Rimba-Rimba/Bab 20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BELANG BENI SUDAH TERBUKA

Alangkah terkejutnya Mangkuto melihat dokumen itu. Ia bisa memahami apa isi peta itu. bintang merah berarti tempat-tempat yang dijadikan sebagai persinggahan pemimpi tertinggi dan bintang hijau adalah kemah pasukan-pasukan rimba. Sedangkan bintang hitam adalah gudang amunisi pasukan rimba.

Namun Mangkuto tertawa sendiri, bintang merah, hijau serta kuning sudah tidak ada artinya lagi.

Beberapa hari yang lalu komandan-komandan sudah dipindahkan dan sebagian besar pasukan dikirim ke Surian dan Muara Labuh, tengkap dengan amunisi- amunisinya.

“Baru kali ini saya dapat bukti yang kuat. Terimakasih atas bantuan kalian. Sebaiknya kalian bergabung dengan pasukan saya. Dengan adanya kalian setidaknya bisa menambah kekuatan kita,” katanya. “Apa?"

“Ya. Pasukan sudah berpindah ke Surian. Sebentar lagi kita juga akan keluar dari tempat ini.”

Mereka saling pandang. Puas.

Setidaknya mereka tidak perlu menyesal lebih dalam lagi karena selama ini merasa mengkhianati teman sendiri.

Alangkah murkanya komandan pasukan PRRI wilayah Solok melihat peta yang diserahkan Mangkute itu.

“Apa? Jadi selama ini Beni adalah agen PKI?”

“Perintahkan pasukan kejar mereka. Di mana posisi mereka sekarang?”

“Tidak mungkin Komandan. Pasukan sudah kosong. Pasukan saya sudah ditarik ke Surian dan Muara Labuh untuk memperkuat barisan di sana. Sekarang ini kami banya tinggal berlima, ditambah lima orang pasukan Beni yang memberikan peta ini.”

Komandan menghela nafas.

“Dimana posisi Beni sckarang””

“Menurut informasi terakhir, mereka sedang menuju ke Sungai Abu untuk menuntaskan misi mereka.

“Ya. Mereka akan menuntaskan misi itu dengan atau tanpa senjata itu. Untung kita cepat bertindak sehingga senjata dan peledak-peledak itu tidak jatuh ke tangan mereka.

“Baiklah. Tentu kamu punya rencana Mangkuto. Laksanakan.”

“Baik komandan...”

“Apakah anak-anak Harimau Campo itu bisa diandalkan?”

“Ya, sejauh ini mereka bisa. Kecuali mereka juga sudah kehabisan amunisi.” "Baik, sekarang bawa pasukanmu ke Sungai Abu. Ungsikan para ulama itu ke tempat cadangan. Tanaka tahu tempatnya. Sementara perintahkan Harimau Campo untuk menahan pasukan Beni di perjalanan. Paling tidak mereka bisa memperlambat waktunya."

"Siap komandan." Mangkuto pun melangkah turun.


***

Rimba-Rimba