Lompat ke isi

Rimba-Rimba/Bab 26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

DISERGAP MUSUH

Ketika anak-anak Harimau Campo dan rombongan para ulama sudah memasuki pasar Alahanpanjang, di sudut tepi pasar sekitar sepuluh orang bergerak dengan cepat. Gerak-geriknya mencurigakan.

Mereka segera masuk ke dalam pos pengamanan tentara pusat dan mengaku tentara PRRI yang sudah menyerah.

“Ada apa ini?" teriak penjaga dari dalam pos.

“Lapor..., keadaan di luar gawat. Sekitar lima orang yang diduga PKI menyandera puluhan ulama.”

Tiba-tiba keadaan berubah menjadi menegangkan dan kacau. Orang-orang menjadi panik.

Puluhan tentara pusat bergerak dengan cepat. Orang-orang berlarian tidak tentu arah. Ada yang mengatakan pasukan PRRI kembali menyerang. Tetapt tidak tahu apa yang pasti. Yang terdengar hanya bunyi senjata menyalak yang memedihkan hati.

“Angkat tangan. Kalian terkepung.”

Entah siapa yang memulai. Ucapan itu diikuti serentetan tembakan yang membabi buta.

Tugu Alahanpanjang menjadi bukti sejarah yang baru saja ditorehkan. Sekali lagi waktu tidak bisa dihela surut, dan ia akan menjadi sejarah. Waktu jika sudah berjalan, ia akan tetap menjadi sejarah. Kelicikan PKI. Akal busuk komunis berakibat fatal.

Empat orang anak-anak Harimau Campo tewas ditembak pasukan pusat. Sedangkan Johan berhasil menyelamatkan diri. Ditembak karena mereka dituduh PKI yang sedang menyandera para ulama itu. Zakir, Kamil, Ali, dan Imron menjadi korban sia-sia dari fitnah PKI.

Berita tertembaknya empat orang anak-anak Harimau Campo membuat geger kampung itu. Malah kabar itu juga tersiar ke Solok dan Padang. Mayat-mayat mereka dibawa ke Aie Dingin dan dimakamkan di kaki Bukit Batabuah. Siang itu juga mayat mereka ditanam.

Ribuan orang datang untuk menghadiri pemakaman kcempat orang itu. Mereka dikuburkan di dekat kuburan massal korban keganasan perang.

Tidak tanggung-tanggung, Komandan Angkatan Darat, yang membawahi wilayah Solok, Letkol Subroto datang untuk minta maaf atas kejadian itu. Ia langsung memimpin upacara pemakaman itu.

Subroto malah menganggap keempat orang itu adalah pahlawan karena sudah berhasil menyelamatkan Sumatera Barat dari keganasan PKI. Ia sangat geram. Sejak dulu ia sudah mencurigai adanya penyusupan-penyusupan di tubuh Angkatan Darat. “Saya akan membersihkan kesatuan saya dari penyusup-penyusup itu,” katanya. Sore itu juga puluhan antek-antek PKI yang ada di Angkatan Darat dibersihkan dan langsung dikirim ke Padang untuk ditahan.

Sementara Komandan PRRI wilayah Solok juga hadir mengantar mereka ke tempat peristirahatan yang terakhir. “Mereka adalah phlawan,” ujarnya. Tembakan

salvo menambah hening Bukit Batabuah siang itu.Semuanya menangis,

Rimba-Rimba