Tao Teh King/Bab 78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Tao Teh King diterjemahkan oleh Kwee Tek Hoay
Bab 78

LXXVIII.

MENERIMA ITOE KABENERAN.

  1. Tida satoe apa dalem doenia jang begitoe lemah dan gampang menoeroet sebagai aer, tetapi boeat bikin antjoer apa jang keras dan tegoeh tida ada jang bisa samaken.
  2. Tida ada satoe apa jang bisa bandingin kakoeatannja aer.
  3. Seloeroeh doenia soedah taoe bahoea jang lembèk bisa kalahin pada jang keras, dan jang lemah menaloekin jang koeat; tetapi tidak ada jang sanggoep djalanken itoe dalem praktijk.
  4. Maka Orang Boediman membilang; Ia jang soeka terima aken pikoel kahina'an dari negrinja, dengen sasoenggoenja ada djadi jang dipertoean dari itoe negri. Ia jang menanggoeng kasangsara'an dari bangsanja, dengen sabenernja ada mendjadi marika poenja radja.
  5. Perkata'an jang menggênggêm kebeneran selamanja bertentangan dengen anggepan oemoem.

Itoe tjonto dari sifatnja aer, boet loekisen kakoeatan jang terdapet dari apa jang lembèk dan kaliatannja gampang menoeroet, soedah beberapa kalih dibitjarain dalem fatsal-fatsal jang laloe hingga tida perloe diroendingin lagi. Djikaloe manoesia masih teroes tida sanggoep djalanken itoe sifat oetama jang terdapet di dalem Tao, itoelah ada dari lantaran kaängkoean dan kasombongannja, jang membikin ia tida gampang maoe mengalah, dan kaloe berboeat salah, tida soeka mengakkoe atawa menerima ditjelah orang. Maka satoe Radja Boediman jang betoel-betoel mendjadi Toean dari iapoenja negri, kepala dari sekalian rahajatnja, selaloe bersedia aken tanggoeng segala kahina'an jang menimpah negrinja, dan pikoel djoega kasangsara'an dari sekalian rahajatnja.

Ini. matjem anggepan dari djeman doeloe sekalih ada didjalanken di Tiongkok teroes sampe pada keizer-keizer dari dijnastie Tjhing Tiauw jang paling belakang. Oepama Baginda Thong Ong, pendiri dari dijnastie Siang (Taon 1766 dimoeka Kristus), koetika timboel bahaja kalaparan lantaran moesim kering berdjalan terlaloe lama, soedah sembahjang pada Langit dan berkata: „Djanganlah binasaken rahajatkoe boeat akoe sendiri poenja kadosa'an!“ Dan begitoelah pada saban kalih negri kelanggar bintjana heibat, keizer-keizer di Tiongkok, maski tjoemah mengikoetin adat toeroen-menoeroen, biasa siarken maloemat dalem. mana ia mengakkoe dirinja berdosa kerna soedah mendjadi sebab. dari timboelnja itoe kasoekeran jang menimpah pada rahajat, dan bikin djoega sambahjangan pada Thian boeat minta dihoekoem dirinja sendiri, tapi djangan disangsaraken rahajat jang tida berdosa.

Dan itoe perkataan di ajat 4 „Ia jang menanggoeng kasangsara'an dari bangsanja dengen sabenernja ada djadi marika poenja radja,“ oleh fihak Kristen dianggep sabagi satoe naboewet tentang Jesus Kristus, jang dipandang telah korbanken diri goena kaselametan manoesia. Sebab Lao Tze hidoep beberapa abad di moeka dari Kristus, maka djitoenja itoe oetjapan membikin ini Goeroe Toea mendjadi seperti satoe „Nabi" (orang jang pande bernaboewet, atawa bisa taoe kadjadian jang bakal dateng).

Tetapi seperti soedah diterangken di atas, Lao Tze poenja pengoendjoekan itoe boekan boeat ramalin apa jang bakal dateng, hanja toetoerin boekti jang soedah kaliatan dan berdjalan sadari doeloe, berhoeboeng dengen sikepnja radja-radja boediman jang bersedia aken tanggoeng negrinja poenja kahina'an dan rahajatnja poenja kasangsara'an. Inilah ada sikep jang sabaliknja dari kabanjakan kepala dan pemimpin bangsa djaman belakangan, jang boekan sadja tida perdoeliken kasangsara'an rahajat, malah sengadja menindes pada orang ketjil jang dipandang sabagi alat boeat memberi kasenangan dan kabesaran pada dirinja sendiri. Maka itoe Lao Tze tegesken, oedjar jang menggenggem kabeneran selamanja bertentangan dengen anggepan oemoem, jang mengira siapa pegang perentah moesti berada di atas, sedeng moestinja bertempat di bawah dan mendjadi hamba dari rahajat. (Ajat 1-5).