Propinsi Sumatera Utara/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

MEMBANGUN KEMERDEKAAN


  1. Reaksi Belanda.
  2. Provokasi Nica
  3. Mobilisasi Umum.
  4. Provokasi Inggeris.
  5. De Facto Republik di Sumatera.
  6. Djepang Djurukuasa Serikat.
  7. Militerisme Inggeris.
  8. Terror.
  9. Keamanan Rakjat.
  10. Poh An Tui.
  11. Pertempuran dengan Djepang.
  12. Pers dan Penerangan.
  13. R.R.I.
  14. Rombongan Pemuda dari Djawa.

MEMBANGUN KEMERDEKAAN.


PERKEMBANGAN menjambut dan menegakkan proklamasi kemerdekaan menghadapi reaksi, pertama dari fihak Djepang, kedua dari fihak Inggeris jang mewakili tentera Serikat.

Serentak dengan pernjataan permakluman kekalahannja pada 22 Agustus 1945 di Medan, fihak Djepang kemudian berulang-ulang menjatakan bahwa tentera Djepang mewakili tentera Serikat, dan bahwa tentera Djepang bertanggung-djawab kepada tentera Serikat tentang hal keamanan.

Tegasnja fihak Djepang di Sumatera Utara mengakui tentera Serikat, dan tidak mengakui Negara Republik Indonesia.

Tentera Djepang akan mendjalankan perintah-perintah jang diterimanja dari tentera Serikat.

Sedjak tanggal 21 Agustus 1945 pesawat-pesawat terbang Serikat melajang-lajang diangkasa Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli, menjebarkan pamflet-pamflet. Pamflet-pamflet itu menjiarkan kemenangan Serikat dan kekalahan Djepang, dan dinjatakan bahwa akan datang kembali pemerintah baru jang akan memperbaiki nasib rakjat Indonesia.


REAKSI BELANDA.

Pamflet-pamflet itu dibubuhi nama H. J. van Mook.

Dari Australi mulai terdapat tiap-tiap sore berita-berita dalam bahasa Indonesia. Antara lain jang kedengaran pada waktu itu ialah mentjertja dan mentjutji maki Djepang, serta menghinakan dan mengantjam pemimpin-pemimpin Indonesia jang katanja telah bekerdja sama dengan Djepang. Diserukan pula agar rakjat bersiap-siap menjambut kedatangan bendera tiga warna, dan diperintahkan bersetia kepada ratu Wilhelmina.

Njata bahwa Belanda hendak mengembalikan kekuasaannja kembali diatas kemerdekaan bangsa Indonesia dengan dasar pidato ratu Wilhelmina 7 Desember 1942; jaitu, rijksverband atau hubungan keradjaan dimana Belanda, Indonesia, Suriname dan Curacao katanja mendapat kedudukan sendiri-sendiri.

Orang Belanda dari kamp interniren di Rantau Prapat berkeluaran dan berkeliaran dalam keadaan lupa laut lupa daratan.

H. J. van Mook mengutjapkan pidato radionja dari Brisbane, Australie, dimana ia menjampaikan terutama sekali kepada orang-orang tawanan dan interniren, bahwa ada beberapa kesukaran untuk memberikan pertolongan, akan tetapi ia setudju supaja orang-orang tawanan dan interniren itu keluar sendiri dari kamp mereka.
Apakah H. J. van Mook mengharap agar supaja orang-orang Belanda jang keluar dari kamp itu segera mentjari hubungan dengan posnja untuk menghadapi suasana jang tumbuh di Indonesia , adalah satu pertanjaan.
Seorang dokter Belanda, bekas pemimpin Rumah Sakit Kota . muntjul di Medan untuk katanja kembali mengepalai rumah Sakit Kota Medan.
Hal itu ditolak oleh Wali Kota Medan Mr. Luat Siregar. ..Hanja perintah dari Pemerintah Republik Indonesia jang mesti diturut”.
Didalam keadaan jang demikian ini terdjalin pulalah peranan segolongan bangsa Indonesia jang menangguk balas harapan untuk kepentingannja sendiri.
Organisasi-organisasi segolongan Indonesia seperti P. S. T. ( Persatuan Sumatera Timur) dan S. S. ( Siap Sedia ) jang bekerdja dibawah tanah pada waktu pendudukan Djepang mengadakan hubungan dengan Belanda .
Dalam pada itu orang-orang Belanda turun mendarat dengan pajung parachute dilapangan terbang Medan . Orang -orang ini mengakui dirinja sebagai anggota-anggota dari Palang Merah Internasional .
Orang-orang Belanda jang mendarat ini dengan beberapa peloporpelopor tentera Inggeris mengambil tempat di Hotel de Boer dan Grand Hotel Medan jang telah lebih dahulu disediakan Djepang untuk mereka.
Maka dari markasnja di Hotel de Boer dan Grand Hotel inilah Belanda, dan kemudian Inggeris, mengatur siasatnja menjusun kekuatan mereka untuk menentang, memprovoseer dan menghantjurkan pembangunan Pemerintah Republik Indonesia di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli.
Orang-orang Belanda didalam ikatan Palang Merah Internasional leluasa mengadakan hubungan di Sumatera Timur, terutama mengundjungi tempat-tempat seperti Bindjei, Tebing Tinggi, Tandjung Balai, Rantau Prapat dan Pematang Siantar.
Didalam rombongan ini turut ikut serta orang-orang Belanda dari semasa pemerintahan Hindia Belanda.
Dari Medan orang-orang Belanda mengirim orang-orangnja ke Atjeh dan Tapanuli .
Orang-orang Belanda ini dengan tjepat membentuk V.M.F. (Voedings Middelen Fonds ) , jaitu satu badan untuk mengumpulkan bahan-bahan makanan sebanjak-banjaknja.
Bekas-bekas serdadu Knil, terutama dari suku Ambon, bekas-bekas polisi dan orang-orang Indo dikumpulkan pada tempat-tempat jang tertentu, antaranja di Pension Djalan Bali Medan .
Orang-orang ini diberikan makanan serta pakaian seragam jang baru dan dilatih. Dari orang-orang ini Belanda membentuk corps kepolisiannja, jang sebelum lagi tentera Inggeris mendarat di Medan , sudah mengadakan demonstrasi berbaris di Kesawan. Rupanja demonstrasi

40 berbaris ini masih perlu dikawal dan di perlindungi oleh tentera Djepang.

Sesungguhnja suatu demonstrasi kolonialisme jang sangat murah sekali ditengah-tengah bergeloranja semangat Kemerdekaan rakjat Indonesia di Medan jang gegap gempita.

Wang kertas Nica mulai diedarkan oleh Belanda akan tetapi tidak diterima oleh rakjat Indonesia.

Pada tgl. 10 Oktober 1945, tentera Inggeris memasuki kota Medan dengan aman dan tenteram dibawah pimpinan Brigadier Djenderal T.E.D. Kelly. Dibelakang tentera Inggeris/India membontjeng tentera Belanda Nica.

Perdjuangan pembangunan Negara Republik Indonesia menghadapi reaksi dan provokasi dari siasat Djepang, Belanda dan Inggeris.

Pada hari Ulang tahun pertama Negara Republik Indonesia di Sumatera, 17 Agustus 1946, maka Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan menjatakan:

„Umumnja keadaan di Sumatera sebelum Tentera Sekutu mendarat adalah aman dan tenteram sadja, akan tetapi karena infiltrasi dan provokasi Nica dan kaki tangannja, maka dibeberapa tempat keadaan mendjadi kurang aman, teristimewa ditempat-tempat jang diduduki oleh Tentera Sekutu”.

Pelopor-pelopor tentera Serikat jang bergerak pergi balik antara Padang dan Medan tidak mendapat gangguan apa-apa dari rakjat Indonesia.

PROVOKASI NICA.

Siasat reaksi dan provokasi jang terutama sekali dilantjarkan oleh fihak Belanda dengan tjepat memantjing suasana jang keruh dan tegang.

Sikap permusuhan oleh fihak Belanda terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia bertambah-tambah njata. Tidaklah orang-orang Belanda dengan aman dan tenteram keluar dari kamp-kamp interniren dengan tidak mendapat gangguan suatu apapun dari fihak Indonesia! Tidakkah orang Belanda leluasa bergerak di Sumatera Timur dengan tidak mengalami sikap permusuhan dari bangsa Indonesia!

Akan tetapi rakjat dan bangsa Indonesia tidak dapat menerima provokasi penghinaan terhadap kemerdekaan jang dinjatakannja!

Pada tanggal 13 Oktober 1945 seorang anak Indonesia melintas di Djalan Bali. Anak ini memakai lentjana merah putih sebagai lambang djiwa kemerdekaan jang meresap didadanja. Lentjana lambang kemerdekaan ini disentakkan oleh seorang serdadu Nica, jang mengawal asrama tentera Nica di Djalan Bali itu, dari dada anak tadi. Lentjana merah putih ini kemudian terus diindjak-indjak oleh tentera Nica tersebut.

Seorang Indonesia dewasa jang kebetulan lewat mendjadi gusar terhadap penghinaan jang dilakukan oleh tentera Nica ini. Perkelahian terdjadi dengan memakai sendjata tadjam. Orang ramai berkerumun dan berkumpul, dan tiba-tiba dari sebuah motor jang dilarikan dengan kentjang dan ditompangi oleh 2 orang Belanda dilepaskan tembakan-tembakan pistol dengan membabi buta. Seorang bangsa Indonesia tiwas akibat tembakan jang dilepaskan oleh kedua orang Belanda itu. Suasana mendjadi panas menuntut bela dan dendam. Sekedjap mata sadja rakjatpun menderu, penuh dengan rasa gusar.

Atas suruhan Inggeris tentera Djepang baru datang ketempat itu dan bertindak untuk menenteramkan suasana.

Pemimpin Baris Pemuda Indonesia Achmad Tahir kemudian dapat menguasai keadaan dan menjuruh orang ramai supaja bubar.

Akan tetapi 1½ djam kemudian suasana hangat kembali oleh kelakuan jang mengedjekkan dari orang-orang Nica jang berdiam di asrama Djalan Bali. Rakjat menderu dan menjerbu dengan bambu runtjing dan barang-barang tadjam. Seorang opsir Belanda bernama Groeneberg, beberapa orang Swiss, 7 orang Ambon tiwas dalam pertempuran itu serta 96 laki-laki dan 3 orang perempuan mendapat luka².

Provokasi jang kedua terdjadi di Pematang Siantar pada 15 Oktober 1945. Seorang Indonesia-Ambon lewat dimuka sekolah Timbang Galung jang didjaga oleh barisan pemuda. Sambil menembak itu ia melarikan diri ke Siantar Hotel. Mereka terus dikedjar, achirnja pemuda-pemudapun madjulah menjerbu dan membakar Siantar Hotel. Lima orang Belanda 10 orang Ambon dan dua orang lainnja tiwas dalam pertempuran itu. Dapat ditangkap 17 orang Indonesia-Ambon dan 10 orang Belanda. Selainnja sempat melarikan diri.

Pada besok harinja opsir-opsir Inggeris datang ke Siantar memeriksa soal itu.

Sebagai hasil dari provokasi jang telah menerbitkan keributan dan kekatjauan itu, maka pada tanggal 18 Oktober 1945 keluarlah maklumat T.E.D. Kelly, Komandan Tentera Inggeris di Medan Area, jang menjatakan, bahwa rakjat dilarang bersendjata dan dimestikan menjerahkannja kepada Tentera Serikat.

MOBILISASI UMUM.

Pengumuman Mr. Kasman Singodimedjo tentang mobilisasi umum mulai dilaksanakan di Medan dan sekitarnja pada 20 Oktober 1945.

Penglaksanaan mobilisasi umum ini djuga merupakan djawaban terhadap maklumat T.E.D. Kelly 18 Oktober 1945.

Latihan-latihan kilat kemiliteran dalam tempo dua Minggu didjalankan dengan dipimpin oleh bekas-bekas opsir Gyu Gun dan Heiho. Dibahagian-bahagian kota, kampung-kampung dan lorong-lorong pemuda-pemuda giat berlatih untuk kepentingan pertahanan kemerdekaan tanah air. Kaum-kaum ibu dan anak-anak gadis sibuk bekerdja memasak perbekalan-perbekalan untuk pemuda-pemuda jang sedang berlatih.

Kesatuan-kesatuan perdjuangan pemuda jang bersendjata tumbuh jang kemudian mendjadi unsur dalam pembentukan Tentera Keamanan Rakjat. Beberapa nama barisan perdjuangan jang bersendjata jang dike nal pada waktu itu antaranja, Nasional Pelopor Indonesia (NAPINDO), Barisan Pemuda Republik Indonesia, Barisan Hisbullah, Barisan Merah, Pasukan B, Pasukan ke-V dan sebagainja.

Nama-nama pemuda jang disebut-sebut pada waktu itu ialah misalnja Nip Xarim, Achmad Tahir, Sarwono, Kajamuddin, Ngumban Surbakti, Zain Hamid, Jacub Lubis, Abdul Razak, Makzuki Lubis, D. Egon, Timur Pane, B. H. Hutadjulu Sutjipto dan lain-lain.

Dari kalangan jang lebih tua jang suka memberikan pimpinan langsung kepada perdjuangan pemuda, antaranja Abdul Xarim M. S., Nathar Zainuddin, M. Saleh Umar, Mr. T. M. Hassan, Mr. Luat Siregar, Mr. Mohd. Jusuf, Sugondo Kartoprodjo.


PROVOKASI INGGERIS.


Maklumat T.E.D. Kelly 18 Oktober 1945 disusul oleh gerakan-gerakan militer Inggeris/India disekitar Medan.

Gerakan itu dikatakan untuk memelihara atau mengembalikan ketertiban dan keamanan, melakukan operasi pembersihan terhadap kaum pengatjau.

Ketertiban untuk siapa jang harus dikembalikan ?

Keamanan siapa jang harus diperlindungi ?

Siapa jang pengatjau ?

Orang-orang Belanda semuanja kembali berkumpul di kamp Polonia dan sangat diperlindungi keamanannja.

Bangsa Indonesia bekerdja untuk membangun kemerdekaan negara dan masjarakatnja.

Siapa jang mengatjau ?

Pemerintah Republik Indonesia tidak bermusuh dengan Belanda sebagai bangsa, melainkan menentang systeem pendjadjahan Belanda.

Selama fihak Belanda atau kaki tangannja tidak mengadakan tindakan provokasi atau bertindak memperkosa kedaulatan Republik Indonesia, pemerintah tidak akan mengganggu ketenteraman kamp-kamp tersebut, bahkan sudi membantu, supaja penghidupan mereka sehari-hari terpelihara dan pengungsian (evakuasi) mereka keluar negeri berdjalan dengan aman dan teratur.

Akan tetapi segala muslihat Nica atau Amacab dan kaki tangannja untuk menegakkan pendjadjahan Belanda di negeri ini kembali, akan dibanteras sehebat-hebatnja.

Dan selama tentera Inggeris membuktikan sikap netral dilapangan politik dan tidak menjakitkan hati rakjat Indonesia dalam perasaan kebangsaan, perasaan agama, adat dan lain-lain kebatinannja, pemerintah di Sumatera djuga selalu sudi bekerdja dengan Tentera Inggeris untuk mendjaga keamanan dipulau ini.

Tentera Inggeris/India bergerak dengan persendjataan jang lengkap dan mutachir terhadap bangsa Indonesia jang mempertahankan kemerdekaannja dengan membawa kebinasaan dan kemelaratan. Harta, djiwa dan kehormatan anak dan isteri mendjadi sasaran nafsu militerisme Inggeris/India.

Kesatuan-kesatuan perdjuangan pemuda jang mulai dapat dikoordinir menarik garis pertahanannja melingkari kota Medan.

Penduduk kota Medan mulai berangsur-angsur mengungsi keluar kota untuk menjelamatkan anak dan isterinja dari gangguan dan kekedjaman Inggeris/Nica.

Keleluasaan tentera Inggeris bergerak di Medan kian hari kian meradjalela

Kantor Gubernur Republik Indonesia di Medan digeledah setjara sewenang-wenang.

Sedjak keluar maklumat T.E.D. Kelly 18 Oktober 1945, semendjak itu tidak nampak lagi orang-orang menjandang pistol atau senapang ditengah kota. Mungkin Inggeris mendapat kesan telah dapat menguasai keadaan suasana disekitar Medan.

Pada 25 Nopember 1945 beberapa jeep jang penuh dengan serdadu Inggeris keluar dari Medan menudju ke Brastagi. Ditengah djalan rombongan itu tiada diapa-apakan orang. Tapi setelah tiba di Brastagi dengan tidak berhubungan langsung dengan pembesar-pembesar Indonesia, rombongan itupun lalu menggeledah kantor-kantor Pesindo, Hotel Matahari, rumah Rengkut dan asrama Tentera Keamanan Rakjat. Bendera Merah Putih di salah satu Hotel disana, diturunkan. Dengan kasar, seorang major Inggeris bertanjakan gudang sendjata dikantor Pesindo, dan menggeledahnja biarpun tidak kedapatan apa-apa disana.Segenap penduduk Brastagi waktu itu gempar karena galaknja keadaan tentera Inggeris.

Sesudah mengadakan penggeledahan sepuas-puasnja, tapi tidak mendapat apa-apa selain pisau-pisau dan perang, lalu merekapun pulang dengan tidak lupa menembak kesana kemari setjara membabi buta. Rupanja rakjat Brastagi gusar, lalu membalas tembakan Inggeris itu, sehingga terdjadilah tembak-menembak jang hebat. Dua orang pemuda Indonesia tiwas, 2 orang luka. Achirnja Inggeris lari puntang panting, sebuah jeepnja tertjetjer. Ditengah djalan mereka mendjumpai hempang-hempangan, jang membuat mereka kalang-kabut. Korban Inggeris tidak dapat diketahui waktu itu, sebab orang-orangnja jang luka lekas diangkatnja.

Beruntung sekali pembesar Indonesia Jang diberi tahukan oleh Inggeris tentang insiden itu dapat memerintahkan agar pertempuran dengan mereka dihentikan. Demikianlah sebagai kesudahan pertjobaannja itu. Inggeris mulai pertjaja bahwa ia tidak dapat pergi kemana-mana keluar dari Medan didudukinja.

Setelah njata bagi Inggeris bahwa daerah-daerah diluar kota-kota jang didudukinja, tidak dikuasainja, maka diserahkannjalah kembali kepada Djepang untuk menguasai daerah-daerah diluar tempat-tempat jang telah diduduki oleh tentera Serikat.

DE FACTO REPUBLIK DI SUMATERA.


Hal ini ditetapkan sebagai hasil perkundjungan Sir Philips Christison ke Medan pada tanggal 26 Nopember 1945.

Ia telah mengadakan perundingan dengan djenderal major Chambers kepala tentera Serikat untuk seluruh Sumatera jang waktu itu berkedudukan di Padang, bersama-sama dengan brigadier-djenderal T.E.D. Kelly, kepala „Medan Area".

Sesudah mereka berunding sesamanja lalu mereka mengundang pembesar-pembesar Indonesia, jaitu Gubernur Mr. Teuku Mohammad Hassan, Dr. Mohd. Amir, Mr. Luat Siregar, Mr. Mohammad Jusuf dan Dr. Sunario.

Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan menjatakan garis politik dari Pemerintah Republik Indonesia di Sumatera, jaitu bahwa: ,,Sumatera sebagai daerah (propinsi) Republik Indonesia tidak ada mempunjai politik tersendiri jang terlepas atau berlainan dengan politik jang dilaksanakan oleh Pemerintah Agung dipulau Djawa. Segala perundingan politik tinggi jang berkenaan dengan status Indonesia, dilakukan di Djawa oleh Kabinet Indonesia.

Rakjat di Sumatera merasa dirinja sehidup semati dengan rakjat di Djawa dan dipulau-pulau Indonesia jang lain, sedang Pemerintah Pusat dan Daerah serta rakjat di Sumatera berdiri teguh dibelakang Presiden dan Kabinet.

Tjita-tjita rakjat di Sumatera ialah mempertahankan kemerdekaan jang sepenuh-penuhnja dan menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia jang abadi. Berhubung dengan azas itu selama ini pemerintah di Sumatera tidak ada mengadakan perundingan politik dengan Sekutu atau Belanda dan pemerintah tidak ada keinginan untuk mengadakan perundingan itu, terketjuali jang berkenaan dengan keamanan dalam kota-kota jang diduduki tentera Sekutu.

Dalam hal mendjaga keamanan dan ketenteraman pemerintah selalu bersedia bekerdja sama dengan Tentera Sekutu di Sumatera ini, asal mereka tidak mentjampuri atau menghalangi politik nasional kita serta usaha kita membela kedaulatan Republik".


DJEPANG DJURUKUASA SERIKAT.


Pada tanggal 1 Desember 1945, berlangsung pertemuan antara wakil-wakil Pemerintah Republik Indonesia beserta anggota-anggota Komite Nasional Indonesia dengan balatentera Djepang jang diwakili oleh Somubutyo sebagai wakil Gunseikan Sumatera.

Atas nama Inggeris, Somubutyo itu telah menjampaikan satu maklumat jang ditanda tangani oleh pemimpin tertinggi Serikat di Sumatera, jang bunjinja sebagai berikut:

Bahwa diluar kota Medan, Palembang, Bukit Tinggi dan Padang, tentera Djepang diperintahkan oleh Serikat diseluruh Sumatera untuk a) mendjaga keamanan dan b) mendjalankan pemerintahan sipil. Adapun maklumat ini telah mengetjewakan hati bangsa Indonesia, sebab dengan itu berartilah, djika tumbuh apa-apa jang tidak diingini, maka jang berbunuh-bunuhan bukanlah orang lain melainkan hanja Djepang dengan Indonesia. Kalau dua bangsa ini salah satu mati, atau kedua-duanja sama-sama mati sebab berlaga, kedua-duanja tentu sama-sama lemah.

Sedang siapa jang akan menarik keuntungannja tiap-tiap orang sudah tahu !

Pemuda-pemuda jang berdarah panas jang tidak sanggup menimbang laba rugi dari sesuatu pertempuran, tentu merasa gusar bilamana Djepang jang sudah kalah itu dipulihkan kembali.

Dan untuk memprovosir keadaan ini Belanda/Nica tjukup mempunjai tipu muslihatnja.

MILITERISME INGGERIS.

Dalam pada itu tentera Inggeris dikota Medan terus menerus menggerakkan patrolinja.

Pada tanggal 6 Desember 1945, dengan tidak melalui perantaraan pembesar Indonesia, tentera Inggeris datang menstelling gedung ,,Oranje Bioscoop" kepunjaan Negara. Mereka memaksa dan membeslah film-film dari sana. Pada waktu akan pulang, tentera Inggeris itu melakukan penembakan membabi buta jang mengakibatkan kegusaran rakjat, sehingga seketika itu djuga terdjadi pertempuran tembak menembak. Seorang Inggeris mendapat luka-luka. Hari itu djuga markas besar Pesindo di Djalan Istana distelling oleh Inggeris disertai dengan penggeledahan Tidak ada didapat apa-apa. Menjusul pada waktu itu djuga penggerebekan terhadap sekolah Derma di Djalan Radja.

Di Djalan Manila mereka mendatangi seorang dokter dan menggeledahi disitu.

Di Djalan Mahkamah, sepandjang djalan kereta-api, mulai dari apiteinsweg sampai kekandang lembu mengadakan pendjagaan jang siap sedia untuk menembak.

Pada malamnja bekas restoran ,,Ter Meulen" terbakar.

Semendjak itu terdjadilah pertempuran jang terus menerus pada malam hari didalam kota Medan, ibu-kota Sumatera.

Tanggal 10 Desember 1945, tentera Inggeris/India bergerak dari Medan menudju ke Deli Tua. Ia sudah dapat mengetahui bahwa ada kubu pertahanan Indonesia di Two Rivers.

Komandan Two Rivers Nip Xarim merobah nama Two Rivers dengan Sudi Mengerti, jaitu sebagai pernjataan terhadap kawan dan lawan agar kiranja sudi mengerti tentang tekad perdjuangan pertahanan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pertempuran dibahagian Deli Tua ini berlangsung dengan seru dimana tentera Inggeris mempergunakan sendjata-sendjata beratnja.

Tentera Inggeris kembali kepangkalannja dengan membawa kesan pengertian jang sewadjarnja dari perdjuangan pemuda Indonesia . Perbuatan-perbuatan tentera Inggeris/India seterusnja menimbulkan kegusaran rakjat jang mengakibatkan pertempuran-pertempuran tembak menembak jang sengit.

Demikianlah achirnja, keliling kota Medan merupakan medan pertempuran, jaitu terkenal Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara.

Dari luar kota Medan, dari Atjeh dan dari Tapanuli mengalir bantuan tenaga dan perbekalan untuk menegakkan pertahanan pembalasan kemerdekaan tanah air di Medan Area.

Apa jang telah diderita oleh rakjat biasa berhubung dengan segala peristiwa-peristiwa itu, selama Inggeris berada di Medan, ketjuali kerugian langsung oleh sebab akibat pertempuran, diantaranja djuga:

Anak-anak dan isteri orang jang diperkosa oleh serdadu-serdadu mereka, tidak dilandjutkan pemeriksaan, biarpun ada pengaduan.

Orang jang mengadu harus mendjadi polisi sendiri untuk membuktikan orang-orang jang bersalah.

Penjerobotan serdadu-serdadu India dan Inggeris atas harta-harta seperti mas dan uang djuga tidak dilandjutkan pemeriksaannja, karena rakjat penuh diliputi oleh ketakutan dan tidak dapat membuktikannja.

Achirnja pendinamitan mesdjid di Djalan Serdang Medan, sehingga rata dengan bumi, dengan tidak ada perkara apa-apa.

Medan terbagi dalam dua daerah kekuasaan, jaitu sektor Barat jang dikuasai oleh Inggeris dan sektor Timur adalah daerah kekuasaan Republik. Sebagai garis permisah dinjatakan djalan kereta api dari Pulu Brajan ke Medan.


TERROR.


Seorang pudjangga pernah menjatakan bahwa hukum zonder kekuasaan berarti kekatjauan, dan kekuasaan zonder hukum berarti penindasan.

Njata bahwa Belanda hendak mentjoba mengembalikan pendjadjahannja atas kemerdekaan bangsa Indonesia dengan kekerasan, tipumuslihat dan petjah belah. Njata bahwa Tentera Inggeris jang mewakili Serikat tidak bersikap sama tengah terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Njata bahwa Djepang jang sudah kalah itu dipulihkan kembali kekuasaannja untuk mendjaga keamanan dan mendjalankan pemerintahan. Njata bahwa kehidupan bangsa Indonesia hendak diserahkan kembali kepada penindasan sifat angkara fascisme dan militerisme Djepang.

Mereka tidak mau mengerti, bahwa apa jang telah terdjadi itu tidak lain dari hal jang menurut peraturan dan hukum alam. Mereka hendak memutar kembali roda sedjarah dinegeri kita ini dengan kekerasan, dengan paksaan, dengan antjaman serta segala alat dan tjara penindasan. Bangsa Indonesia mengatur dan menjusun kehidupan ditanah airnja sendiri, dan dalam hal ini mendjauhkan paksaan dan kekerasan orang asing.

Siapa jang mendjalankan terror di Medan Area ?

Tentera Inggeris njata melanggar kedaulatan Republik Indonesia walaupun dari fihak Republik sudah menjatakan sedia bekerdja sama dengan Tentera Serikat dalam hal-hal keamanan.

Kekuasaan Republik dilanggar, namun kedjahatan-kedjahatan jang berlaku ditimpakan diatas pundak Republik.

Ada kedjahatan-kedjahatan jang berlaku seperti pentjulikan, pembunuhan, perampokan, pembakaran, perkosaan dan sebagainja. Siapa jang melakukannja ? Siapa jang bertanggung djawab terhadap kedjahatan-kedjahatan itu ?

Jang njata bahwa Pemerintah Republik dengan Barisan Pemuda membasmi perampok-perampok.

Jang njata pula bahwa gerakan gelap dari Belanda/Nica menjewa orang-orang djahat untuk memusnahkan rakjat, melakukan perampokan, pembunuhan dan pentjulikan.

Kapten Raymond Turko Westerling dengan pembantunja Van der Plank pada waktu itu bertugas untuk Belanda/Nica di Medan Area.


KEAMANAN RAKJAT.


Berkenaan dengan keamanan rakjat pada umumnja, Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan menjatakan pada hari Ulang Tahun pertama Negara Republik Indonesia, 17 Agustus 1946, bahwa :

,,Keadaan seluruh Sumatera adalah dalam aman, ketjuali ditempat-tempat jang diduduki oleh Tentera Sekutu, pertama karena sendjata polisi dilutjuti semua, kedua berhubung dengan adanja Nica dan kaki-tangannja jang mengadakan provokasi, dan ketiga disebabkan tindakan-tindakan Tentera Sekutu jang menjakitkan hati rakjat. Setelah berunding dengan Tentera Sekutu maka Polisi dalam kota jang diduduki Sekutu boleh memakai sendjata sedikit demi sedikit.

Provokasi kaki-tangan Nica terutama dikota-kota besar seperti Medan, Padang dan sebagainja mengganggu keamanan umum dan menimbulkan pertempuran dengan Barisan Rakjat. Oleh karena Tentera Sekutu mengambil gedong-gedong jang berada dalam tangan Pemerintah Republik Indonesia dengan paksaan, melakukan penggerebekan rumah-rumah penduduk dan mengambil wang serta harta benda orang dan tempoh-tempoh mengganggu kaum ibu dan melakukan kekedjaman terhadap bangsa Indonesia, maka hal-hal jang menjakitkan hati rakjat ini mendorong rakjat, terutama pemuda-pemuda kita, mengadakan perlawanan terhadap Tentera Sekutu, djika mereka berbuat sewenangwenang dikota Medan, Padang atau Palembang. Pada achir bulan 5 tahun ini Tentera Sekutu melepaskan tembakan-tembakan dengan mortir disekitar kota Medan dengan membabi buta sehingga banjak penduduk jang tidak bersalah, sebahagian besar terdiri dari kaum ibu dan anakanak, mendjadi korban. Oleh sebab kedjadian ini hampir seluruh penduduk Indonesia di kota Medan dan sekitarnja telah melarikan diri keluar kota dengan meninggalkan harta bendanja untuk menjelamatkan dirinja. Djika Tentera Sekutu tidak mengadakan tindakan apa-apa, maka keadaan dikota-kota tersebut tinggal aman sadja.

 Berhubung dengan kedjadian-kedjadian ini, kami telah sampaikan kepada Putjuk Pimpinan Tentera Sekutu di Medan, supaja Tentera Sekutu djangan hendaknja mengambil tindakan-tindakan jang menjakitkan hati rakjat sebagai tersebut diatas, agar keadaan bisa tetap aman dan damai.

 Selain dari itu kaki-tangan Nica telah menimbulkan kekatjauan dibeberapa tempat seperti di Lampung (Tentera Golok ), di Pagaralam (Palembang), Bengkulen, Sumatera Barat dan Tapanuli, akan tetapi kekatjauan ini dapat dibasmi dan rakjat tinggal tenteram.

 Di Sumatera Timur dan Atjeh Nica berhubungan dengan beberapa radja-radja atau pembantu-pembantunja dan hal ini menimbulkan kemarahan hati rakjat jang terus mengambil tindakan terhadap bangsanja jang berchianat itu sampai menimbulkan revolusi sosial jang menjebabkan orang-orang jang tidak bersalah turut mendjadi korban. Semua tahanan rakjat telah diserahkan kepada Pemerintah Republik, sekarang dalam pemeriksaan dan banjak djuga orang-orang tahanan jang njata tidak bersalah telah dilepaskan oleh Pemerintah.

 Pemerintah telah membentuk komisi untuk mengurus harta benda orang-orang tahanan revolusi sosial tersebut dan mengatur makanan keluarga mereka jang tinggal.


 Tentang orang-orang Tionghoa dan orang-orang asing lain seluruh Sumatera boleh dikatakan ada aman sadja, ketjuali satu dua orang kakitangan Nica jang diserkap oleh rakjat. Akan tetapi dikota-kota jang diduduki Tentera Sekutu, dimana ada Nica, banjak diantara bangsa Tionghoa dan lain-lain jang mendjadi kaki- tangan Nica, dan oleh sebab itu ditangkap oleh Barisan Rakjat. Bukan sadja orang Tionghoa dan orang asing lain, akan tetapi djuga orang Indonesia jang mendjadi kaki-tangan Nica, ada jang ditjulik sebelum Pemerintah mengambil tindakan.


POH AN TUI.

 Pemerintah Republik Indonesia menganggap penduduk Tionghoa sebagai tamu dan warga negara jang hidup dis ni telah berabad-abad mentjari nafkah dengan aman, tenteram, radjin dan bersedia patuh pada Undang-Undang Negara. Pemerintah harap supaja mereka meneruskan sikap jang baik ini dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan jang merugikan dan mengganggu kedudukan dan kedaulatan Republik. Penduduk Tionghoa mesti insjaf, bahwa bangsa Indonesia sedang memperdjuangkan

49 mati-matian kemerdekaannja dalam satu revolusi nasional jang mereka telah djuga alami ditahun 1911 waktu menegakkan Republik Tiongkok jang besar itu.

 Pemerintah menghargakan tinggi simpati jang ditundjukkan oleh sahabat-sahabat kita Tionghoa terhadap Republik. Marilah kita bekerdja bersama dan bantulah Pemerintah lebih kuat agar tenaganja mendjamin djiwa dan harta penduduk Tionghoa, serta djauhkanlah pekerdjaan membantu musuh- musuh Republik kami.

 Demikianlah seruan Pemerintah Indonesia Merdeka.

 Sebahagian besar dari penduduk golongan Tionghoa di Medan dan sekitarnja bermula sangat samar-samar dapat menangkap perdjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

 Kekalahan Djepang dan kemenangan Tionghoa sebagai anggota Serikat sudah semestinja sangat menggembirakan bagi golongan penduduk Tionghoa umumnja. Bahkan pada waktu itu mendjalar saran berita bisikan bahwa tentera Tiongkok akan mendarat di Indonesia untuk melutjuti tentera Djepang. Golongan penduduk Tionghoa umumnja pada waktu itu bimbang untuk memenuhi adjakan pemuda Indonesia turut mengibarkan bendera Merah Putih.

 Hal dan keadaan ini disana sini menimbulkan ketegangan antara golongan penduduk Tionghoa dengan pemuda Indonesia.

 Bagi penduduk Tionghoa di Medan jang selama ini ditindas perniagaan dan perekonomiannja oleh Djepang dapat dimengerti apabila mereka itu melihat kemungkinan-kemungkinan jang menguntungkan dalam mengadakan hubungan perniagaan dengan Inggeris ataupun Belanda.

 Akan tetapi dapatlah dimengerti pula bahwa semangat dan djiwa revolusi kemerdekaan jang meluap pada dada pemuda Indonesia mentjurigai setiap perhubungan dengan Inggeris apalagi Belanda.

 Dan siasat pemuda tadjam sekali.

 Hubungan antara sebahagian ketjil golongan Tionghoa dengan pemuda Indonesia mendjadi tegang, ditambah oleh hasutan Inggeris/ Belanda.

 Serentak dengan permakluman Inggeris menjerahkan kekuasaan keamanan diluar kota Medan kepada Djepang pada 26 Nopember 1945, maka kepada sebahagian penduduk golongan Tionghoa diberi kesempatan dan keizinan untuk memakai sendjata api dan membentuk barisannja. Inilah permulaan pertentangan antara pemuda Indonesia dan sebahagiannja dari golongan bangsa Tionghoa.

 Kemudian pertentangan ini dipertadjam dengan berdirinja ,,Poh An Tui" atas bantuan Inggeris/Belanda pada 1 Djanuari 1946.

 Pasukan Poh An Tui ini diperlengkapi dengan persendjataan jang ringan dan jang berat.

 Disana sini terdjadilah pertempuran bersendjata antara Poh An Tui dengan pemuda Indonesia.

50  Pernjataan Sir Philips Christison di Medan pada 26 Nopember 1945 bahwa diluar kota Medan tentera Djepang bertindak sebagai djuru kuasa dari Tentera Serikat terhadap keamanan dan hal-hal pemerintahan menumbuhkan suasana jang tegang antara tentera Djepang dengan pemuda-pemuda perdjuangan.

 Pada tanggal 1 Desember 1945 terdjadilah pertempuran jang hebat antara tentera Djepang dengan pemuda Indonesia di Lho'nga. Pertempuran jang hebat ini kemudian dapat diredakan oleh tindakan kebidjaksanaan jang didjalankan oleh Pemimpin Pusat Pemuda di Kutaradja.

 Kemudian Djepang memusatkan seluruh tenteranja jang ada di Atjeh pada dua tempat: tentera Djepang jang dari Lho'nga Kutaradja, Seulimeuem, Sigli, Lameulo, Bireuen dan Takengon berkumpul di Blang Bintang dan tentera Djepang jang berada di Lho' Seumawe dipindahkan ke Langsa.

 Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan pada waktu itu sengadja datang berkundjung ke Atjeh untuk menghindarkan pertempuran jang tidak diingini dengan tentera Djepang.

 Pada tanggal 15 Desember 1945 tentera Djepang jang berkumpul di Blang Bintang bergerak ke Uléë-Lheuë, ja'ni Oleleh. Gerakan ini berlangsung dalam sifat dan keadaan untuk siap bertempur. Di Lambaro segala kawat telepon diputuskan, alat-alat perhubungan lainnja dirusakkan, alat perlengkapan persendjataan jang ada dimarkas T.K.R. di Kutaradja dirampas dan anggota-anggota T.K.R. ditangkap dan ditahan di Uleele.

 Dengan tjampur tangannja ketua Komite Nasional Tuanku Mahmud kemarahan hati pemuda dapat diatasi. Tentera Djepang meninggalkan Uleele pada tanggal 19 Desember 1945 setelah lebih dahulu membakar berpuluh-puluh motor dan alat-alat perlengkapan lainnja.

 Pada tanggal 12 Desember 1945 terdjadi penganiajaan terhadap tentera Djepang di stasion kereta api Tebingtinggi. Penganiajaan ini kemudian ternjata dengan sengadja telah dilakukan oleh beberapa orang kaki tangan Nica. Keadaan jang di provoseer ini menimbulkan amarah dan dendam dari fihak tentera Djepang. Djepang lalu serta merta mempergunakan kekuasaannja sebagai djuru kuasa dari Tentera Sekutu.

 Besoknja 13 Desember 1945 beberapa ribu tentera Djepang bergerak dan melakukan penangkapan serta pembunuhan terhadap siapa sadja jang didapatnja atau melintas dihadapannja.

 Tiap-tiap pemuda ditangkap untuk dibunuh pada malam harinja. Majatnja dihanjutkan di sungai, atau ditanamkan dimana sadja. Tentera Inggeris jang mewakili Tentera Serikat angkat bahu terhadap menjebelihan jang besar-besaran ini.

 Pada 21 Desember 1945 terdjadi pertempuran antara Barisan Pemuda dengan tentera Djepang di Padangsidempuan disekitar perebutan sendjata.

 Pada 22 Desember 1945 tentera Djepang di Atjeh jang berkumpul di Langsa meninggalkan tempat itu. Dua hari sesudah itu, 24 Desember 1945, tentera Djepang ini kembali memasuki Langsa dengan tjara menjerang. Penjerangan ini disambut oleh pemuda dan barisan rakjat pada umumnja sehingga terdjadilah pertempuran jang banjak membawa korban bagi kedua belah fihak. Rupanja tentera Djepang hendak mendjalankan perintah dari Tentera Sekutu di Medan melutjuti persendjataan barisan-barisan perdjuangan jang ada di Atjeh Timur. Barisan pemuda, T.K.R., Lasjkar Mudjahidin dan Kesatria Pesindo dari Bireuen mendujun ke Atjeh Timur.

 Pada 27 Desember 1945 tentera Djepang ini mengundurkan diri ke Kwala Simpang.

 Pada 29 Desember 1945 Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan berkundjung ke Kwala Simpang untuk mempersaksikan keadaan dan mengadakan pembitjaraan dengan Djepang. Baru pada bulan Djuli 1946 tentera Djepang ini keluar dari Kwala Simpang.

PERS DAN PENERANGAN.

 Dalam menghadapi kekatjauan, terutama kekatjauan pengertian tentang perdjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannja, maka usaha-usaha penjiaran dan penerangan jang dilakukan oleh pers, radio dan organisasi-organisasi rakjat memegang peranan jang tersendiri.

 Pada September 1945 terbit kembali ,, Pewarta Deli" dibawah pimpinan M. Said dan Amiroellah O Lubis. ,,Mimbar Umum" diterbitkan pada Nopember 1945 dibawah pimpinan A. Wahab Siregar, M. Saleh Umar dan M. Yunan Nasutio n, ,,Sinar Deli ” dipimpin oleh M. Alina fiah Lubis, harian buruh ,,Berdjuang" dikendalikan oleh H adely Hasibu a n dan ,,Islam Berdjuang" dipimpin oleh Manga radja I hutan. ,,Suluh Merdeka" sebagai harian resmi dari Pemerintah terbit pada 4 Oktober 1945 dibawah pimpinan Jacub dan Arif Lubis.

 Perdjuangan dalam lapangan penerangan dan mengorbankan semangat jang didjalankan oleh ke-enam surat kabar tersebut di atas pada bulan-bulan pertama sesudah proklamasi dan setelah pengibaran bendera Dwiwarna dikota Medan sungguh merupakan tjatatan sejarah jang mengandung nilainja sendiri.

 Pemuda-pemuda operator radio, jang mendapat latihannja dari Djepang, bekerdja keras untuk menangkap berita-berita dari udara jang dikirim dengan code morse.

 Pembitjaraan-pembitjaraan tentang Indonesia jang berlangsung di Perserikatan Bangsa-Bangsa di London lengkap dimuat dalam surat-surat kabar di Medan.

52  Kertas surat kabar dibuat dari ubi atau sisal, ditjetak dengan tinta buatan darurat Djepang.

 Djiwa wartawan-wartawan penuh dengan semangat perdjuangan pertahanan tanah air, bebas dari tingkah laku jang merugikan masjarakat.

 Wartawan-wartawan Medan sewaktu-waktu berdjalan-djalan sekitar dan sekeliling Medan Area untuk melihat keadaan-keadaan dengan mata kepala sendiri, dan bertjakap-tjakap langsung dengan pemimpinpeminipin dan pemuda-pemuda dari kesatuan-kesatuan perdjuangan. Pemuda bertahan dengan sendjata, wartawan berdjuang dengan penanja !

 Pemuda-pemuda jang masih dihinggapi penjakit warisan fascisme Djepang, seperti kebengisan, kekedjaman dan sifat membentji bangsa asing, diberikan penerangan tentang dasar kerakjatan dan semangat kemasjarakatan perdjuangan nasional bangsa Indonesia.

 Untuk menobros tabir propaganda reaksioner, Maklumat Pemerintah Republik 1 Nopember 1945 diterdjemahkan kedalam bahasa Belanda dan disiarkan dengan tjuma-tjuma kedalam kamp Belanda di Polonia.

 Pada 17 Djanuari 1946 dibuka dengan resmi Balai Penerangan dan Penjelidik jang diketuai oleh Dr. M. Amir dan Mr. Luat Siregar sebagai Wakil Ketua.

 Pada pembukaan Balai itu, Dr. M. Amir mengemukakan dasar pembangunan penerangan di Sumatera, jaitu:

a. Untuk memberi penerangan dan pendidikan kepada rakjat tentang soal-soal politik, ekonomi , kebudajaan dengan seluas-luasnja.

b. Kantor penerangan perlu didirikan untuk memberikan segala rupa penerangan dan saranan jang perlu untuk memperkokoh Negara Republik Indonesia.

c. Kantor Penerangan djuga mempunjai bagian penjelidikan jang perlu dilakukan atas hasil segala propaganda, djuga penjelidikan atas kemakmuran rakjat dan keperluan rakjat di Sumatera.

 Balai Penerangan dan Penjelidikan ini antaranja, sekali seminggu mengadakan konferensi pers dengan wartawan Medan jang menjampaikan hasil konferensi tersebut melalui surat-surat kabarnja kepada umum.

 Seterusnja mengadakan pertemuan jang tetap dengan pemimpin-pemimpin partai politik dan organisasi-organisasi lainnja untuk memberikan uraian dan pendjelasan tentang soal-soal Negara Republik Indonesia.

 pDjuga brochures dan pamflet-pamflet jang insidentil telah diterbitkan dan disiarkan.

 Untuk mendekati tentera Inggeris/India dan golongan jang berbahasa Inggeris dikeluarkan sekali seminggu „Free Indonesia" dibawah pimpinan Abdul Madjid, kemudian disusul dengan penerbitan berkala dalam bahasa Belanda „Vrijheid ” disebarkan dengan tjuma-tjuma di Medan.

53  Tidak urung kantor-kantor redaksi surat-surat kabar di Medan digrebek oleh tentera Sekutu, dan wartawan-wartawannja dipanggil atau ditahan.

 Pada Maret 1946 ,,Pewarta Deli" dibreidel oleh Inggeris, dan Amarullah O. Lubis serta ketua pertjetakan ,,Sjarikat Tapanuli" Rachmat dipendjarakan Inggeris selama tiga minggu. Pemimpin redaksi ,,Mimbar Umum", A. Wahab Siregar ditahan Inggeris serta alat-alat radio dibeslag dengan tuduhan memelihara zender gelap.

 lPada 4 Djuni 1946, pertjetakan „Suluh Merdeka" disita oleh Inggeris.

 Dalam keadaan jang demikian ini orang tua tempat mengadu bagi para wartawan ialah Wali Kota Medan Mr. Mohammad Jusuf.

R. R. I.

 Studio Radio di Djalan Serdang sudah dapat dikuasai pemuda Indonesia. Untuk keperluan siasat perdjuangan maka pemantjar dengan alat-alat lainnja jang diperlukan dipindahkan ke Kampung Baru, 5 kilometer dari Medan.

 Pada tanggal 30 September 1945, angkasa raja kembali dipenuhi dengan suara Inilah Radio Republik Indonesia.................

 Beberapa hari sadja pemantjar radio Republik Indonesia Medan dapat menembus angkasa raja, maka gedong studio R. R. I. di Kampung Baru dikepung oleh tentera Inggeris/Gurka. Dalam pertempuran akibat pengepungan ini, 2 orang pegawai studio mendapat luka berat, dan 2 orang Lasjkar Rakjat gugur. Pemantjar Radio didinamit oleh tentera Inggeris/Gurka.

 Atas persetudjuan jang diperoleh Wakil Gubernur Dr. M. Amir dengan fihak Sekutu, gedong pemantjar jang baru didirikan kembali di Djalan Asia, Medan.

 Oleh karena suasana pertempuran jang kemudian berketjamuk di Medan, maka studio R. R. I. dipindahkan ke Pematang Siantar.

ROMBONGAN PEMUDA DARI DJAWA.

 Dalam perdjuangan membangun kemerdekaan di Sumatera Utara dapat djuga ditjatat peranan jang diberikan oleh rombongan pemuda jang datang dari Djawa. Rombongan pemuda ini antaranja memberikan penerangan-penerangan, menggembleng semangat perdjuangan dan disana sini mengadakan koordinasi pekerdjaan. Salah satu dari pada rombongan ini dan banjak bergerak di Tapanuli, Sumatera Timur dan Atjeh dipimpin oleh A. S. Sumadhi.

.54

Mr. Amir Sjarifuddin selaku Menteri Pertahanan pada tahun 1946 mengadakan penindjauan ke Sumatera Utara untuk menjelesaikan soal-soal keamanan.

Sebuah sket menundjukken kebengisan Djepang menganiaja rakjat di suatu

tempat di Sumatera Timur.

sket mengenai kekedjaman Jepang dan pelanggaran kereta-api antara T. Tinggi Siantar diwaktu mula-mula kemerdekaan. Banjak manusia mendjadi korban.


Untuk melantjarkan usaha-usaha penerangan didaerah-daerah dalam Propinsi Sumatera Utara, di Ibukota Propinsi P. Siantar pada tanggal 5 September 1946 telah dilangsungkan satu konperensi dinas jang dihadiri oleh wakil-wakil Djawatan Penerangan, Penerangan Tentera dan wartawan-wartawan jang datang dari Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli. Selesai konperensi mereka bergambar bersama-sama.

Guna mentjari kerdjasama jang baik antara fihak Indonesia dan Tionghoa di Medan dalam mengatur keamanan, telah diadakan pula pembitjaraan antara Ambassador keliling Tiongkok Lie Ti Tsun dengan Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifuddin jang berkundjung ke Medan pada tahun 1946. Dari kiri kekanan: Dr Pringadi, Tk. Damrah, Major Ricardo, Dr A. K. Gani, Wie Chienshun alias Hadji Usman, Mr. Amir Sjarifuddin (menteri Pertahanan), Dr. Abd. Manap B. H. Hudjadjulu. Lie Ti Tsun (Ambassador keliling Tiongkok), Asmatudin. B. Sinaga, Mr. Mohd. Jusuf, Mr. T. Bahriun, Djenderal Urip Sumohardjo, Let. Kol. H. Sitompul.


Pada tanggal 1 Djanuari 1946 sampai 31 Maret 1948 dikota Medan didirikan Komite Pengawal Tionghoa jang lebih terkenal dengan Poh An Tui. Dalam prakteknja komite ini diperalat oleh Belanda untuk menindas kemerdekaan rakjat sehingga banjak tersintuh perasaan bangsa Indonesia. Pada gambar kelihatan Dr A. K. Gani dan Dr. R. Abdulmanap serta beberapa orang pemuka dari fihak T.NJ. dan kepolisian setelah mengadakan pembitjaraan dengan Komandan Poh. An Tui mengenai keamanan di Medan. Pada bulan Desember 1947, di Kutaradja telah dilangsungkan pula konperensi dinas Djawatan Penerangan Keresidenan Atjeh. Berdiri di tengah-tengah, Residen Atjeh T. M. Daoedsjah, dan Osman Raliby, Kepala Djawatan Penerangan Atjeh.


Harian Semangat Merdeka" di Kutaradja adalah satu-satunja surat kabar harian di Atjeh diwaktu mula-mula zaman repolusi. Pada gambar ini kelihatan sebagian Pegawai-pegawai dari harian tsb. dimuka kantornja di Kutaradja.

Pegawai-pegawai harian ,,Suara Nasional" dan Pertjetakan di Sibolga (Tapanuli).