Tao Teh King/Bab 77

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Tao Teh King diterjemahkan oleh Kwee Tek Hoay
Bab 77

LXXVII.

ITOE TAO DARI LANGIT.

  1. Sifatnja Tao dari Langit ada seperti ditariknja si toeka memanah poenja gandewa!
  2. Ia bikin djatoh apa jang ada di atas, dan kasih naek apa jang tertindes di bawah.
  3. Ia ambil apa jang terlaloe kalebihan, dan kasih pada jang kakoerangan.
  4. Tao dari Langit membikin segala apa mendjadi sama-rata.
  5. Tetapi ini boekan ada Tao (tjara) dari manoesia.
  6. Manoesia mengambil dari fihak jang kakoerangan boeat menambah apa jang ia sendiri soedah poenjaken sanget banjak
  7. Siapakah adanja itoe orang jang kapan soedah mempoenjai sanget banjak, bisa goenaken itoe milik jang besar oentoek kabaekannja doenia?
  8. Tjoemah ia jang soedah mempoenjai Tao.
  9. Inilah sebabnja kenapa itoe orang boediman bekerdja dengen tida harepken gandjaran, dan seleseken kawajibannja zonder minta dipoedji.
  10. Dengen tjara begitoe ia oempetken kakaja'annja.

Kapan orang hendak memanah, itoe gandewa dibikin melengkoeng dengen menarik tali boesoernja ka belakang soepaja bisa terdjadi betrikan keras jang membikin itoe panah, jang tadinja terdjepit dalem bentangannja itoe boesoer, bisa lompat ka atas oedara, dan membikin boeroeng-boeroeng jang lagi terbang atawa berada di atas poehoen, djadi djatoh ka bawah. Apa jang ditarik ka belakang dengen keras mendapet tenaga besar aken lompat ka moeka ; orang jang hendak menimpoek djaoeh haroes ajoen tangannja ka belakang lebih doeloe boeat imbangin tenaga jang bakal dilepas. Inilah ada wet alam jang tida bisa dirobah: apa jang koerang ditambah dan jang lebih dikoerangin. Goenoeng jang tinggi, saban kalih toeroen oedjan moesti kailangan tanahnja jang terbawa anjoet ka bawah, dan komoedian masoek ka dalem soengei- soengei, jang membawa itoe loempoer ka tempat jang paling rendah —ka laoetan. Begitoelah tanah di pasisir jang rendah itoe lama-kalama'an mendjadi tjètèk, menimboelken rawa-rawa, dan achirnja mendjadi daratan. Sabaliknja itoe ombak laoet jang santer tida berentinja mendampar ka pasisir jang menebing, jang perlahan dengen perlahan mendjadi goegoer dan tanahnja masoek ka dalem laoet, hingga bagian jang doeloenja darat berobah mendjadi laoetan. Itoe goenoeng api biasa moentahin lahar dan aboe, hingga lama-lama tanah di dalemnja djadi growong dan achirnja somplak atawa goegoer, tapi berbareng dengen itoe, gentjetannja gas dan stoom di dalem tanah membikin di tengah laoet moentjoel poelo-poelo atawa tanah baroe boeat gantiken bagian jang soedah moesna. Begitoelah itoe pakerdja'an menambah dan mengoerangin berdjalan teroes, bocat tjiptaken imbangan jang sama-rata. (Ajat 1-4).

Tetapi manoesia poenja tjara ada sabaliknja. „ikan besar makan ikan ketjil“, kata satoe pepatah. Semingkin besar kakoeasa'annja semingkin keras ia menindes pada jang lemah, orang hartawan selaloe berdaja aken tambahin kakaja'annja dengen memèrès pada jang miskin, jang disoeroe bekerdja banting-toelang satengah mati dengen bajaran jang tiba tjoekoep boeat tangsel peroet soepaja tida mati kelaparan. Bangsa jang pinter dan madjoe selaloe tjoerangin pada bangsa jang bodo dan terbelakang, jang ditaloekin dan didjadiken seperti boedak. (Ajat 5-6).

Dari ini oedjar-oedjar orang bisa liat, 25 abad di moeka dari Karl Marx, di Tiongkok soedah moentjoel satoe Socialist jang merasa tida adilnja itoe tjara (Tao) dari manoesia, jang sanget serakah dan ingin hidoep sendiri. Tetapi Lao Tze tida moesoehin pada orang hartawan atawa kapitalist; ia tida tjelah pada orang jang mempoenjai banjak milik; itoe Philosoof Toea sampe mengarti jang manoesia poenja kapinteran, kapandean dan kamadjoean tida sama-rata, dan orang jang pinter moesti bisa dapet lebih banjak dari-pada jang bodo, dan dalem doenia moesti ada Keizer, Radja, pembesar atawa pemimpin bangsa jang memegang kakoeasa'an di dalem seloeroeh karadja'an, negri-negri dan kota-kota, hingga dengen begitoe moesti ada poenja milik djaoe lebih besar dari-pada rahajat jang kabanjakan. Tetapi ia andjoerin soepaja itoe orang-orang jang mempoenjai sanget banjak, jang terlaloe lebih boeat dipake sendiri satjara pantes dan saderhana, soeka goenaken kakaja'annja itoe oentoek kabaekan orang banjak, goena kaselametan dan kamamoeran doenia. Orang jang bisa berboeat begitoe, itoelah tandanja soedah mengenal Tao. (Ajat 7-8). Saorang jang atoer tjara hidoepnja menoeroet Tao, nanti mengasih apa jang ia ada lebih pada jang kakoerangan dengen zonder disoeroe dan diandjoerin lagi. Lantaran kaperloeannja sedikit, maka ia bisa mengasih banjak, dengen djalan tida soeka tarik apa-apa goena diri sendiri, maskipoen kaloe maoe ia bisa koempoelin milik dan kakaja'an besar. Apabila ia lakoeken apa-apa jang berfaedah, ia tida soeka terima gandjaran atawa ingin dipoedji, hanja bekerdja dan menoeloeng sasama manoesia dengen diam-diam, lantaran mana ia tida perloe tondjolin kapandean dan kakaja'annja, jang soedah tergaboeng mendjadi satoe dengen natuur, hingga apa jang natuur poenja ada djadi djoega miliknja. (Ajat 9-10).