itu mempecundangi kami'.

4.2.2.7 Perulangan

Ada tiga butir utama yang menjadi masalah pokok perulangan yaitu (1) bentuk, (2) fungsi dan (3) arti perulangan.

a. Bentuk Perulangan

Ada tiga bentuk perulangan dalam bahasa Minangkabau, yaitu (1) perulangan penuh, (2) perulangan sebahagian, dan (3) perulangan dengan perubahan bunyi.

(1) Perulangan Penuh
Perulangan penuh muncul pada nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.
a) Nomina
Nomina yang mendapat perulangan penuh dapat muncul pada nomina dasar atau bentukan.
Nomina dasar baik terhitung maupun yang tidak dapat diulang secara penuh, seperti meja 'meja', kurisi 'kursi', rumah 'rumah', rumpuik rumput', kopi 'kopi', dan aia 'air' kalau diulang secara penuh akan membentuk kata baru, yaitu meja-meja 'meja-meja', kurisi-kurisi 'kursi-kursi', rumah-rumah rumah-rumah', rumpuik-rumpuik 'rumput-rumput', kopi-kopi 'kopi-kopi' dan aia-aia 'air-air'.
Nomina bentukan seperti panokok 'pemukul', padagang 'pedagang', pandatang 'pendatang', parumahan 'perumahan', pasawahan 'persawahan', makanan 'makanan', minuman 'minuman', dan masakan 'masakan' dapat pula diulang secara penuh dan dengan demikian terbentukan kata ulang panokok-panokok 'pemukul-pemukul', padagang-padagang 'pedagang-pedagang', pandatang-pandatang 'pendatang-pendatang', parumahan-parumahan 'perumahan-perumahan', pasawahan-pasawahan 'persawahan-persawahan', makanan-makanan 'makanan-makanan', minuman-minuman 'minuman-minuman', dan masakan-masakan 'masakan-masakan'.
b) Verba
Verba yang diulang secara penuh juga muncul pada verba dasar atau bentukan.
Verba dasar seperti datang 'datang', etoang 'hitung', gabuang 'gabung', kocok 'kocok', lambai 'lambai makan 'makan', patuik 'patut', sapu 'sapu', tabang 'terbang', dan tapuak 'tepuk' dapat diulang secara penuh menjadi kata ulang datang-datang 'datang-datang', etoang-etoang 'hitung-hitung', gabuang-gabuang 'gabung-gabung', kocok-kocok 'kocok-kocok', lambai-lambai 'lambai-lambai', makan-makan 'makan-makan', patuik-patuik 'patut-patut' atau pandang-pandang 'pandang-pandang', sapu-sapu 'sapu-sapu', tabang-tabang 'terbang-terbang', dan tapuak-tapuak 'tepuk-tepuk'.
Verba bentukan seperti balari 'berlari', baambiak 'diambil', mangaji 'mengaji', mamanciang 'memancing', mamasak 'memasak', dibaco 'dibaca' dapat diulang secara penuh menjadi
balari-balari 'berlari-berlari', baambiak-baambiak 'diambil-diambil', mangaji-mangaji 'mengaji-mengaji', mamanciang-mamanciang 'memancing-memancing', mamasak-mamasak 'memasak-memasak', dibaco-dibaco 'dibaca-dibaca'.
c) Adjektiva
Baik adjektiva dasar maupun adjektiva bentukan dapat diulang secara penuh.
Adjektiva dasar seperti itam 'hitam', patuih 'putih', rancak 'bagus', elok 'elok', kayo 'kaya', sakik 'sakit', kuruih 'kurus', gapuak 'gemuk', dan gata 'gatal' dapat diulang secara penuh menjadi itam-itam 'hitam-hitam', putiah-putiah 'putih-putih', rancak-rancak 'bagus-bagus', elok-elok 'elok-elok', kayo-kayo 'kaya-kaya', sakik-sakik 'sakit-sakit', kuruih-kuruih 'kurus-kurus', gapuak-gapuak 'gemuk-gemuk', dan gata-gata 'gatal-gatal'.
Adjektiva bentukan seperti tasirah 'termerah', takajuik 'terkejut', pambangih 'pemarah', pamalu 'pemalu', panangih 'penangis', paramah 'peramah', dan pagarah 'pegurau' bisa diulang dengan penuh menjadi tarsirah-tasirah 'termerah-termerah', takajuik-takajuik 'terkejut-terkejut', pambangih-pambangih 'pemarah-pemarah', pamalu-pamalu 'pemalu-pemalu', pangeak-pangeak 'penangis-penangis', peramah-peramah 'peramah-peramah', dan paragah-paragah 'pegurau-pegurau'.
d) Numeralia
Numeralia yang mendapat perulangan penuh dapat terjadi pada numeralia dasar atau bentukan.
Dari numeralia ciek 'satu', duo 'dua', tigo 'tiga', ampek 'empat', sapuluah 'sepuluh', duo puluh 'dua puluh', saratuih 'seratus', dan saribu 'seribu' dibentuk kata ulang ciek-ciek 'satu-satu', duo-duo 'dua-dua', tigo-tigo 'tiga-tiga', ampek-ampek 'empat-empat', sapuluah-sapuluah 'sepuluh-sepuluh', duo puluah-duo puluah 'dua puluh-dua puluh', saratuih-saratuih 'seratus-seratus', dan saribu-saribu 'seribu-seribu'.
Numeralia seperti sapaduo 'seperdua', saparampek 'seperempat', sapalimo 'seperlima', kaduo 'kedua', katigo
'ketiga', dan kaduo puluah satu 'kedua puluh satu' dapat berulang secara penuh menjadi sapaduo-sapaduo 'seperdua-seperdua', sapatigo-sapatigo 'sepertiga-sepertiga', saparampek-saparampek 'seperempat-seperempat', sapalimo-sapalimo 'seperlima-seperlima'.

(2) Perulangan Sebahagian

Perulangan sebahagian juga muncul pada nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.

a) Nomina
Nomina bentukan seperti parambah 'perambah', panokok 'penokok' atau 'palu', panari 'penari', paota 'tukang omong', panyabik 'penyabit', dan panggarih 'penggaris', dapat diulang sebahagiannya dan dengan demikian terbentuk kaka ulang parambah-rambah 'perambah-rambah', palari-lari 'pelari-lari', paota-ota 'pengibuli', panyabik-nyabik 'penyabit-nyabit', dan panggarih-garih 'penggaris-garis'.
b) Verba
Verba yang mendapat perulangan sebahagian adalah verba bentukan. Verba bantukan seperti balari 'berlari', baetoang 'berhitung', bapayuang 'berpayung', mangaja 'mengejar', maimbau 'memanggil', manjago 'menjaga', mangaji 'mengaji', mamanciang 'memancing', dibao 'dibawa', tabao 'terbawa', tacaliak 'terlihat', mampatele 'memperolokkan', dan basikareh 'bersikeras dapat diulang dasamya sehingga terbentuk kata ulang balari-lari 'berlari-lari', baetoang-etoang 'dihitung-hitung', bapayuang-payuang 'berpayung-payung', mengaja-ngaja 'mengejar-ngejar', maimbau-imbau 'memanggil-manggil', manjago-jago 'menjaga-jaga', mangaji-ngaji 'mengaji-ngaji', mamanciang-manciang 'memancing-mancing', dibao-bao 'dibawa-bawa', tabao-bao 'terbawa-bawa', tacaliak-caliak 'terlihat-lihat', mampatele-tele 'memperolok-olokkan', dan basikareh-sikareh 'bersikeras-sekeras'.
c) Adjektiva
Adjektiva yang berulang sebahagiannya adalah adjektiva bentukan. Adjektiva bentukan seperti tacelak 'menonjol', tapandai 'terpandai', tasirah 'termerah', taitam 'terhitam', tagageh
'tergesa', tasakik 'tersakit', kaitaman kehitaman', sapandai 'sepandai', sajauh 'sejauh', sagadang 'sebesar', dan sabagak 'seberani' dapat diulang dasarnya dan oleh karena itu ditemukan bentuk-bentuk tacelak-celak 'tertonjol-tonjol', tapandai-pandai 'terpandai-pandai', tasirah-sirah 'termerah-merah', taitam-itam 'terhitam-hitam', tagageh-gageh 'tergesa-gesa', tasakik-sakik tersakit-sakit', kaitam-itam 'kehitam-hitam', sapandai-pandai 'sepandai-pandai', sajauh-jauh 'sejauh-jauh', sagadang-gadang 'sebesar-besar, dan sabagak-bagak 'seberani-berani'.
d) Numeralia
Numeralia yang mendapat perulangan sebahagian adalah numeralia bentukan.
Contoh: katigo 'ketiga', kaampek 'keempat', dan kalimo 'ke-lima', kalau diulang menjadi katigo-tigo 'ketiga-tiga', kaampek-ampek 'keempat-empat', dan kalimo-limo 'kelima-lima', Akan tetapi, numeralia bentukan seperti sapaduo 'seperdua', sapatigo 'sepertiga', dan sapaampek 'seperempat' diaulang secara penuh, sehingga bentuk perulangannya adalah sapaduo-sapaduo 'seperdua-seperdua', sapatigo-sapatigo 'sepertiga-sepertiga' dan sapaampek-sapaampek 'seperempat-seperempat'.
b. Fungsi Perulangan
Perulangan bahasa Minangkabau bersifat infleksional perulangan termasuk pada satu paradigma dengan leksemnya. Leksem RUMAH 'rumah' misalnya mempunyai paradigma rumah 'rumah', rumahnyo 'rumahnya', rumah-rumah 'rumah-rumah' dan rumah-rumahnyo 'rumah-rumahnya'. Demikian juga LARI 'lari' dengan paradigmanya lari 'lari' dan lari-lari 'lari-lari'.
Jika terdapat perulangan yang seakan-akan derivasional seperti kaanak-anakan 'keanak-anakan' , maka bentuk yang derivasional bukanlah perulangannya akan tetapi konfiks ka-...-an.
c. Ani Perulangan
Perulangan nomina pada umumnya berarti 'jamak'. Perulangan dasar atau bentukan seperti meja-meja 'meja-meja', rumah-rumah 'rumah-rumah', kurisi-kurisi 'kursi-kursi', makanan-makanan
'makanan-makanan', dan pandatang-pandatang 'pendatang-pendatang' semuanya berarti 'jamak'.

Di bawah ini diberikan tiga contoh kalimat yang mengandung nomina yang berarti 'jamak'.

(182) Latakan meja-meja tu ka tampeknyo samulo.
letakkan-meja-meja-itu-ke-tempatnya-semula
'Letakkan meja-meja itu ke tempatnya semula'.
(183) Sabiklah rumpuik-rumpuik di laman tu.
sabitlah-rumput-rumput-di-halaman-itu
'Sabitlah rumput-rumput di halaman itu'.
(184) Pandatang-pandatang baru tu alah tibo.
pendatang-pendatang-baru-itu-telah-tiba
'Pendatang-pendatang baru itu telah tiba'.

Di samping mempunyai arti 'jamak', juga terdapat arti 'mirip' atau 'seperti yang khususnya mengacu kepada mainan, seperti rumah-rumah 'rumah-rumah', kudo-kudo 'kuda-kuda', dan kapa-kapa 'kapal-kapal'. Semuanya berarti 'mainan' yang mirip dengan rumah, kuda atau kapal.

(185) Rumah-rumah tu lah rusak.
rumah-rumah-itu-telah-rusak
'Rumah-rumah itu telah rusak'.
(186) Kudo-kudo ko dibali di pasa.
kuda-kuda-ini-dibeli-di-pasar
'Kuda-kuda ini dibeli di pasar.
(187) Kapa-kapa ko dibuek dari karateh.
kapal-kapal-ini-dibuat-dari-kertas
'Kapal-kapal ini dibuat dari kertas'.

Satu bentuk perulangan yang khas adalah perulangan yang tidak memiliki bentuk netral. Bentuk perulangan yang khas ini adalah kaanak-anakan 'keanak-anakan', kapadusi-padusian 'kewanita-wanitaan', dan kabulando-bulandoan 'kebelanda-belandaan'. Arti perulangan ialah berperilaku seperti yang sebut 'dasar'.

(188) Anak mudo tu kaanak-anakan.
anak-muda-itu-keanak-anakan
'Anak muda itu keanak-anakan'.
(189) Toni tampak kapadusi-padusian.
Toni-tampat-kewanita-wanitaan
'Toni tampak kewanita-wanitaan'.
(190) Hanafi kabulando-bulandoan.
Hanafi-kebelanda-belandaan
'Hanafi kebelanda-belandaan'.

Terakhir, perulangan nomina khususnya pronomina dan demonstiva juga berarti intensitas.

(191) Iko-iko juo nan babali.
ini-ini-juga-yang-dibeli
'Ini-ini juga yang dibeli'.
(192) Kami-kami sajo nan basuruah.
kami-kami-saja-yang-bersuruh
'Kami-kami saja yang disuruh'.
(193) Inyo-inyo sajo nan babao.
dia-dia-saja-yang-dibawa
'Dia-dia saja yang dibawa'.

Verba bahasa Minangkabau baik dasar maupun bentukan memiliki arti (1) jamak benda, (2) jamak kerja, (3) pekerjaan dilakukan dengan santai atau tidak sungguh, (4) penyebaran dan (5) metafora.

Arti jamak benda terdapat pada verba berulang yang terdiri atas ba + N. Nomina pada rumusan ini terdapat berupa dasar atau bentukan. Verba seperti babukik-bukik 'berbukit-bukit', balubang-lubang 'berlubang-lubang', bapakaian-pakaian berpakaian-pakaian'. Semuanya mengandung jamak benda.

(194) Pulau ko babukik-bukik.
Pulau-ini-berbukit-bukit
'Pulau ini berbukit-bukit'.
(195) Jalan ka Maninjau lah balubang-lubang.
jalan-ke-Maninjau-telah-berlubang-lubang
'Jalan ke Maninjau telah berlubang-lubang'.
(196) Minah bapakaian-pakaian rancak.
Minah-berpakaian-pakaian-bagus
'Minah berpakaian-pakaian bagus'.
Arti 'jamak kerja' verba terdapat pada verba dasar bentukan, seperti manokok-nokok 'memukul-mukul', mambantiang-bantiang 'membanting-banting', ditapuak-tapuak 'ditepuk-tepuk' dan babega-bega 'berputar-putar'. Berikut ini diberikan contoh-contoh kalimat dengan verba tersebut.
(197) Ayah manokok-nokok meja dek berang.
ayah-memukul-mukul-meja-karena-marah
'Ayah memukul-mukul meja karena marah'.
(198) Kakak mambantiang-bantiang adonan untuak mambuek kue.
kakak-membanting-banting-adonan-untuk-membuat-kue
'Kakak membanting-banting adonan untuk membuat kue'.
(199) Bau adiak ditapuak-taouak kakak
bahu-adik-ditepuk-tepuk-kakak
'Bahu adik ditepuk-tepuk kakak'.

Arti 'pekerjaan dilakukan dengan santai' atau 'tidak sungguh-sungguh' terdapat pada verba dasar atau bentukan berulang seperti duduak-duduak 'duduk-duduk', mambaco-baco 'membaca-baca', manari-nari 'menari-nari', dan maangkek-angkek 'mengangkat-angkat'. Bandingkan kalimat-kalimat berikut.

(200) Inyo duduak bapikia.
dia-duduk-berpikir
'Dia duduk berpikir'.
(201) Inyo duduak-duduak di palanta.
dia-duduk-duduk-di-pelantar
'Dia duduk-duduk di pelantar'.
(202) Adiak mambaco buku Ilmu Pasti.
adik-membaca-buku-ilmu-pasti
'Adik membaca buku Ilmu Pasti'.
(203) Adiak mambaco-baco surek kakak.
adik-membaca-baca-surat-kakak
'Adik membaca-baca surat kakak'.
(204) Kuli tu maangkek barang ka oto.
kuli-itu-mengangkat-barang-ke-mobil
'Kuli itu mengangkat barang ke atas bus'.
(205) Kakak maangkek-angkek kurisi.
kakak-mengangkat-angkat-kursi
'Kakak mengangkat-angkat kursi'.

Pada kalimat (190) pekerjaan dilakukan tanpa sungguh-sungguh, akan tetapi pada kalimat (189) pekerjaan dilakukan dengan sunguh-sungguh, sehingga perulangan verba pada kalimat itu tidak mungkin. Akan tetapi pada kalimat (190) verbanya dapat saja tidak berulang dan pekerjaan duduak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Demikian juga oposisi kalimat (191) dan (192), serta kalimat (192) dan (194) menunjukkan kegiatan yang sungguh-sungguh lawan kegiatan yang tidak sungguh-sungguh.

Arti 'pekerjaan' dan sekaligus 'memperlihatkan kerendahan hati' si pembicara' terdapat pada dialog yang terjadi dalam tegur sapa. Penyapa bertanya pada seseorang yang sedang tekun membaca, menulis atau membersihkan halaman dengan sapaan 'Manga tu', 'sedang mengapa?' dan biasanya dijawab dengan mambaco-baco 'membaca-baca', menulih-nulih 'menulis-nulis', atau mambarasiah-barasiahan alaman 'membersih-bersihkan halaman'. Akhirnya arti metafor terdapat pada ungkapan-ungkapan seperti melambai-lambai 'melambai-lambai', maimbau-imbau 'memanggil-manggil', manyuruah-nyuruah 'menyuruh-nyuruh'.

Berikut ini contoh perulangan yang mengandung makna metafor.

(206) Awan bararak maimbau-imbau den pulang.
awan-berarak-memanggil-manggil-saya-pulang
'Awan berarak memanggil-manggil saya pulang'.
(207) Daun karambia malambai-lambai mangecekan salamaik jalan.
daun-kelapa-melambai-lambai-mengucapkan-selamat-jalan.
'Daun kepala melambai-lambai mengucapkan selamat jalan'.
(208) Gunuang Marapi jo Singgalang sarupo menyuruah-nyuruah den pulang.
gunung-merapi-dengan-singgalang-serupa-menyuruh-nyuruh saya-pulang
'Gunung Merapi dengan Singgalang serupa menyuruh-nyuruh saya pulang'.
4.3 Kelas Kata

Pada bagian ini dibicarakan kelas kata bahasa Minangkabau. Secara garis besar, kata itu dapat diklasifikasikan atas (1) kata leksikal, yang termasuk ke dalamnya nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan pronomina; dan (2) kata partikel, yang ke dalamnya tergabung pula adverbia, interogativa, artikula, preposisi, konjungsi, interjeksi, demonstrativa, dan interjeksi.

Analisis kelas kata bahasa Minangkabau ini mengikuti penggolongan kata Harimurti Kridalaksana yang mengunakan kriteria sintaktik. Di samping itu, juga akan diperlihatkan di sini perpindahan kelas kata yang disebabkan oleh proses morfologis.

Dari data yang terkumpul ditemui adanya kelas-kelas kata dalam bahasa Minangkabau sebagai berikut.

(1) Verba
(2) Adjektiva
(3) Nomina
(4) Pronomina
(5) Adverbia
(6) Numeralia
(7) Interogativa
(8) Demonstrativa
(9) Artikula
(10) Preposisi
(11) Konjungsi
(12) Kategori fatis
(13) Interjeksi

4.3.1 Verba

Suatu kata dapat diketahui berkategori verba dalam bahasa Minangkabau apabila kata itu dapat didampingi partikel indak 'tidak' dan satuan itu dapat didampingi oleh partikel di 'di', ka 'ke', dan dari 'dari' atau dengan partikel sangaik 'sangat', labiah 'lebih', atau agak 'agak'.

Dilihat dari segi bentuknya, verba bahasa Minangkabau dapat dibedakan atas (1) verba dasar dan (2) verba turunan.

4.3.1.1 Verba Dasar

Verba dasar ialah verba yang berupa morfem dasar bebas. Contoh: pai 'pergi', pulang 'pulang', mandi 'mandi', tidua 'tidur', tagak 'tegak;, duduak 'duduk' minum 'minum', makan 'makan', jatuah jatuh'.

Verba dasar ini tidak dilekati afiks atau bentukan lain dalam penggunaannya.

(209) Inyo pai ka pasa
'Dia mandi pasar'.
(210) Kakak pulang dari sakola.
'Kakak pulang dari sekolah'.
(211) Inyo mandi pagi.
'Dia mandi pagi.'
(212) Inyo tidua baliak.
'Dia tidur kembali'.
(213) Inyo tagak di pintu.
'Dia berdiri di pintu'.
(214) Adiak minum susu.
'Adik minum susu'.
(215) Inyo makan sabanta.
'Dia makan sebentar.
(216) Inyo baru jago.
'Dia baru jaga'.
(217) Anaknyo jatuah dari kareta.
'Anaknya jatuh dari sepeda'.

4.3.1.2 Verba Turunan

Bahasa Minangkabau mengenal juga verba turunan, yaitu verba yang mengalami afiksasi, reduplikasi, proses gabungan atau paduan leksem.

1) Verba Berafiks

Bahasa Minangkabau mengenal tiga macam afiks untuk pembentuk verba, yaitu prefiks, sufiks dan afiks gabungan. Berikut ini dikemukakan ketiga macam verba berafiks tersebut.

a) Verba yang mendapat prefiks

Contoh: manangih 'menangis'
mancari 'mencari'
    ditulih 'ditulis'
    ditukuak 'ditambah'
    tasaok 'tertutup'
    takunyah 'terkunyah'
    basuo 'bertemu'
    baretong 'berhitung'

Pemakaian dalam kalimat seperti berikut.

(218) Inyo manangih.
'Dia menangis'.
(219) Amak mambao adiak ka rumah sakik.
'Ibu membawa adik ke rumah sakit'.
(220) Kami basuo jo inyo di pasa kapatang.
'Kami bertemu dengan dia di pasar kemarin'.

b) Verba yang mendapat sufiks

Contoh: garami 'beri garam'
masuakan 'masukkan'
bacoan 'bacakan'
basuahan 'cucikan'
tanyoan 'tanyakan'

Contoh pemakaiannya dalam kalimat adalah sebagai berikut.

(221) Garami dulu ikan nan ka digoreang tu.
'Garami dulu ikan yang akan digoreng itu'.
(222) Tolong bacoan pangumuman tu beko.
'Tolong bacakan pengumuman itu nanti.
(223) Tanyoan ka inyo pabilo inyo ka datang.
'Tanyakan kepadanya kapan dia akan datang'.

c) Verba yang mendapat imbuhan gabungan yang terdapat pada awal dan akhir kata.

Contoh: mampacaliekan 'memperlihatkan'
mampatukaan 'mempertukarkan'
mamparatian 'memperhatikan'
mampaelokan 'memperbaiki kembali'
mampataruikan 'memperturutkan'

Pemakaian bentuk verba seperti itu dapat dilihat dalam kalimat berikut.

(224) Anak tu mampaliekan ruponyo ka mandehnyo.
'Anak itu memperlihatkan wajahnya kepada ibunya'.
(225) Inyo disuruah mandehnyo mampatukaan pitih ka lapau.
'Dia disuruh ibunya menukarkan uang ke kedai'.
(226) Inyo taruih mampataruikan kandak anaknyo,
dia selalu memperturutkan kehendak anaknya
'Dia selalu memperturutkan kehendak anaknya',

2) Verba bereduplikasi

Contoh: pai-pai 'pergi-pergi'
main-main 'main-main'
makan-makan 'makan-makar'
pulang-pulang 'pulang-pulang'
masuak-masuak 'masuk-masuk'
mandok-mandok 'sembunyi-sembunyi'

Contoh pemakaiannya dalam kalimat adalah sebagai berikut.

(227) Waang jan pai-pai dari siko.
'Kamu (laki-laki) jangan pergi-pergi dari sini'.
(228) Inyo indak makan-makan salamo tigo ari,
'Dia tidak makan-makan selama tiga hari'.
(229) Inyo indak masuak-masuak kantua lah tigo ari,
'Dia tidak masuk-masuk kantor sudah tiga hari'.

3) Verba berproses gabungan

Dalam bahasa Minangkabau ditemui juga verba proses gabungan.

Contoh: bamain-main 'bermain-main'.
ditulih-tulih 'ditulis-tulis'
bajalan-jalan 'berjalan-jalan'
bakarek-karek 'dipotong-potong'

dalam kalimat dapat dilihat sebagai berikut.

(230) Inyo suko bamain-main pulang sikola.
'Dia suka bermain-main pulang sekolah'.
(231) Inyo bajalan-jalan di sikuliliang ramah.
'Dia berjalaan-jalan di sekeliling rumah'.
(232) Jan ditulih-rulih juo dindiang rumah tu.
'Jangan ditulis-tulis juga dinding rumah itu'.
4) Verba paduan leksem

Verba bentuk ini merupakan paduan satuan terkecil dari leksikon.

Contoh: campua tangan 'campur tangan'
cuci mato 'cuci mata'
timbang raso 'timbang rasa'
pulang baliak 'pulang pergi'
duduak tagak 'sebentar duduk sebentar berdiri'
turun naik 'sebentar turun sebentar naik'
makan minum 'makan dan minum'

Pemakaian bentuk verba seperti itu dapat dilihat dalam kalimat berikut.

(233) Inyo indak namuah ikuik campua tangan urusan tu lai.
'Dia tidak mau ikut campur tangan urusan itu lagi'.
(234) Nan di muko tu jan duduak tagak juo.
'Yang di muka itu jangan sebentar duduk sebentar berdiri'.
(235) Jan turun naiak juo beko jatuah.
'Jangan turun naik juga, nanti jatuh'.

4.3.1.3 Subkategorisasi

Di samping berdasarkan bentuknya, verba bahasa Minangkabau dapat pula dibedakan bedasarkan beberapa hal.

4.3.1.3.1 Berdasarkan Jumlah

a) Verba intransitif

Verba intransitif ialah verba yang tidak memerlukan objek. Dalam bahasa Minangkabau ditemui contoh-contoh sebagai berikut: tibo 'tiba', tabang 'terbang', lalok 'tidur', masuak 'masuk', lanyap 'lenyap', dan ilang 'hilang'.

Contoh dalam kalimat:

(236) Inyo tibo kapatang.
'Dia tiba kemarin'.
(237) Buruang tabang di udaro.
'Burung terbang di udara'.
(238) Tiok malam inyo lalok di surau'.
'Setiap malam dia tidur di surau'.
Di antara verba intransitif terdapat sekelompok verba yang terpadu dengan nomina. Misalnya cuci mato 'cuci mata', campua tangan 'campur tangan', timbang raso 'timbang rasa', dan lain-lain.

b) Verba transitif

Verba transitif adalah verba yang memerlukan objek. Berdasarkan jumlah objeknya, verba transitif dibedakan atas verba monotransitif dan verba bitransitif.

(1) Verba Monotransitif

Verba monotransitif, ialah verba yang mempunyai satu objek dalam satu kalimat.

Contoh:

(239) Inyo mambukak sipatu.
'Dia membuka sepatu'.
(240) Inyo mamaliang kareta urang.
'Dia mencuri sepeda orang'.
(241) Ayah mambaco surek kaba.
'Ayah membaca surat kabar'.
(242) Kakak manulih surek.
'Kakak menulis surat'.

(2) Verba Bitransitif

Verba ini mempunyai dua objek dalam sebuah kalimat.

Contoh:

(243) Ayah mambari kami pitih.
'Ayah memberi kami uang'.
(244) Kakak mambalikan adiak kue.
kakak membelikan adik kue
'Kakak membelikan adik kue'.

(3) Verba Ditransitif

Verba transitif yang objeknya tidak muncul dalam kalimat itu.

Contoh:

(245) Udanyo sadang makan.
abangnyo sedang makan
'Abangnya sedang makan'.
(246) Ayah sadang minum.
ayah sedang minum
'Ayah sedang minum'.
    (247) Inyo sadang manulih.
    dia sedang menulis
    'Dia sedang menulis'.

4.3.1.3.2 Berdasarkan Hubungan dengan Nomina

a) Verba aktif
Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pokok atau penanggap. Verba ini kadang-kadang berprefiks ma- atau ba-, atau tanpa prefiks.
Contoh:
(248) Inyo mambali kue.
dia membeli kue
'Dia membeli kue'.
(249) Adiak minum susu.
adik minum susu
'Adik minum susu'.
(250) Ayah mambalikan kami baju baru.
ayah membelikan kami baju baru
'Ayah membelikan kami baju baru'.
(251) Kakak mangirim kami surek.
kakak mengirim kami surat
'Kakak mengirim kami surat'.
b) Verba pasif
Subjek dari verba pasif ini berperan sebagai penderita, sasaran atau hasil. Dalam bahasa Minangkabau biasanya ditandai dengan prefiks di- atau ta-. Verba pasif yang ditandai dengan prefiks ta- berarti dapat di- atau tidak sengaja.
Contoh:
(252) Kueh tu tamakan diambo.
kue-itu-termakan-oleh-saya
'Kue itu termakan oleh saya'.
(253) Lamari tu taangkek dek uda.
lemari-itu-terangkat-oleh-abang
'Lemari itu terangkat oleh abang'.
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif dengan mengganti afiksasinya.
    Contoh:
    (254) Kueh dibali adiak ===> Adiak mambali kueh.
    kue-dibeli-adik adik-membeli-kue
    'Kue dibeli adik'. 'Adik membeli kue'.
    (255) Lamari tu taangkek dek nyo. ==> Inyo bisa maangkek lamari tu.
    lemari-itu-terangkat-oleh-dia dia-dapat-mengangkat-lemari-itu
    'Lemari itu terangkat olehnya'. 'Dia dapat mengangkat lemari itu'.
c) Verba anti aktif
Verba jenis ini juga ditemui dalam bahasa Minangkabau yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif.
    Contoh:
    (256) Kakinyo tacucuak duri.
    kakinya-tertusuk-duri
    'Kakinya tertusuk duri'.
    (257) Kapalonyo talantak ka dindiang.
    kepalanya-terantuk-ke-dinding
    'Kepalanya terantuk ke dinding'.
    (258) Rumahnyo tabaka kapatang.
    rumahnya-terbakar-kemarin
    'Rumahnya terbakar kemarin'.
d) Verba anti pasif
Verba jenis ini terdapat juga dalam bahasa Minangkabau yaitu verba yang tidak dapat diubah dari verba aktif ke verba pasif.
    Contoh:
    (259) Laki-laki ko banci ka padusi.
    laki-laki-ini-benci-kepada-perempuan
    'Laki-laki ini benci kepada perempuan'.
    (260) Inyo rindu ka kampuang.
    dia-rindu-akan-kampung
    'Dia rindu akan kampung'.
    4.3.1.33 Ditinjau dari Interaksi antara Nomina Pendampingnya
    a) Verba resiprokal
    Verba resiprokal atau yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan pandai berbahasa dalam bahasa Minangkabau ditemui sebagai berikut.
      Contoh:
      1) ba+ calon verba yang mempunyai sifat rasiprokal
      bacakak 'berkelahi'
      babisiak 'berbisik'
      baparang 'berperang' </poem>
      2) ba + verba dasar + an
      basalaman 'bersalaman'
      basintuhan 'bersentuhan'
      bamainan 'bermainkan (dimainkan)' </poem>
      3) ba + reduplikasi verba dasar + an
      basalam-salaman 'bersalam-salaman'
      bapandang-pandangan 'berpandang-pandangan'
      bamaaf-maafan 'bermaaf-maafan' </poem>
      4) baku + verba dasar
      bakuantam' 'bakuhantam'
      bakucatah 'saling berebutan'
      bakuampeh 'saling berpukulan' </poem>
      5) Verba dasar + me + verba dasar
      tolong-manolong 'tolong-menolong'
      suruah-manyuruah 'suruh-menyuruh'
      pilih-mamiliah 'pilih-memilih' </poem>
      6) reduplikasi verba + an
      mandok-mandokan 'saling bersembunyi'
      kirim-kiriman 'saling berkiriman'
      salah-manyalahan 'saling menyalahkan (menuduh)'
    b) Verba non-resiprokai
    Dalam bahasa Minangkabau verba jenis ini yang paling banyak ditemui tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.
    ===== 4.3.1.3.4 Ditinjau dari Sudut Refrensi Argumen =====
    a. Verba Reflektif
    Verba jenis ini banyak ditemui dalam bahasa Minangkabau, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai refren yang sama. Dalam bahasa Minangkabav jenis ini dibentuk dengan awalan ba-, dan nominanya berpadan dengan prefiks itu.
      Contoh: babadak 'berbedak'
      bacukua 'bercukur'
      bajamua 'berjemur'
    b. Verba non-reflektif
    Dalam bahasa Minangkabau paling banyak ditemui verba non-reflektif ini, yaitu verba yang mempunyai refren yang berlainan.
      Contoh: bamain 'bermain'
      balari 'berlari'
      bajalan 'berjalan'
    4.3.1.3.5 Ditinjau dari Sudut Hubungan Identifikasi antara Kedua Argumennya[sunting]

    Hubungan identifikasi antara argumcn-argumennya maka dalam bahasa Minangkabau dijumpai verba

      Contoh: adolah 'adalah'
      muarupokan 'merupakan'

    Verba ini mempunyai potensi untuk dihilangkan tanpa mengubah konstruksi yang bersangkutan.

    4.3.1.4 Perpindahan Kategori[sunting]

    Di samping asal dan bentuk turunan yang berupa verba murni, terdapat pula verba yang berasai dari kategori lain.

    l) Verba Denominal
    Verba denominal yaitu verba yang berasal dari nomina.
      Contoh: jalan 'jalan' menjadi bajalan 'berjalan'
      tulur 'telur' menjadi batalua 'bertelur'
      gamba 'gambar' menjadi bagamba 'bergambar'
      bata 'bata' menjadi mambata 'membata'
      park 'pahat' menjadi mamoek 'memahat'
    2) Verba Deadjektiva

    Verba deadjektiva yaitu verba yang berasal dari adjektiva.

    Contoh:

    rancak 'cantik' menjadi mamparancak 'mempercantik'
    capek 'cepat' menjadi mampacapek 'mempercepat'
    Sirah 'merah' menjadi mampasirah 'memerahi'
    aluih 'halus' menjadi mampaaluih 'memperhalus'
    kumuah 'kotor' menjadi mangumuahan 'mengotorkan'
    ibo 'kasih' menjadi maibo 'mengasihi'

    3) Verba Deadverbial

    Verba deadverbial yaitu yang berasal dari adverbia.

    Contoh:

    agak 'agak' menjadi maagak 'mengagak'
    buliah 'boleh' menjadi mambuliahan "membolehkan'
    indak 'tidak' menjadi maindakan 'menidakkan'
    4.3.2 Adjektiva[sunting]

    Dalam bahasa Minangkabau kategori adjektiva ditandai oleh kemungkinan untuk (1) bergabung dengan partikel indak 'tidak', (2) mendampingi nomina, atau didampingi partikel seperti labiah 'lebih', sangaik 'sangat', sakali 'sekali', dan (3) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ka-an, seperti kamalangan 'kemalangan', kaclokan'kebaikan', kagigiahan 'kegigihan'

    Berdasarkan bentuknya, adjektiva bahasa Minangkabau dapat dibedakan.

    4.3.2.1 Adjektiva Dasar[sunting]
    Contoh: baiak 'baik' tujuah 'tujuh'
    buruah 'buruh' mabuak 'mabuk'
    barasiah 'bersih' nyinyia 'nyinyir'
    capek 'cepat' kareh 'keras'
    cilako 'celaka' sarik 'sulit'
    cadiak 'cerdik' sero 'senang'
    dakek 'dekat' tipih 'tipis'
    ===== 4.3.2.2 Adjektiva turunan =====

    Di samping adjektiva dasar, dalam bahasa Minangkabau dijumpai juga adjektiva turanan seperti berikut.

    1) Adjektiva turunan berafiks ta-

    Contoh: tapandai 'terpandai'
    tapanjang 'terpanjang'
    tapendek 'terpendek'
    tapaik 'tepat'

    2) Adjektiva turunan bereduplikasi

    Contoh: baiak-baiak 'baik-baik'
    buruak-buruak 'buruk-buruk'
    elok-elok 'elok-elok'
    rancak-rancak 'cantik-cantik'
    tanang-tanang 'tenang-tenang'

    3) Adjektiva berafiks ka-R-an atau ka-an

    Contoh: kagadang-gadangan 'menganggap dirinya sebagai orang besar'
    kamalu-maluan 'kemalu-maluan'
    kaitam-itaman 'kehitam-hitaman'
    kasakikan 'kesakitan'
    kabarekan 'keberatan (terlalu berat)'

    4) Adjektiva yang berasal dari kelas lain dengan mengalami proses morfemis sebagai berikut.

    (a) deverbalisasi

    Contoh: tapandang 'terpandang'
    tapikek 'terpikat'
    tatutuik 'tertutup'
    tabukak 'terbuka'
    tagantuang 'tergantung'

    (b) demoninalisasi

    Contoh: babayo 'berbahaya'
    bakiro 'berkira'
    babuih 'berbuih'
    bakarak 'kotor'
    manggunuang 'menggunung'
         manggaram 'menggaram'
    mambantu 'membantu'
    pandandam 'pendendam'
    (c) deadverbialisasi
    Contoh: bakalabiahan 'berkelebihan'
    panyudahan 'paling akhir'
    basungguah-sungguah 'bersungguh-sungguh'
    (d) denumeralia
    Contoh: manigo (ari) 'meniga (hari)'
    manyaratuih (ari) 'menyeratus (hari)'
    manyaluruah 'menyeluruh'

    4.3.2.3. Adjektiva Paduan Leksem

    Dalam bahasa Minangkabau adjektiva paduan leksem dapat dibedakan sebagai berikut.

    a. Subordinatif
    Contoh: busuak ati 'buruk hati'
    gadang ota 'pembual'
    capek tangan 'cepat tangan'
    barek muluik 'pendiam'
    kareh kapalo 'keras kepala'
    randah ati 'rendah hati'
    sampiak ati 'sempit hati'
    panjang tangan 'panjang tangan'
    taba muko 'tidak tahu malu'
    b. koordinatif
    Contoh: cadiak candokio 'cerdik pandai'
    lamah lambuik 'lemah lembut'
    buruak baiak 'buruk baik'
    elok buruak 'baik buruk'
    tuo mudo 'tua muda'

    4.3.2.4 Pemakaian Adjektiva

    Dilihat dari pemakaian, adjektiva bahasa Minangkabau digunakan dalam empat tingkat perbandingan. Keempat tingkat tersebut ialah: a. Tingkat Positif

    Tingkat positif yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.

    Contoh:

    (261) Tulisan Siti rancak.
    tulisan-Siti-bagus
    'Tulisan Siti bagus'.
    (262) Ambo samo gadang jo kakaknyo.
    saya-sama-besar-dengan-kakaknya
    'Saya sama besar dengan kakaknya'.
    (263) Pakarangan rumahnyo laweh.
    pekarangan-rumahnya-luas
    'Pekarangan rumahnya luas'.

    b. Tingkat Komparatif

    Adjekiva tingkat ini dalam habasa Minangkabau menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.

    Contoh:

    (264) Ambo labiah gadang dari pado kakaknyo.
    saya-lebih-besar-dari-pada-kakaknya
    'Saya lebih besar daripada kakaknya'.
    (265) Adiaknyo labiah pandai dari pado kakaknyo,
    adiknya-lebih-pandai-dari-pada-kakaknya
    'Adiknya lebih pandai daripada kakaknya'.
    (266) Inyo labiah tinggi dari pado kami.
    dia-lebih-tinggi-dari-pada-kami
    'Dia lebih tinggi daripada kami'.

    c. Tingkat Superlatif

    Dalam bahasa Minangkabau tingkat superlatif ini juga digunakan, yaitu adjektiva yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkan.

    Contoh :

    (267) Inyo gadih nan paliang rancak di kampuang kami,
    dia-gadis-yang-paling- cantik-di-kampung-kami
    'Dia gadis yang paling cantik di kampung kami'
    (268) Inyo anak nan paliang tuo.
    dia-anak-yang-paliang-tua
    'Dia anak yang paling tua'.
    (269) Inyo anak nan paliang elok di antaro kawan-kawannyo.
    dia-anak-yang-paling-baik-diantara-kawan-kawannya
    'Dia anak yang paling baik diantara kawan-kawannya'.

    Tingkat Superlatif dapat juga dinyatakan dengan prefiks ta-.

    Contoh:

    (270) Inyo gadih nan tarancak di kampuang kami.
    dia-gadis-yang-tercantik-di-kampung-kami.
    'Dia gadis yang tercantik di kampung kami'.
    (271) Inyo anak nan tatuo.
    dia-anak-yang-tertua
    'Dia anak yang tertua'.
    (272) Inyo anak nan taelok di antaro kawan-kawannyo.
    dia-anak-yang-tercantik-diantara-kawan-kawannya
    'Dia anak yang tercantik diantara kawan-kawannya'.

    d. Tingkat Eksesif

    Adjektiva tingkat ini dalam bahasa Minangkabau sering juga digunakan. Keadaan nomina diterangkan secara berlebih-lebihan.

    Contoh:

    (273) Iduiknyo sangaik malaraik bana.
    hidupnya-sangat-melarat-benar
    'Kehidupannya sangat melarat'.
    (274) Adiaknyolah nan paliang elok bana ka kami.
    adiknyalah-yang-paling-baik-benar-ke-kami
    'Adiknyalah yang paling baik benar kepada kami'.
    (275) Rumahnyo talalu amaik gadang sangaik untuak awak.
    rumahnya-terlalu-amat-besar-sangat-untuk-kita
    'Rumahnya terlalu amat besar sekali untuk kita'.

    adjektiva tingkat eksesif dalam bahasa Minangkabau juga bisa dinyatakan dengan lua biaso 'luar biasa', bukan main 'bukan main', sa-R-nyo 'se-R-nya', batua-batua 'betul-betul.

    Contoh:

     (276) Si Bobi iyo bana lua biaso pandainyo.
              si-Bobi-betul-betul-luar-biasa-pandainya
              Si Bobi betul-betul luar biasa pandainya'.

    (277) Luko kalau diagih asam bukan main padiahnyo.
    luka-kalau-diberi-asam-bukan-main-pedihnya
    'Luka kalau diberi asam bukan main pedihnya'.
    (278) Kami lah babuek saelok-eloknyo ka inyo.
    kami-telah-berbuat-sebaik-baiknya-ke-dia
    'Kami telah berbuat sebaik-baiknya kepada dia'.
    (279) Bapaknyo batua-batua malu maliek parangai anaknyo.
    bapaknya-betul-betul-malu-melihat-kelakuan-anaknya
    'Bapaknya betul-betul malu melihat kelakuan anaknya'.

    4.3.3 Nomina

    4.3.3.1 Pengantar

    Nomina bahasa Minangkabau merupakan kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel indak 'tidak' dan mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

    Ditinjau dari segi bentuknya, nomina bahasa Minangkabau dibedakan atas.

    a. Nomina dasar

    Contoh: baju 'baju' pintu 'pintu'
    batu 'batu' lamari 'lemari'
    cuko 'cuka' kurisi 'kursi'
    karateh 'kertas' piriang 'piring'
    pituluik 'pensil' cangkia 'cangkir'

    b. Nomina turunan

    Nomina turunan dalam bahasa Minangkabau dibedakan atas.

    1) Nomina berafiks

    Contoh: parumahan 'perumahan'
    pasandian 'persendian'
    mainan 'mainan'
    pamarah 'pemarah'
    panupang 'penupang'

    2) Nomina reduplikasi

    Contoh: urang-urang 'orang-orang'
    anak-anak 'anak-anak'
    jalan-jalan 'jalan-jalan'
    papatah 'pepatah'

    3) Nomina yang berasal dari gabungan proses

    Contoh: buah-buahan 'buah-buahan'
    asam-asam 'asam-asaman'
    paretongan 'perhitungan'
    kayu-kayuan 'kayu-kayuan'

    4) Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses.

    (a) Deverbalisasi

    Contoh: pamainan 'permainan'
    makanan 'makanan'
    minuman 'minuman'
    pituluik 'pensil'
    kamauan 'kemauan'

    (b) Deadjektivalisasi

    Contoh: kaelokan 'keelokan (kebaikan)'
    karancakan 'kecantikan'
    kamewahan 'kemewahan'
    kasanangan kesenangan'

    (c) Denumeralisasi

    Contoh: kaampekannyo 'keempatannya'
    kasapuluahannyo 'kesepuluhannya'
    kasadonyo 'kesemuanya'
    kasaluruahannyo 'keseluruhannya'

    (d) Daedverbialisasi

    Contoh: kalabiahan 'kelebihan'
    kasudahan 'kesudahan'

    (e) Penggabungan

    Contoh: runtuahannyo 'runtuhannya'
    gigikannyo 'gigitannya'
    rauikannyo 'rautannya'
    karekannyo 'potongannya'

    c. Nomina Paduan Leksem

    Contoh: rumah jago 'rumah jaga'
    meja tulih 'meja tulis'
      papan tulih 'papan tulis'
      urang maliang 'pencuri'
      rumah sakik 'rumah sakit"

    d. Nomina paduan leksem gabungan

    Contoh: kasopansantunan 'kesopansantunan'
    karamahtamahan 'keramahtamahan'
    panyalagunaan 'penyalahgunaan'

    4.3.3.2 Subkategorisasi

    Subkategorisasi terhadap nomina basaha Minangkabau dilakukan dengan beberapa cara.

    a. Nomina bersenyawa dan tak bersenyawa

    1) Nomina bersenyawa

    Nomina bersenyawa yaitu nomina yang dapat disubstitusikan dengan inyo 'ia' atau mereka 'mereka', sedangkan yang tak bersenyawa tidak dapat disubstitusikan.

    Nomina bersenyawa dapat dibagi lagi atas:

    (a) Nomina persona yang dapat disubstitusikan dengan inyo 'ia', mereka 'mereka' dan dapat didahului oleh artikula si 'si',
    Yang tergolong dalam nomina persona ialah:
    (1) nama diri, seperti: Rika, Susi, Rudi. Budi.
    (2) nomina kerabatan, seperti: nenek 'nenek', angku 'angku (kakek)', amak 'ibu', abak "bapak", uni 'kakak'.
    (3) nomina yang menyatakan orang atau diperlakukan seperti orang, antu 'hantu', malaikaik 'malaikat.

    2) Nomina tak bersenyawa yang dapat dibedakan atas.

    (1) nama lembaga atau suku, seperti: Jambak, Guci, Caniago, Koto, Piliang, DPR.
    (2) nama waktu, seperti: Sinayan 'Senin', Salasa 'Selasa', Rabaa 'Rabu'.
    (3) nama ukuran, seperti: karuang 'karung', kudi 'kodi'.

    b. Flora dan Fauna

    Flora dan fauna tidak dapat disubstitusikan dengan inyo atau mareka 'mereka' dan tidak dapat didahului oleh si 'si' kecuali

    flora dan fauna yang dipersonifikasikan seperti si Kancia 'si Kancil' dan si balang 'si belang (harimau)'.
    c. Nomina terbilang dan tak terbilang
    Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung dan dapat didampingi numeralia. Dalam bahasa Minangkabau kita jumpai seperti: lamari 'lemari', kurisi 'kursi', cipia 'piring', mangkuak 'mangkuk', kumbuak 'cerek', tabak 'cangkul'.
    Nomina tak terbilang ialah nomina yang tak dapat didampingi oleh numeralia. Contoh: udaro 'udara', asok 'asap', kamauan 'kemauan', kapandaian 'kepandaian'.

    4.3.3.3 Nominalisasi

    Nominalisasi ialah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata lain. Dalam bahasa Minangkabau proses ini terjadi dengan:

    1. afiksasi
    2. penambahan partikel si
    3. penambahan partikel nan
    A. Afiksasi
    Nomina bahasa Minangkabau dapat dibentuk dengan menggunakan afik-afiks. Di dalam sistem Kata Benda dan Kata Sifat Bahasa Minangkabau (Be Kim Hoa Nio, dkk. 1981:25) dikemukakan bahwa nomina berafiks derivasional dalam bahasa Minangkabau dapat dibentuk dengan afiks-afiks: paN-, pi-, ga-, -al-, -am-, an-, -nyo, pa-an dan ka-an.
    paN- + Verba =========>Nomina
    Awalan paN- yang dihubungkan dengan verba membentuk nomina yang berarti alat atau orang yang mengerjakan pekerjaan yang disebut kata dasar.
    Contoh:
    (280) Panokok kayu tu lah patah.
    penokok-kayu-itu-telah-patah
    'Penokok kayu itu telah patah'.
    (281) Rumah tu indak ado pauninyo.
    rumah-itu-tidak-ada-penghuninya.
    'Rumah itu tidak ada penghuninya'.
    (282) Inyo jadi pasuruah kantua.
    dia-jadi-pesuruh-kantor
    "Dia menjadi pesuruh kantor.

    pi + Verba ====> Nomina

    Awalan pi- ditambahkan kepada verba dalam bahasa Minangkabau akan menjadi nomina dengan arti pasif.

    Contoh:

    (283) Pitunjuak urang tuo harus dituruik.
    petunjuk-orang-iua-harus-dituruti
    'Petunjuk orang tua harus dituruti'.
    (284) Pitaruah apak lah kami simpan di Jamari,
    petaruh-bapak-telah-kami-simpan-di-lemari
    'Peraruh bapak telah kami simpan di lemari.
    (285) Inyo banyak manarimo piutang.
    dia-banyak-menerima-piutang
    'Dia banyak menerima piutang".

    ga + Verba =====> Nomina

    Awalan ga- yang ditambahkan kepada verba akan membentuk nomina.

    Contoh:

    (286) Galapua ayam tu tinggi bana.
    lompatan-ayam-itu-tinggi-benar
    'Lompatan ayam itu tinggi benar'.

    galapua ===> lapua *perbuatan melompat waktu menyerang

    (287) Galagak aia tu tadanga kalua.
    bunyi-air-mendidih-itu-terdengar-keluar
    'Bunyi air mendidih itu terdengar keluar.

    galagak ===> lagak = perbuatan aksi

    (288) Inyo gadang garegak.
    dia-besar-balagak-kuat
    'Dia suka berlagak orang kuat'.

    garegak ===> regak = pokok kata

    am- + Adjektiva =====> Nomina Sisipan -am- yang digabungkan dengan adjektiva menjadi nomina. Pembentukan dengan sisipan -am- ini dalam bahasa Minangkabau tidak produktif, hanya pada satu kata saja yaitu kamuniang 'kemuning' artinya warna yang dinyatakan kata asal.

    (289) Batang kamuniang tumbuah di kabun kami.
    batang-kemuning-tumbuh-di-kebun-kami
    'Batang kemuning tumbuh di kebun kami'.

    an + verba =====> Nomina

    Akhiran -an yang ditambahkan kepada verba akan membentuk nomina menyatakan alat atau hasil perbuatan yang disebut oleh kata dasar.

    Contoh:

    (290) Timbangan tu lah rusak.
    timbangan-itu-telah-rusak
    'Timbangan itu telah rusak'.
    (291) Makanan tu alah basi.
    makanan-itu-telah-basi
    'Makanan itu telah basi'.
    (292) Ambo indak suko minuman kareh.
    saya-tidak-suka-minuman-keras
    'Saya tidak suka minuman keras'.

    nyo + Numeralia ======> Verba

    Akhiran -nyo yang digabungkan dengan numeralia dalam bahasa Minangkabau membentuk nomina.

    Contoh:

    (293) Sadonyo pai mancaliak pawai.
    semuanya-pergi-melihat-pawai
    'Semuanya pergi melihat pawai'.
    (294) Sagalonyo ka dibali dek urang kayo tu.
    segalanya-akan-dibeli-oleh-orang-kaya-itu
    'Segalanya akan dibeli oleh orang kaya itu'.
    (295) Kasadoalahannyo pai balimau ka Lubuak Paraku.
    kesemuanya-pergi-berlimau-ke-Lubuk-Paraku
    'Kesemuanya pergi berlimau ke Lubuk Paraku'.
    pa-an + Verba =====> Nomina

    Afiks pa-an yang digabungkan dengan verba akan menghasilkan nomina yang menyatakan tempat, peristiwa atau hasil perbuatan.

    Contoh:

    (296) Ijan baranti sabalum tibo di parantian.
    jangan-berhenti-sebelum-tiba-di-perhentian
    'Jangan berhenti sebelum tiba di perhentian'.
    (297) Bara pandapatan anaknyo sabulan.
    berapa-pendapatan-anaknya-sebulan
    'Berapa pendapatan anaknya sebulan'.
    (298) Inyo bakarajo di panggiliangan tabu.
    dia-bekerja-di-penggilingan-tebu
    'Dia bekerja di penggilingan tebu'.

    ka-an + Verba =====> Nomina

    Afiks ka-an yang digabungkan dengan verba dalam bahasa Minangkabau akan membentuk nomina dengan arti tempat atau hasil perbuatan.

    Contoh:

    (299) Inyo kadatangan tamu kapatang.
    dia-kedatangan-tamu-kemarin
    'Dia kedatangan tamu kemarin'.
    (300) Baliau sadang mauruih kapindahannyo ka Jakarta.
    beliau-sedang-mengurus-kepindahannya-ke-Jakarta
    'Beliau sedang mengurus kepindahannya ke Jakarta'.
    (301) Daerah ko bakeh kaduduakan Balando dulu.
    daerah-ini-bekas-kedudukan-Belanda-dulu
    'Daerah ini bekas kedudukan Belanda dulu'.

    B. Proses nominalisasi dengan si

    Nominaliasi dalam bahasa Minangkabau dapat juga dilakukan dengan menambahkan si di depan kata dasar.

    Contoh:

    (302) Inyo digalai urang si Kancia dek karano inyo cadiak.
    dia-dijuluki-orang-si-Kancil-karena-dia-cerdik
    'Dia dijuluki orang si Kancil karena dia cerdik'.
    (303) Alah diagiah makan si Balang tadi?
    telah-diberi-makan-si-Belang-tadi
    'Telah diberi makan si Belang tadi?'.
    (304) Si Kuriak indak buliah diadu lai.
    si-kurik-tidak-boleh-diadu-lagi
    'Si Kurik tidak boleh diadu lagi'.

    C. Nominalisasi dengan nan

    Nominalisasi dalam bahasa Minangkabau dapat juga dilakukan dengan menambahkan nan 'yang' di muka kata yang dinominalisasikan itu.

    Contoh:

    (305) Nan bengkok dimakan saruang.
    yang-bengkok-dimakan-sarung
    'Yang bengkok dimakan sarung'.
    (Yang bersalah akan dihukum)
    (306) Nan pai baati ibo nan tingga baati sanang.
    yang-pergi-berhati-hiba-yang-tinggal-berhati-senang
    'Yang pergi berhati hiba yang tinggal berhati senang'.
    (307) Untuak manari biasonyo dipiliah nan rancak.
    untuk-menari-biasanya-dipilih-yang-cantik.
    'Untuk menari biasanya dipilih yang cantik'.

    4.3.4 Pronomina

    Pronomina dalam bahasa Minangkabau berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikan itu disebut antiseden. Kategori ini tidak bisa diberi afiks, tetapi beberapa yang bisa diredupilikasikan seperti: inyo-inyo 'dia-dia', kami-kami 'kami-kami', kalian-kalian 'kalian-kalian' dengan menyerta merendahkan atau melemahkan.

    Dari pronomina dapat dibentuk frase pronominal, seperti: ambo ko 'saya ini', awak ko 'kita ini', kito sadonyo 'kita semuanya'.

    4.3.4.1 Subkategorisasi

    Subkategorisasi pronomina dalam bahasa Minangkabau didasarkan atas dua hal.

    1) Hubungan dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya antiseden dalam wacana. Berdasarkan hal ini, pronomina dibagi atas pronomina intratekstual dan pronomina ekstratekstual. a. Pronomina intratekstual apabila yang digantikan terdapat dalam wacana. Bila enteseden itu terlihat sebelum pronomina, maka pronomina itu disebut bersifat anaforis. Sekiranya anteseden itu terdapat sesudah pronomina, maka pronomina itu dikatakan bersifat kataforis.

    Contoh:

    (308) Rudi pai sikola. Ayahnyo pai ka kantua.
    Rudi-pergi-sekolah bapaknya-pergi-ke-kantor
    'Rudi pergi ke sekolah' 'Bapaknya pergi ke kantor.

    Rudi=antaseden.

    (309) Siti manjaik baju. Jaitannyo barasiah.
    Siti-menjahit-baju jahitannya-bersih
    'Siti menjahit baju' 'Jahitannya bersih'.

    Siti=antaseden

    Bersifat Kataforis

    (310) Jo tinjunyo nan kuaik, Elias Pical dapek mangalahkan lawannyo jo atinyo nan lapang.
    dengan-tinjunya-yang-kuat-Elias-Pical-dapat-menga-lahkan-lawannya-dengan-hatinya-yang-terbuka
    'Dengan tinjunya yang kuat, Elias Pical dapat mengalahkan lawannya dengan hatinya yang terbuka"
    (311) Rini manarimo sagalo parintah bapaknyo.
    Rini-menerima-segala-perintah-bapaknya
    'Rini menerima segala perintah bapaknya'.

    b. Pronomina ekstratekstual apabila menggantikan nomina terletak di luar wacana.

    Contoh:

    (312) Ambo nan manunjuaknyo
    saya-yang-menunjuknya
    'Saya yang menunjuknya'.
    (313) Itu nan den cari.
    itu-yang-saya-cari
    'Itu yang saya cari'.

    2) Didasarkan kepada jelas atau tidaknya referennya. Berdasarkan hal ini, pronomina bahasa Minangkabau dapat dibedakan atas: a. Pronomina Tarif

    Pronomina ini menggantikan nomina yang jelas referennya. Jenis ini terbatas pada pronomina persona. Pronomina persona dapat dibedakan lagi atas:

    (1) Pronomina persona pertama, yang dibedakan atas tunggal dan jamak.

    Tunggal : ambo, aden, sayo, denai, awak den, awak ambo, awak.
    ambo : halus
    aden (den) : kasar (rendah)
    sayo : dipakai dalam daerah tertentu
    denai : dipakai dalam sastra
    awak den waden : awak ambo, awak inyo, bernada agak halus.

    Contoh dalam kalimat.

    (314) Ambo pai ka pasa.
    saya-pergi-ke-pasar
    'Saya pergi ke pasar'.
    (315) Aden nak pai ka sawah.
    saya-hendak-pergi-ke-sawah
    'Saya hendak pergi ke sawah'.
    (316) Denai nak manjalan mande Rubiah.
    saya-hendak-menemani-ibu-Rubiah
    'Saya hendak menemani Ibu Rubiah'.
    (317) Awak den lai namuah pai.
    saya-mau-pergi
    'Saya mau pergi'.
    (318) Rumah tu indak awak ambo nan punyo.
    rumah-itu-tidak-saya-yang-punya
    'Rumah itu bukan saya yang punya'.

    Jamak : kami, awak, kito

    (319) Kami lai batanyo ka baliau.
    kami-ada-bertanya-ke-beliau
    'Kami ada bertanya kepada beliau'.
    (320) Awak sadang mambangun kampuang.
    saya-sedang-membangun-kampung
    'Saya sedang membangun kampung'.
    (321) Kito suruah inyo baladang cangkeh di sinan.
    kita-suruh-dia-berladang-cengkeh-di-sana
    'Kita Suruh dia berladang cengkeh di sana'.

    (2) Pronomina persona kedua juga dibedakan atas tunggal dan jamak.

    Contoh:

    Tunggal: ang, angku, kau, awak ang (waang), awak kau (wakau)

    ang 'kamu' untuk persona laki-laki, dipakai dari yang tua kepada yang muda.

    angku 'kamu' untuk persona perempuan dari yang tua kepada yang muda dan sama besar.

    awak ang (waang) dan awak kau (wakau) 'kamu untuk perempuan' dan 'kamu untuk laki-laki' digunakan dalam konatatif halus.

    Contoh pemakaian dalam kalimat.

    (322) Manga ang Indak pai mangaji?.
    mengapa-kamu-tidak-pergi-mengaji
    'Mengapa kamu tidak pergi mengaji?'
    (323) Sabalun sampai mukasuik jan angkau babaliak.
    sebelum-sampai-maksud-jangan-engkau-kembali
    'Sebelum dapat yang diinginkan jangan engkau kembali pulang'.
    (324) Buliah kau piliah ma nan suko.
    boleh-kamu-pilih-mana-yang-suka
    'Boleh kamu pilih mana yang suka'.
    (325) Jam bara waang barangkek.
    jam-berapa-kamu-berangkat
    'Jam berapa kamu berangkat'.
    (326) Kama wakau cari
    kemana-kamu-cari
    'Kemana kamu can'.
    Jamak:

    Persona kedua jamak dalam bahasa Minangkabau dipakai bentuk baliau 'beliau' dan awak kalian 'beliau'.

    Contoh dalam kalimat:

    (327) Manga kalian talambek datang.
    mengapa-kamu-terlambat-datang
    'Mengapa kamu semua terlambat datang'.

    (3) Pronomina persona ketiga

    Persona ketiga dalam bahasa Minangkabau dibedakan juga atas tunggal dan jamak.

    Tunggal: inyo 'dia', nyo 'nya', baliau 'beliau', inyo/nyo dipakai kepada persona yang sederajat atau lebih rendah, bahkan digunakan juga kepada binatang jinak. Tetapi tidak pernah kepada benda. Baliau digunakan kepada persona yang berstatus lebih tinggi.

    Contoh dalam kalimat:

    (328) Inyo samo jo si Atun basikola.
    dia-sama-dengan-si-Atun-bersekolah
    'Dia bersekolah sama dengan si Atun'.
    (329) Nyo balari mangaja kawannyo
    dia-berlari-mengejar-temannya
    'Dia berlari mengejar temannya'.
    (330) Bilo baliau tibo, agiah tau ka kami deh.
    bila-beliau-tiba-beri-tahulah-kepada-kami
    'Bila beliau tiba beri tahulah kepada kami'.

    Jamak: inyo (nyo) 'dia', baliau 'beliau', awaknyo 'mereka'

    Inyo (nyo) dan baliau di samping untuk/persona tunggal juga digunakan untuk persona jamak. Kadang-kadang baliau berbentuk kata ulang yaitu baliau-baliau.

    Contoh kalimat:

    (331) Alah bapakaian inyo sadonyo.
    telah-berpakaian-dia-semuanya
    'Telah berpakaian mereka semuanya'.
    (332) Kalau baliau tibo sadiokan kamar ciek surang.
    kalau-beliau-datang-kita-sediakan-kamar-satu-kamar
    'Kalau beliau datang kita sediakan kamar masing-masing satu kamar'.
    (333) Baliau-baliau tu namuah datang kamari.
    beliau-beliau-itu-bersedia-datang-ke-sini
    'Beliau-beliau itu bersedia datang ke sini'.
    (334) Apo kaba mareka tu.
    apa-kabar-mereka-itu
    'Apa khabar mereka itu'.
    b. Pronomina tak takrif
    Pronomina ini tidak jelas referennya dan tidak menunjuk kepada orang atau benda tertentu.
    Contoh: sasuatu 'sesuatu' siapo 'siapa' apo 'apa', apo-apo 'apa-apa', anu 'sesuatu', yang tak jelas, masiang-masiang 'masing masing', surang 'sendirian.

    4.3.4.2 Pemakaiana Pronomina

    a. Dalam penggunaan sehari-hari, jumlah pronomina bahasa Minangkabau lebih banyak dari yang tertera di atas.
    Hal ini tergantung dari suasana dan daerah pemakaiannya.
    b. Pronomina tersebut dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau sesuatu yang dipersonifikasikan, kecuali untuk inyo 'nya' yang satu-satunya dapat menggantikan benda.
    Contoh:
    (335) Awaklah kaabihan gulo, bialah ambo nan mambalinyo.
    kita-sudah-kehabisan-gula-biarlah-saya-yang-membelinya
    'Kita sudah kehabisan gula, biarlah saya yang membelinya'.

    4.3.5 Numeralia

    Numeralia bahasa Minangkabau mempunyai beberapa kemungkinan, (1) dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat digabungkan dengan tidak atau sangar. Contoh:

    (336) Tigo ari duo malam anaknyo indak pulang.
    tiga-hari-dua-malam-anaknya-tidak-pulang
    Tiga hari dua malam anaknya tidak pulang'.
    (337) Tinggi tunggak bendera limo meter.
    tinggi-tonggak-bendera-lima-meter
    Tinggi tonggak bendera lima meter'.

    4.3.5.1 Subkategorisasi

    Dalam bahasa Minangkabau, numeralia dapat dikategorisasikan sebagai berikut.

    A. Numeralia Takrif

    Numeralia Takrif, yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang tentu. Kelompok ini terbagi lagi atas.

    a. Numeralia utama/kardinal

    (1) Bilangan penuh

    Bilangan penuh adalah numeralia utama yang menunjukkan jumlah tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan lain.

    Contoh: duo 'dua', tigo 'tiga', ampek 'empat', limo 'lima', puluah 'puluh', ratuih 'ratus'.

    Bilangan utama dapat dihubungkan dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, isi, dan sebagainya.

    Contoh: duo jam 'dua jam'
    seratuih rupiah 'seratus rupiah'
    duo meter 'dua meter'
    limo kilo 'lima kilo'
    anam kubik 'enam kubik'

    (2) Bilangan pecahan

    Di samping bilangan utama, dalam bahasa Minangkabau terdapat juga bilangan pecahan, yaitu numeralia yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dikukuhkan partikel par.

    Contoh:

    3/4 = tigo parampek 'tiga perempat'
    5/7 = limo partujuah 'lima pertujuh'
    6/8 = anam parlapan 'enam perdelapan'
    9/10 = sambilan parsapuluah 'sembilan persepuluh'
    1/2 = sapaduo 'seperdua', satangah 'setengah' atau saparo 'separo'.

    Bilangan pecahan dapat bergabung dengan bilangan penuh, misalnya 3 1/2 = tigo satangah 'tiga setengah'.

    (3) Bilangan gugus

    Dalam bahasa Minangkabau ada pula numeralia yang menyatakan sekelompok bilangan.

    Contoh : lusin = 12
    kudi = 20
    jamba = 6

    b. Numeralia tingkat/ordinal

    Numeralia tingkat juga ditemui dalam bahasa Minangkabau, yaitu numeralia tarif yang melambangkan urutan dalam jumlah dalam struktur ka- + Num 'ke+ numeralia'.

    Konstruksi ini selalu mengikuti nomina.

    Contoh:

    (338) Inyo anak kaduo dek urang gacknyo.
    dia-anak-kedua-oleh-orang-tuanya
    'Dia anak kedua oleh orang tuanya'.
    (339) Inyo urang katigo nan ba oto di kampuang ko.
    dia-orang-ketiga-yang-bermobil-di-kampung-ini
    'Dia orang ketiga yang punya mobil di kampung ini'.

    Numeralia tingkat kasatu dalam bahasa Minangkabau dipakai kata partamo 'pertama'.

    Contoh:

    (340) Si Aguih juaro partamo di kalaih satu.
    si-Agus-juara-pertama-di-kelas-satu
    'Si Agus juara pertama di kelas satu'.
    (341) Ari partamo sikola kami indak baraja doh.
    hari-pertama-sekolah-kami-tidak-belajar
    'Hari pertama sekolah kami tidak belajar.

    c. Numeralia kolektif

    Dalam bahasa Minangkabau numeralia kolektif adalah numeralia takrif yang berstruktur ka + Num, ba + Num, Num + an dan ba + Num R. Numeralia kolektif yang berstruktur ka + Num dan Num + an, bila dalam frase tempatnya selalu mendahului nomina.

    Contoh:

    (342) Kudo parantak tu alah tatangkok.
    kuda-parentak-itu-telah-tertangkap
    'Kuda perentak itu telah tertangkap'.

    Numeralia kolektif berafiks -an selalu berada di muka nomina.

    (343) Puluahan urang dapek panyakik damam badarah di kampuang tu.
    puluhan-orang-dapat-penyakit-demam-berdarah-di-kampung-itu
    'Puluhan orang dapat penyakit demam berdarah di kampung itu'.

    Numeralia kolektif yang berstruktur ba- + Num dan ka- + Num R dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

    (344) Baribu-ribu urang pai manonton pacuan kudo.
    beribu-ribu-orang-pergi-menonton-pacuan-kuda.
    'Beribu-ribu orang pergi menonton pacuan kuda'.
    (345) Bataun-taun kami marasai dibueknyo.
    bertahun-taun-kami-melarat-dibuatnya
    'Bertahun-tahun kami melarat dibuatnya'.

    B. Numeralia Tak Takrif

    Numeralia tak takrif ialah numeralia yang menyatakan jumlah tak tentu seperti: barapo, babarapo 'berapa atau beberapa', babagai 'berbagai', tiok-tiok 'tiap-tiap', sabagian 'sebagian', saluruh 'seluruh' dan sagulo 'segala'.

    Numeralia tidak pernah dibentuk dari kategori lain tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba, misalnya dalam basatu 'bersatu', manduo 'mendua'. Di samping menjadi verba, numeralia bahasa Minangkabau dapat menjadi nomina seperti kesatuan 'kesatuan', paduoan 'perduaan', parampekan 'perempatan' dan sebagainya.

    Dalam ragam tulis terdapat beberapa kemungkinan penulisan numeralia, misalnya: limo satangah 'lima setengah', dapat juga ditulis 5 1/2 atau 5,5. 4.3.6 Adverbia

    4.3.6.1 Pengantar

    Adverbia adalah kata yang dapat mendampingi verba, adjektiva, numeralia dan nomina predikat dalam konstruksi sintaktis. Misalnya dalam kalimat Inyo alah pai. 'Dia telah pergi', kata alah 'sudah' dalam kalimat tersebut adalah adverbia, harus mendampingi verba pai 'pergi'.

    Dalam kalimat:

    (346) Paja tu sangaik pandiam.
    anak-itu-sangat-pendiam.
    'Anak itu sangat pendiam'.

    Kata sangaik 'sangat' merupakan adverbia yang menerangkan adjektiva pandiam 'pendiam'. Begitu juga dalam kalimat: Ruponyo inyo guru. 'Rupanya dia guru', kata ruponyo 'rupanya' adalah adverbia yang menerangkan nomina predikat. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi (Kridalaksana, 1986:80).

    Dilihat dari segi bentuknya, adverbia bahasa Minangkabau berupa bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan terjadi melalui afiksasi, reduplikasi, dan gabungan proses.

    A. Adverbia dasar bebas

    Contoh: agak 'agak' ampia 'hampir'
    nah 'akan' acok 'sering
    amaik 'amat' alah 'sudah'
    bisa 'bisa' indak 'tidak'
    alun 'belum' sungguah 'sungguh
    buliah 'boleh' pulo 'pula'
    dapek 'dapat' sangaik 'sangat
    ampia 'hampir' salalu 'selalu
    mungkin 'mungkin' panah pernah
    sajo 'saja' memang 'memang

    B. Adverbia turunan

    Adverbia turunan bahasa Minangkabau dibedakan atas:

    a) Adverbia yang tidak berpindah kelas dibedakan pula atas:

    (1) Adverbia bereduplikasi, seperti:
    agak-agak 'agak-agak', jan-jan 'jangan-jangan', labiah-labiah 'lebih-lebih', paliang-paliang 'paling-paling', acok-acok 'sering-sering'.

     (2) Adverbia gabungan

    Contoh: alun buliah 'belum boleh', indak buliah indak tidak boleh tidak', indak mungkin lai 'tidak mungkin lagi', masiah alun lai 'masih belum lagi', alun tantu 'belum tentu', indak mungkin 'tidak mungkin'.

     b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, yang terdiri atas :

    (i) Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ta- 'ter', seperti: talalu 'terlalu', talampau 'terlampau'.

    (ii) Adverbia dari kategori lain dengan reduplikasi

    (a) denominal: malam-malam 'malam-malam', pagi-pagi 'pagi-pagi', tangah-tangah 'tengah-tengah'.

    (b) depronominal: surang-surang 'sendiri-sendiri'.

    (c) adverbia: deadjektiva

    Contoh: jauah-jauah 'jauh-jauh', lambek-lambek 'lambat-lambat'.

    (d) adverbia denumeral: saketek-saketek 'sedikit-sedikit', tigo-tigo 'tiga-tiga'.

    (e) adverbia deverbal: kiro-kiro 'kira-kira', tau-tau tahu-tahu'

    c) Adverbia yang berupa gabungan kategori lain dengan pronomina. Contoh:

    A + nyo : mustinyo 'mestinya'
    aruihnyo 'harusnya'
    N + nyo : ruponyo 'rupanya'
    rasonyo 'rasanya'
    V + nyo : kironyo 'kiranya'
    Num + nyo : sadonyo 'semuanya'
    pado + N + nyo : pado hakikaiknyo 'pada hakikatnya'
    pado + A + nyo : pado mulonyo 'pada mulanya'
    d) Adverbia dengan gabungan proses.

    Contoh:

    sa + A + nyo : sabanarnyo 'sebenarnya'
    sarancaknyo 'sebaiknya'
    sa + RA + nyo : salambek-lambeknyo
    selambat-lambatnya'

    4.3.6.2 Subkategorisasi

    Adverbia bahasa Minangkabau dibedakan atas dua jenis.

    1) Adverbia intraklausal yang dapat berkonstruksi dengan verba, adjektiva, numeralia dan juga bisa dengan adverbia lain.

    Contoh:

    jan 'jangan' jo 'juga'
    agak 'agak' lai 'lagi'
    ampia 'hampir' paliang 'paling'
    buliah 'boleh' lo 'pula
    dapek 'dapat' sangaik 'sangat'
    alah 'sudah' alah sudah 'telah selesai'
    indak 'tidak' panah 'pernah'

    2) Adverbia ekstrakalusal

    Secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah posisi dan secara semantis mengungkapkan sesuatu atau tingkat preposisi secara keseluruhan.

    Contoh: mungkin 'mungkin'
    barangkali 'barangkali
    pasti 'pasti'

    4.3.6.3 Pemakaian Adverbia

    Adverbia dalam bahasa Minangkabau digunakan sebagai penanda aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, adjektiva, numeralia dan adverbia.

    1) Adverbia sebagai penada aspek

    Aspek menjelaskan apakah pekerjaan atau peristiwa sedang berlangsung (duratif), sudah selesai (perfektif), belum selesai (imperfektif) atau mulai berlangsung (inkoatif). Kata sadang 'sedang' digunakan sebagai penanda aspek duratif. Misalnya dalam kalimat berikut:

    (337) Inyo sadang mancaliak urang main bola.
    dia-sedang-melihat-orang-main-bola
    'Dia sedang melihat orang main bola'.
    (338) Adiak sadang makan
    adik-sedang-makan
    'Adik sedang makan'.

    Kata jo lai dapat digunakan sebagai penanda aspek imperfektif, misanya:

    (339) Inyo makan jo lai.
    dia-makan-juga-lagi
    'Dia makan juga lagi'.
    (340) Baru lalok jo lai.
    baru-tidur-juga-lagi
    'Baru tidur juga lagi'.
    (341) Bidin masiah tidua jo lai.
    bidin-masih-tidur-juga-lagi
    'Bidin masih tidur juga lagi'.

    Kata panah 'pernah' dan alah 'telah digunakan sebagai penanda aspek perfektif dalam bahasa Minangkabau.

    Misalnya:

    (342) Ambo panah tingga sarumah jo inyo.
    saya-pernah-tinggal-serumah-dengan-dia
    'Saya pernah tinggal serumah dengan dia'.
    (343) Ester panah datang ka rumah kami.
    Ester-pemah-datang-ke-rumah-kami
    'Ester pernah datang ke rumah kami'.
    (344) Kami alah mambali oto.
    kami-telah-membeli-mobil
    'Kami telah membeli mobil'.

    Kata muloi 'mulai' digunakan sebagai penanda aspek indoatif, misalnya:

    (345) Padi di sawah muloi manguniang.
    padi-di-sawah-mulai-menguning
    'Padi di sawah mulai menguning'.
    (346) Sikola tu muloi manarimo murid baru.
    sekolah-itu-mulai-menerima-murid-baru
    'Sekolah itu mulai menerima murid baru'.
    (347) Tadi malam urang muloi takziah di rumah duka.
    tadi-malam-orang-mulai-takziah-di-rumah-duka
    'Tadi malam orang mulai takziah di rumah duka'.

    2) Adverbia sebagai penanda modalitas

    Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicaraan yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Sebagai penanda modalitas ini digunakan hak-hak seperti: ka 'akan', alun 'belum', buliah 'boleh', mungkin 'mungkin' jan 'jangan', indak 'tidak'.

    Contoh pemakaian dalam kalimat.

    (348) Lah jaleh si Eli ka berang mancaliak parangai adiaknyo.
    telah-jelas-si-Eli-akan-marah-melihat-kelakuan-adiknya.
    'Sudah jelas si Eli akan marah melihat kalakuan adiknya'.
    'Jelas, si Eli akan marah melihat kelakuan adiknya'.
    (349) Inyo alun lapa lai.
    dia-belum-lapar-lagi
    'Dia belum lapar lagi'.
    (350) Kami buliah batanyo kalau indak mangarati.
    kami-boleh-bertanya-kalau-tidak-mengerti
    'Kami boleh bertanya kalau tidak mengerti'.
    (351) Inyo mungkin cameh jo panyakik anaknyo.
    dia-mungkin-cemas-dengan-penyakit-anaknya
    'Dia mungkin cemas dengan penyakit anaknya'.
    (352) Anak tu indak bodoh bagai doh.
    anak-itu-tidak-bodoh-bagai
    'Anak itu tidak bodoh'.
    (353) Kau jan malu-malu di siko, anggaplah di rumah kau sandiri.
    kamu-jangan-malu-malu-di-sini-anggaplah-rumah-kamu-sendiri.
    'Kamu jangan malu-malu, anggaplah di rumah sendiri.

    3) Adverbia sebagai penanda kuantitas

    Kuantitas maksudnya menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kata yang digunakan sebagai penanda kuantitas ialah acok 'sering', misalnya dalam kalimat:

    (354) Uda acok mangirim surek.
    Uda-sering-mengirim-surat
    'Uda sering mengirim surat'.
    (355) Inyo acok datang kamari.
    dia-sering-datang-kemari
    'Dia sering datang kemari'.

    4) Adverbia sebagai penanda kualitas

    Kualitas maksudnya menerangkan tentang sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kata-kata yang digunakan sebagai penanda, kualitas ialah: sangaik 'sangat', se 'saja', paliang 'paling', sajo 'saja', dan salalu 'selalu'.

    Contoh-contoh kalimat dengan kata-kata di atas;

    (356) Anaknyo sangaik pamalu
    anaknya-sangat-pemalu
    'Anaknya sangat pemalu'.
    (357) Inyo maleh se baraja.
    dia-malas-saja-belajar
    'Dia malas saja belajar.
    (358) Rudi paliang rajin baraja.
    Rudi-paling-rajin-belajar
    'Rudi paling rajin belajar'.
    (359) Inyo maleh sajo pai.
    dia-malas-saja-pergi
    'Dia malas saja pergi'.
    (360) Inyo salalu datang talambek.
    dia-selalu-datang-terlambat
    'Dia selalu datang terlambat'.

    4.3.7 Interogativa

    Interogativa adalah kategori dalam kalimat tanya yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara. Dalam bahasa Minangkabau dijumpai beberapa jenis interogativa.

    1) Interogativa apo dan a 'apa'

    Apo dan a digunakan untuk menanyakan nomina yang bukan nomina. Contoh:

    (361) Apo nan nyo bali?.
    apa-yang-dia-beli
    'Apa yang dibelinya?"
    (362) Apo nan dimintaknyo?
    apa-yang-dimintanya
    'Apa yang dimintanya?'
    (363) A namo bukunyo?
    apa-nama-bukunya
    'Apa nama bukunya?'

    Apo dapat juga diletakkan di belakang nomina.

    Contoh:

    Pertanyaan Jawaban
    (364) Buku ko buku apo? Buku sejarah.
    buku-ini-buku-apa buku-sejarah
    'Buku ini buku apa?' 'Buku sejarah'
    (365) Roti apo ko? Roti karambia.
    roti-apa-ini roti-kelapa
    'Roti apa ini?' 'Roti kelapa'.
    (366) Ari apo inyo barangkek? Ari Sinayan.
    hari-apa-dia-berangkat hari-senin
    'Hari apa dia berangkat?' 'Hari Senin'.

    2) Interogativa dek a

    Dek a digunakan untuk menanyakan sebab atau yang menyatakan karena apa, mengapa, atau oleh apa.

    Contoh:

    (367) Dek a kakinyo pincang?
    karena-apa-kakinya-pincang
    'Karena apa kakinya pincang'.
    (368) Dek a anak tu manangih?
    karena-apa-anak-itu-menangis
    'Mengapa anak itu menangis?'
    (369) Dek a tacucuak matonyo?
    oleh-apa-tertusuk-matanya
    'Matanya tertusuk apa?'
    3) Interogativa sia

    Sia digunakan untuk menanyakan tentang nomina (orang).

    a) Berfungsi sebagai subjek dalam kalimat yang berpredikat nominal, menanyakan tentang orang.

    Contoh:

    (370) Sia kapalo sikola tu?
    siapa-kepala-sekolah-itu
    'Siapa kepala sekolah itu?"
    (371) Sia manantunyo?
    siapa-menantunya
    'Siapa menantunya?"

    b) Berfungsi sebagai subjek dalam kalimat verba, menanyakan tentang tindakan atau keadaan orang.

    Contoh:

    (372) Sia mengecekan ka waang?
    siapa-mengatakan-kepada-kamu
    'Siapa mengatakan kepada kamu?
    (373) Sia nan pamalu?
    siapa-yang-pemalu
    'Siapa yang pemalu?"

    c) Sia yang posisinya di belakang nominal digunakan untuk menanyakan hubungan positif.

    Contoh:

    (374) Waang adiak sia?
    kamu-adik-siapa
    'Kamu adik siapa?"
    (375) Anak sia nan manangih?
    anak-siapa-yang-menangis
    'Anak siapa yang menangis?'
    (376) Rumah sia ko?
    rumah-siapa-ini
    'Rumah siapa ini?"

    4) Interogativa baa 'bagaimana'

    Baa digunakan untuk menanyakan keadaan sesuatu atau cara untuk melakukan sesuatu. Contoh:

    (377) Baa panyakik anaknyo?
    bagaimana-penyakit-anaknya
    'Bagaimana penyakit anaknya?"
    (378) Baa caronyo mambuek alang-alang?
    bagaimana-caranya-membuat-layang-layang
    'Bagaimana caranya membuat layang-layang?
    (379) Baa dek baitu kecek ang?
    bagaimana-oleh-begitu-kata-kamu
    'Bagaimana begitu kata kamu?"

    5) Interogativa manga 'mengapa'

    Manga digunakan untuk menanyakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu.

    Contoh:

    (380) Manga waang talambek?
    mengapa-kamu-terlambat
    'Mengapa kamu terlambat'
    (381) Manga inyo indak sikolah?
    mengapa-dia-tidak-sekolah
    'Mengapa dia tidak sekolah?'
    (382) Manga kumuah bajunyo?
    mengapa-kotor-bajunya
    'Mengapa kotor bajunya?"

    6) Interogativa bara 'berapa'

    Bara digunakan untuk menanyakan jumlah, ukuran, takaran, nilai, harga, waktu.

    Contoh:

    (183) Bara urang anak apak?
    berapa-orang-anak-bapak
    'Berapa orang anak Bapak'
    (384) Bara laweh sawah tu?
    berapa-luas-sawah-itu
    'Berapa luas sawah itu?'
    (385) Bara nyo bali rumah tu?
    berapa-dia-beli-rumah-itu
    'Berapa dia beli rumah itu?'
    (386) Bulan bara awak puaso?
    bulan-berapa-kita-puasa
    'Bulan berapa kita puasa?'
    (387) Bara jam lai awak mangko sampai?
    berapa-jam-lagi-kita-maka-sampai
    'Berapa jam lagi kita akan sampai?"

    7) Interogativa bilo 'bila'

    Bilo digunakan untuk menanyakan waktu.

    Contoh:

    (388) Bilo apak ka barangkek?
    bila-bapak-akan-berangkat
    'Bila bapak akan berangkat?'
    (389) Bilo kadai ko tabaka?
    bila-kedai-ini-terbakar
    'Bila kedai ini terbakar?"
    (390) Bilo kamari?
    bila-kemari
    'Bila kemari?'

    8) Interogativa ma 'mana' (yang mana)

    Ma digunakan untuk menanyakan suatu pilihan tentang orang atau benda dari suatu kelompok atau kumpulan.

    Contoh:

    (391) Urang ma anak tu?
    orang-mana-anak-itu
    'Orang mana anak itu?'
    (392) Ma nan katuju dek ang, Ita apo Ati?
    mana-yang-ketuju-oleh-kamu-Ita-apa-Ati
    'Mana yang kamu senangi, Ita apa Ati?'

    Ma yang dikombinasikan dengan di untuk menanyakan tempat. Ma yang dikombinasikan dengan ka untuk menanyakan arah, tujuan. Ma yang dikombinasikan dengan dari untuk menanyakan awal.

    Contoh:

    (393) Di ma rumah waang?
    di-mana-rumah-kamu
    'Di mana rumah kamu?'
    (394) Kama ka ang baok den?
    kemana-akan-kamu-bawa-saya
    'Kemana saya akan kamu bawa?'
    (395) Dari mana waang tau?
    dari-mana-kamu-tahu
    'Dari mana kamu tahu?"

    9) Interogativa kana 'untuk apa'

    Kana digunakan untuk menanyakan tentang motif/maksud suatu tindakan.

    Contoh:

    (396) Kana dek ang?
    untuk-apa-oleh-mu
    'Untuk apa oleh mu?'
    (397) Kana dek ang bulu ayam ko?
    untuk-apa-oleh-kamu-bulu-ayam-ini
    'Untuk apa oleh kamu bulu ayam ini?'
    (398) Kana ko?
    untuk-apa-ini
    'Untuk apa ini?"

    4.3.8 Demonstrativa

    Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dari segi bentuk dapat dibedakan atas:

    (1) demonstrativa dasar, seperti: tu 'itu', dan ko 'ini'.

    (2) demonstrativa gabungan, seperti: di sinan 'di sana', dan di siko 'di sini'.

    Contoh penggunaan dalam kalimat seperti berikut.

    (399) Rumah tu gadang.
    rumah-itu-besar
    'Rumah itu besar'.
    (400) Gulai ko baru masak.
    gulai-ini-baru-masak
    'Gulai ini baru masak'.
    (401) Kami di siko baraja.
    kami-di-sini-belajar
    'Kami di sini belajar'.
    (402) Inyo indak namuah di sinan.
    dia-tidak-mau-di-sana
    'Dia tidak mau di sana'.

    4.3.9 Artikula

    Artikula adalah kategori yang dipakai di depan nomina individu dalam hubungan intim, sering dipakai untuk menyebut persona ketiga. Artikula ini dipakai di depan nomina umum nama binatang, tumbuh-tumbuhan, nama orang dan lain-lain. Di bawah ini diberikan contoh-contoh kalimat yang menggunakan artikula si, sang, dan kak. Mendahului nama orang.

    (403) Si Musa masuak rumah sakik.
    si-Musa-masuk-rumah-sakit
    'Si Musa masuk rumah sakit'.
    (404) Si Rugayah naiak aji.
    si-Rugayah-naik-haji
    'Si Rugayah naik haji'.

    Mendahului nomina umum

    (405) Si Jangguik baladang limau.
    si-janggut-berladang-jeruk
    'Si Janggut berladang jeruk'.
    (406) Apo ota si Cipeh tadi.
    apa-obrolan-si-Cipeh-tadi
    'Apa yang dibicarakan si Cipch tadi'.

    Mendahului nama binatang

    (407) Si Kalupak kudo urang Agam.
    si-Kelupak-kuda-orang-Agam
    'Si Ketupak kuda orang Agam'.
    (408) Si Kinantan taruih manang di galanggang.
    si-Kinantan-terus-menang-di-gelanggang
    'Si Kinantan terus menang di gelanggang'.

    Mendahului nama tumbuh-tumbuhan

    (409) Daun si dingin untuak ubek.
    daun-si-dingin-untuk-obat
    'Daun si dingin untuk obat'.
    (410) Amak mambali si puluik.
    ibu-membeli-si-puluik
    'Ibu membeli si puluik'.

    Contoh kalimat yang menggunakan sang

    (411) Sang Rajo mamanggia dubalangnyo.
    sang-Raja-memanggil-dubalangnya
    'Sang Raja memanggil dubalangnya'.
    (412) Kak Kancia bacarito.
    kak-kancil-bercerita
    'Kak kancil bercerita'.

    4.3.10 Preposisi

    Preposisi ialah kategori yang terdapat di depan kategori lain yang berfungsi membentuk frase preposisional. Preposisi terletak di bagian awal frase dan umumnya yang mengikuti dapat berupa nomina, adjektiva atau verba (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1988:230). Frase preposisi biasanya bersifat eksosentris.

    Dilihat dari segi bentuknya, preposisi bahasa Minangkabau dapat berupa preposisi dasar dan preposisi turunan. Preposisi turunan dapat pula dibedakan alas preposisi dengan afiks dan preposisi berupa gabungan kata.

    1) Preposisi dasar

    Preposisi dasar terdiri atas satu morfem yang tidak dapat dibagi lagi atas bagian yang lebih kecil. Di bawah ini adalah contoh preposisi dasar bahasa Minangkabau serta beberapa fungsinya.

    Untuak 'untuk' penanda hubungan pembentukan dari 'dari' penanda hubungan asal, arah dari suatu tempat jo 'dengan' penanda hubungan kesertaan atau cara, di 'di' penanda hubungan tempat arah, karano 'karena' dan dek 'sebab' penanda hubungan sebab ka 'ke' penanda hubungan arah dek 'oleh' penanda hubungan pelaku tantang 'tentang' penanda hubungan keadaan peristiwa sajak 'sejak' penanda hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain.

    Berikut adalah contoh pemakaian preposisi tersebut dalam kalimat:

    (413) Amak mambalian baju baru untuak adiak.
    ibu-membelikan-baju-baru-untuk-adik
    'Ibu membelikan baju baru untuk adik'.
    (414) Inyo dari Bukittinggi.
    dia-dari-Bukittinggi
    'Dia dari Bukittinggi'.
    (415) Inyo pai jo adiaknyo.
    dia-pergi-dengan-adiknya
    'Dia pergi dengan adiknya'.
    (416) Inyo marantau di Jawa.
    dia-merantau-di-Jawa
    'Dia merantau di Jawa'.
    (417) Inyo marabo karano kailangan.
    dia-marah-karena-kehilangan
    'Dia marah karena kehilangan'.
    (418) Inyo indak datang dek kasibuakannyo.
    dia-tidak-datang-karena-kesibukannya
    'Dia tidak datang karena kesibukannya'.
    (419) Inyo pai ka Bandung.
    dia-pergi-ke-Bandung
    'Dia pergi ke Bandung'.
    (420) Pulisi mananyokan tantang kabakaran tu.
    polisi-menanyakan-tentang-kebakaran-itu
    'Polisi menanyakan tentang kebakaran itu'.
    (421) Inyo di Padang sajak kapatang.
    dia-di-Padang-sejak-kemarin
    'Dia di Padang sejak kemarin.

    2) Preposisi dengan afiks

    Preposisi ini dibentuk dengan menambahkan afiks yang bentuk dasar.

    Contoh:

    basarato 'berserta' menandai hubungan kesertaan

    manjalang 'menjelang' manandai hubungan waktu, sesaat, sebelum

    manuju 'menuju' menandai hubungan tujuan atau arah.

    manuruik 'menurut' menandai hubungan sumber

    sakuliliang 'sekeliling' salamo 'selama'

    sarupo 'serupa'

    sapanjang 'sepanjang'

    Contoh pemaduan preposisi di atas dalam kalimat berikut ini:

    (422) Ambo basarato rombongan barangkek bisuak.
    saya-beserta-rombongan-berangkat-besok
    'Saya beserta rombongan berangkat besok'.
    (423) Inyo tibo manjalang magarik.
    dia-datang-menjelang-magrib
    'Dia datang menjelang magrib'.
    (424) Jalan manuju rumah kami rusak.
    jalan-menuju-rumah-kami-rusak
    'Jalan menuju rumah kami rusak'.
    (425) Manuruik pandapek ambo inyo elok.
    menurut-pendapat-saya-dia-baik
    'Menurut pendapat saya dia baik'.
    (426) Tatangga sakuliliang rumah kami elok-elok.
    tetangga sekeliling rumah kami baik-baik
    "Tetangga sekeliling rumah kami baik-baik'.
    (427) Kami panah tingga di Bogor salamo duo tahun.
    kami-pernah-tinggal-di-Bogor-selama-dua-tahun
    'Kami pernah tinggal di Bogor selama dua tahun'.
    (428) Kami sarupo ayam kailangan induak.
    kami-serupa-ayam-kehilangan-induk
    'Kami serupa ayam kehilangan induk'.
    (429) Sapanjang jalan Jakarta tumbuah pohon yang rindang.
    sepanjang-jalan-jakarta-tumbuh-pohon-yang-rindang
    'Sepanjang jalan Jakana tumbuh pohon yang rindang'.

    3) Preposisi berupa gabungan kata

    Preposisi gabungan kata dapat pula dibedakan atas:

    a) gabungan preposisi + preposisi, b) gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi.

    a) Gabungan preposisi dan preposisi merupakan preposisi gabungan. Di bawah ini adalah contoh preposisi gabungan serta fungsinya.

    daripado 'daripada' menandai hubungan perbandingan kapado 'kepada' menandai hubungan tempat atau arah dek karano 'oleh karena' menandai hubungan penyebab salain dari 'selain dari' menandai hubungan perkecualian

    Contoh pemakaian dalam kalimat sebagai berikut.

    (430) Adiaknyo labiah elok daripado kakaknyo.
    adiknya-lebih-baik-daripada-kakaknya
    'Adiknya lebih baik daripada kakaknya'.
    (431) Kapado sia den ka mangadu.
    kepada-siapa-saya-akan-mengadu
    'Kepada siapa saya akan mengadu'.
    (432) Dek karano urang tuonyo sakik, inyo indak jadi barangkek.
    oleh-karena-orang-tuanya-sakit-dia-tidak-jadi-berangkat
    'Oleh karena orang tuanya sakit, dia tidak jadi berangkat'.
    (433) Salain dari apaknyo indak ado urang nan ditakuiknyo doh.
    selain-dari-bapaknya-tidak-ada-orang-yang-ditakutinya
    'Selain dari bapaknya tidak ada orang yang ditakutinya'.

    b) Gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi

    Gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi akan menghasilkan preposisi gabungan.

    Contoh:

    di ateh 'di atas', ka bawah 'ke bawah', dari muko 'dari muka', ka balakang 'ke belakang', di tangah 'di tengah', ka dalam 'ke dalam', dari baliak 'dari balik'.

    Pemakaian dalam kalimat seperti berikut.

    (434) Bungo talatak di ateh meja.
    bunga-terletak-di-atas-meja
    'Bungan terletak di atas meja'.
    (435) Inyo manyuruak ka bawah meja.
    dia-bersembunyi-ke-bawah-meja
    'Dia bersembunyi ke bawah meja'.
    (436) Inyo masuak dari muko.
    dia-masuk-dari-muka
    'Dia masuk dari muka'.
    (437) Baolah barang-barang ko kabalakang.
    bawalah-barang-barang-ini-ke-belakang
    'Bawalah barang-barang ini ke belakang'.
    (438) Jamba lah talatak di tangah rumah.
    hidangan-telah-terletak-di-tengah-rumah
    'Hidangan telah terletak di tengah rumah'.
    (439) Inyo masuak ka dalam rumah.
    dia-masuk-ke-dalam-rumah
    'Dia masuk ke dalam rumah'.
    (440) Inyo mamandang dari baliak jendela.
    dia-memandang-dari-balik-jendela
    'Dia memandang dari balik jendela'.

    4.3.11 Konjungsi

    Konjungsi adalah kategori yang berfungsi menghubungkan klausa atau lebih. Kata dari 'dari', kalau kalau', serta atau 'atau' dalam bahasa Minangkabau termasuk fungsinya. Namun dalam penggunaannya kata-kata tersebut dapat juga menghubungkan kata dengan kata atau frasa. Konjungsi seperti dan 'dan' serta atau 'atau' dapat membentuk frase seperti sakik dan sanang 'sakit dan senang', siang atau malam 'siang atau malam'. Di samping sebagai preposisi ada kata yang juga dapat sebagai konjungsi, seperti karano 'karena' dan sajak 'sejak', dapat menghubungkan kata dengan kata atau klausa. Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa preposisi dapat juga bertindak sebagai konjungsi.

    Dalam bahasa Minangkabau ditemui lima kelompok konjungsi: 1) Konjungsi koordinatif, 2) konjungsi subkoordinatif, 3) konjungsi korelatif, 4) konjungsi antar kalimat dan 5) konjungsi antar paragraf.

    1) Konjungsi koordinatif

    Konjungsi koordinatif menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi ini dalam bahasa Minangkabau ialah dan 'dan' yang menandai hubungan penambahan atau 'atau' menandai hubungan pemilihan, tapi 'tetapi' menandai hubungan perlawanan. Kita lihat cotoh pemakaiannya dalam kalimat berikut ini.

    (441) Kami mangumpuaan dana dan kami pulo mambagi-bagian ka panti asuhan.
    kami-mengumpulkan-dana-dan-kami-pula-membagi-bagikan-kepada-panti-asuhan
    'Kami mengumpulkan dana dan kami pula yang membagi-bagikan ke panti asuhan'.
    (442) Aden nan kamambali atau kau yang mamintak ka inyo.
    saya-yang-akan-membeli-atau-kamu-yang-meminta-kepada-dia
    'Saya yang akan membeli atau kamu yang meminta kepadanya'.

    2) Konjungsi Subkoordinatif

    Konjungsi subkoordinatif menghubungkan dua klausa atau lebih klausa yang tidak mempunyai status sintaktis yang sama. Salah satu klausa merupakan anak kalimat dan klausa lainnya merupakan induk kalimat. Dalam bahasa Minangkabau ditemui kelompok-kelompok konjungsi subkoordinatif.

    (1) waktu: sasudah 'sesudah', sabalun 'sebelum', saabih 'sehabis', sajak 'sejak', katiko 'ketika', samantaro 'sementara', sambia 'sambil', salamo 'selama', sainggo 'sehingga'

    (2) syarat: asa 'asal', jikok 'jika', kalau 'kalau', bilo 'bila'.

    (3) pengandaian: sakironyo 'sekiranya', saandainyo 'seandainya'

    (4) tujuan: supayo 'supaya'

    (5) konsesif: sakalipun 'sekalipun', sungguahpun 'sungguhpun'

    (6) pemiripan: saakan-akan 'seakan-akan'

    (7) penyebaban: sabab 'sebab', karano 'karena'

    (8) pengakibatan: mako 'maka', hinggo 'hingga'

    (9) penjelasan: bahwa 'bahwa'

    (10) cara: jo 'dengan'

    Berikut ini beberapa contoh pemakaian kata-kata tersebut dalam kalimat.

    (443) Pak Rahamat alah barangkek sabalun kami tibo.
    pak-Rahmat-telah-berangkat-sebelum-kami-tiba
    'Pak Rahmat telah berangkat sebelum kami tiba'.
    (444) Inyo ka datang kalau karajonyo alah salasai.
    dia-akan-datang-kalau-kerjanya-telah-selesai
    'Dia akan datang kalau kerjanya telah selesai'.
    (445) Tuti amuah mamaafkan saandainyo Rudi mangaku kasalahannyo.
    Tuti-mau-memaafkan-seandainya-Rudi-mengakui-kesalahannya
    'Tuti mau memaafkan seandainya Rudi mengakui kesalahannya'.
    (446) Fitri harus rajin baraja supayo naiak kalas.
    Fitri-harus-rajin-belajar-supaya-naik-kelas
    'Fitri harus rajin belajar supaya naik kelas'.
    (447) Ayah mangatokan bahwa kalian ka datang bisuak.
    ayah-mengatakan-bahwa-kalian-akan-datang-besok
    'Ayah mengatakan bahwa kalian akan datang besok'.
    (448) Inyo indak namuah mandi sabab inyo damam.
    dia-tidak-mau-mandi-sebab-ia-demam
    'Dia tidak mau mandi sebab badannya demam'.

    3) Konjungsi Korelatif

    Konjungsi korelatif menghubungkan dua kata, frase atau klausa dan kedua unsur itu memiliki konstruksi sintaktis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase atau klausa yang dihubungkan itu. Contoh:

    baiak ... maupun : 'baik...maupun'
    apo ... atau ... : 'apa...atau...'
    antah ... antah ... : 'entah...entah...'
    jangkan ... pun : 'jangankan...pun'

    Contoh penggunaan kata-kata tersebut dalam kalimat berikut ini.

    (449) Baik pak Amaik maupun anak buahnyo alah pulang tadi.
    baik-pak-Amat-maupun-anak-buahnya-telah-pulang-tadi
    'Baik pak Amat maupun anak buahnya telah pulang tadi'.
    (450) Apo inyo satuju atau indak, kami ka mambangun juo.
    apa-dia-setuju-atau-tidak-kami-akan-membangun-juga
    'Apa dia setuju atau tidak kami akan membangun juga'.
    (451) Antah io inyo namuah pai, antah urang tuonyo sajo nan ingin pai.
    entah-ia-dia-mau-pergi-entah-orang-tuanya-saja-yang-ingin-pergi
    'Entah ia dia mau pergi, entah orang tuanya saja yang ingin pergi'.
    (452) Jankan ka nyo agiah pitih, nyo caliakpun indak.
    jangankan-akan-dia-beri-uang-dia-melihatpun-tidak
    'Jangankan akan dia diberinya uang, dilihatnya pun tidak'.

    4) Konjungsi antar kalimat

    Konjungsi antar kalimat menghubungkan kalimat dengan kalimat. Karena itu, konjungsi ini selalu memakai kalimat baru. Dalam bahasa Minangkabau terdapat konjungsi antar kalimat seperti berikut.

    a) Mengatakan sesuatu yang berbeda atau bertentangan dengan kalimat sebelumnya.

    Contoh:

    sungguahpun baitu 'sungguhpun begitu

    walaupun baitu 'walaupun begitu'

    Contoh kalimat:

    (453) Kami indak satuju jo karajo inyo doh.
    sungguahpun baitu kami indak kamahalangi.
    kami-tidak-setuju-dengan-kerja-dia-sungguhpun-be-gitu-kami-tidak-akan-menghalangi
    'Kami tidak setuju dengan kerja dia, sungguhpun begitu kami tidak akan menghalangi'.

    b) Menyatakan kelanjutan peristiwa atau keadaan yang dinyatakan oleh kalimat sebelumnya

    Contoh:

    sasudah tu : 'sesudah itu'
    kamudian : 'kemudian'
    salanjuiknyo : 'selanjutnya'

    Contoh kalimat

    (454) Inyo duduak-duduak di bangku panjang.
    Sasudah tu inyo pai ka pustaka.
    dia-duduk-duduk-di-bangku-panjang
    sesudah-itu-dia-pergi-ke-pustaka
      'Dia duduk-duduk di bangku panjang.
      Sesudah itu dia pergi ke pustaka'.

    c. Menyatakan adanya hal atau keadaan lain di luar yang dinyatakan dalam kalimat sebelumnya.

    lagi pulo : 'lagi pula'
    ciek lai : 'satu lagi'
    tambah pula : 'tambah pula'

    Contoh kalimat:

    (455) Inyo busuak ati, lagi pulo inyo panduto.
    dia-busuk-hati-lagi-pula-dia-pembohong
    'Dia busuk hati, lagi pula dia pembohong'.

    d) Menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya

    Contoh: sabaliaknyo 'sebaliknya'

    Pemakaiannya dalam kalimat sebagai berikut.

    (456) Inyo indak manuruikan nasihat urang lainnyo.
    Sabaliaknyo inyo sato pulo maisok ganjo.
    dia-tidak-menurutkan-nasehat-orang-lainnya
    sebaliknya-dia-ikut-pula-menghisap-ganja
    'Dia tidak menurutkan naschat orang lainnya.
    Sebaliknya dia ikut pula menghisap ganja'.

    e) Menyatakan keadaan yang sebenamya digunakan kata sabananyo 'sebenamya'

    Contoh:

    (457) Iduiknyo memang payah. Sabananyo, ialah dibayangkan juo sajak samulo.
    hidupnya-memang-payah-sebenarnya-telah-diba-yangkan-juga-sejak-semula
    'Hidupnya memang payah. Sebenarnya, sudah diramalkan sejak semula'.

    f) Menyatakan akibat digunakan kata dek karano itu

    Contoh:

    (458) Bajunyo indak ado nan baru. Dek karano tu, inyo maleh pai baralek.
      bajunya-tidak-ada-yang-baru-oleh-karena-itu-dia-ma-las-pergi-ke-pesta
      'Bajunya tidak ada yang baru. Oleh karena itu dia malas pergi ke pesta'

    3) Konjungsi antar paragraf

    Konjungsi antar paragraf menghubungkan paragraf dengan paragraf. Pada umumnya konjungsi antar paragraf menghubungkan paragraf keempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Contoh: dalam pado itu 'dalam pada itu', adapun.

    Di bawah ini contoh pemakaian konjungsi antar paragraf.

    (459) Dalam pado itu, kabanyakan kawan-kawan mangejek ambo. Ado nan mangatoan ambo kutu buku, indak pandai bangaua dll.
    dalam-pada-itu-kebanyakan-kawan-kawan-mengejek-saya-ada-yang-mengatakan-kutu-buku-tidak-pandai-ber-gaul-dll
    'Dalam pada itu, kebanyakan teman-teman mengejek saya. Ada yang mengatakan saya kutu buku, tidak pandai bergaul dll.'

    4.3.12 Kategori Fatis

    Kategori fatis berfungsi menilai dan menegaskan pembicara antara pembicaraan dan lawan bicara. Kategori fatis terdapat dalam dialog atau wawancara, yang tentu saja merupakan ciri ragam lisan.

    Dalam bahasa Minangkabau ditemui kategori fatis sebagai berikut. bana: untuk menyatakan intensitas.

    (460) Padusi tu rancak bana.
    wanita-itu-cantik-benar
    'Wanita itu cantik sekali'

    pun 'pun': menyatakan tambahan/keputusan.

    (461) Makan indak minum pun indak.
    makan-tidak-minum-pun-tidak
    'Makan tidak minum pun tidak'.

    juo 'jua': menyatakan tambahan yang menyertai

    (462) Inyo manangih juo.
      dia-menangis-juga
      'Dia menangis juga'.

    garan 'gerangan': digunakan dalam kalimat tanya

    (463) Di ma inyo sakolah garan?
    di-mana-dia-sekolah-gerangan
    'Di mana dia sekolah?"

    ma/mah menegaskan

    (464) Inyo anak kapalo desa ma.
    dia-anak-kepala-desa
    'Dia anak kepala desa'.

    ah: menyatakan kekesalan

    (465) Sia maambiak sapatu den ah.
    siapa-mengambil-sepatu-saya
    'Siapa mengambil sepatu saya?'.

    eh: sering digunakan oleh orang yang bestatus tinggi kepada rendah.

    (466) Caliaklah ka mari eh!
    lihatlah-ke-sini
    'Lihatlah ke sini'.

    a: menegaskan kalimat tanya

    (467) Sia ko a?
    siapa-ini
    'Siapa ini?'.

    ha : menyatakan keheranan

    (468) Sapuluah urang anaknyo ha?
    sepuluh-orang-anaknya
    'Sepuluh orang anaknya?'.

    do : menegaskan ingkar

    (469) Inyo indak ka pai do!
    dia-tidak-akan-pergi
    'Dia tidak akan pergi'.

    lah: Dipakai dalam kalimat perintah untuk menegaskan

    (470) Tasarah dek kaulah!
    terserah-oleh-kamu
    "Terserah kepada kamu!'.
    4.4.13 Interjeksi

    Interjeksi adalah kategori yang berfungsi mengungkapkan rasa hati pembicaraan. Untuk memperkuat rasa lebih, heran dan marah atau jijik orang memakai kata tertentu. Kata ini selalu mendahului ujaran sebagai tarikan lepas atau berdiri sendiri.

    Dalam bahasa Minangkabau dijumpai interjeksi yang pada umumnya mengacu kepada sikap yang (a) negatif, (b) positif, (c) menyatakan keheranan, dan (d) netral atau campuran, sesuai dengan kalimat yang mengiringinya.

    Di bawah ini terdapat beberapa contoh pemakaiannya.

    a) Bernada positif: ha, hm, o

    b) Bernada negatif: ah, aduah, ceh, oi, dan aha

    c) Bernada keheranan: alas, ci-hi, 0

    Contoh-contoh pemakaian sesuai dengan kelompok masing-masing.

    Bemada positif:

    (471) Ha, lah tibo urang nan dinanti.
    ha, sudah-tiba-orang-yang-ditunggu
    'Ha, sudah datang orang yang ditunggu'.
    (472) Hm, tingga salah jo kami.
    hm, tinggal-sajalah-dengan-kami
    'Hm. tinggal sajalah dengan kami '.
    (473) O, di siko waang tingga.
    o, di-sini-kamu-tinggal
    'O, di sini kamu tinggal'.

    Bernada negatif

    (474) Ah, tiok sabanta marengek.
    ah-tiap-sebentar-merengek.
    'Ah, tiap sebentar merengek'.
    (475) Aduah, baa lah jadinyo untuang den ko.
    aduh-bagaimanalah-jadinya-nasib-saya-ini
    'Aduh, bagaimanalah jadinya nasib saya'.
    (476) Ceh, lah kanai dawaik baju den.
    eh-sudah-kena-tinta-baju-saya
    'Eh, kena tinta baju saya'.
    (477) Ei, sakik kapalo den.
    ei-sakit-kepala-saya
    'Ei, sakit kepala saya'.
    (478) Ahai, utang banyak anak sakik pulo.
    ahai-hutang-banyak-anak-sakit-pula
    'Ahai, hutang banyak anak sakit puia'.

    Bernada keheranan

    (479) Ci-hi, banyaknyo makan.
    ci-hi-banyaknya-makan
    'Ci-hi, banyaknya makan'.
    (480) Alaa, tamaik juo sakola ang yo.
    wah-tamat-juga-sekolah-kamu-ya
    'Wah, tamat juga sekolah kamu'.
    (481) O, inyo nan mambali rumah tu.
    o-dia-yang-membeli-rumah-itu
    O, dia yang membeli rumah itu'.

    Bernada Netral atau campuran

    (482) Eh, di mana ang bali buku ko?
    eh-di-mana-kamu-beli-buku-ini
    'Eh, di mana kamu beli buku ini?"
    (483) Oi, jan digaduah juo inyo.
    Oi-jangan-diganggu-juga-dia
    'Oi, jangan diganggu juga dia'.
    (484) Onde, rancak baju ang yo.
    wah-bagus-baju-kamu-ya
    "Wah, bagus baju kamu'.

    Di samping interjeksi dasar seperti contoh-contoh di atas ditemui juga interjeksi turunan dalam bahasa Mimangkabau, seperti: Onde mande, sia mande, masyaalah, astaga pirullah, dan insyaalah.