Lompat ke isi

Permainan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan/Tandik Pelanduk

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

20. TANDIK PALANDUK


1. Nama permainan


Tandik palanduk terdiri dari kata tandik yang berarti loncat dan kata palanduk - pelanduk dalam bahasa Indonesia. Jadi tandik palanduk berarti loncat pelanduk

Permainan ini disebut dengan tandik palanduk karena gerakan permain yang memainkan permainan ini meloncat - loncat dengan lincahnya seperti gerakan seekor pelanduk.

Permainan ini sering pula disebut dengan japit - japit palanduk - jepit jepit pelanduk. Disebut demikian karena pemain yang bermain sebagai pelanduk tadi bergerak meloncat - loncat menggerakkan kakinya dengan lincah untuk menghindarkan kakinya dari jepitan empat buah tongkat yang digerakkan oleh empat orang pemain lain.


2. Peristiwa / waktu


Daerah Kabupaten Tabalong merupakan daerah dataran tinggi dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah bahuma yaitu menanam padi atau polowijo di ladang. Untuk mengerjakan tanah ladangnya yang relatif cukup luas mereka hanya mengandalkan pada tenaga manusia dengan cara yang masih tradisional. Setiap permulaan musim penghujan pada orang tua dan tidak ketinggalan pula para remaja laki laki perempuan bekerja keras bergotong royong bergantian menanam benih ( padi gogo ) maupun polowijo ( kedelai, kacang ) di ladang yang dalam bahasa daerah disebut manugal. Karena ladang mereka biasanya jauh dari desanya mereka bekerja sehari penuh dari pagi sampai sore tanpa mangenal lelah dan terik matahari. Apabila merasa lelah kemudian mereka beristirahat bersama mencari tempat di bawah pohon sehingga terlindung dari sengatan panas matahari. Pada waktu beristirahat bersama inilah sering para remaja bermain tandik palanduk sebagai pengisi waktu menghilangkan rasa lelah.

Permainan ini hanya dimainkan pada waktu istirahat manugal di ladang dan tidak pernah dimainkan pada waktu suasana yang lain. Hal ini antara lain disebabkan karena alat permainan yang dipakai dalam permainan ini adalah asak ( alat / tongkat yang dipakai untuk membuat lobang tempat menanam banih / padi, maupun kedelai / kacang ). Sedang waktu pelaksanaan permainan ini adalah pada siang hari terutama pada

209

waktu tengah hari setelah merasa lelah dan tidak tanah kena sengatan sinar matahari sehingga perlu istirahat sekaligus untuk makan siang.


3. Latar belakang sosial budayanya.


Karena permainan ini merupakan jenis permainan yang hanya dimainkan sebagai sarana hiburan pelepas lelah pada waktu sedang bekerja di ladang, maka pendukung permainan ini terutama adalah masyarakat petani. Meskipun demikian sebenarnya tidak ada batasan bahwa permainan ini hanya dapat atau boleh dimainkan oleh para remaja dari kelompok petani saja. Setiap remaja baik dari keluarga pegawai, pedagang dan lainnya apabila ikut bekerja di ladang maka mereka dapat dan boleh pula ikut bermain dalam permainan ini.

4. Latar belakang sejarah perkembangannya.


Berdasarkan keterangan para informan yang kini rata - rata telah berumur 60 - 70 tahun menyatakan bahwa pada waktu mereka masih remaja permainan ini merupakan jenis permainan yang sangat digemari oleh para remaja. Dengan demikian permainan ini sudah ada dan berkembang sejak sebelum kemerdekaan. Sejak tahun 1960 - an permainan ini telah dikembangkan dalam bentuk tarian yang dipertunjukkan dalam acara acara hiburan dan sejak itu pula sudah jarang terlihat lagi dimainkan oleh para remaja di ladang. Meskipun permainan tandik palanduk ini telah dikembangkan dalam bentuk tarian maupun prinsip gerakan dalam

tarian tidak ada bedanya dengan gerakan dalam bentuk permainan. Hanya bedanya dalam bentuk tarian diiringi dengan musik pengiring yaitu musik kangkurung batang yaitu jenis musik yang terbuat dari batang bambu.


5. Peserta / pelaku.


a. Jumlahnya

Pelaku dalam permainan ini terdiri dari empat anak yang bertugas memegang dan menggerakkan empat buah tongkat secara berpasang pasangan, serta seorang pemain yang bertindak sebagai pelanduk meloncat loncat keluar masuk menghindarkan diri dari jepitan empat buah tongkat.


b. Usianya

Peserta permainan ini terdiri dari remaja usia antara 12 sampai



210

dengan 25 tahun. Anak anak di bawah 12 tahun yang kadang - kadang ikut membantu orang tuanya bekerja di ladang biasanya hanya ikut sebagai penonton saja. Hal ini disebabkan karena dalam permainan ini diperlukan ketrampilan dan kecekatan.
Sering pula orang - orang tua ikut pula dalam permainan ini sebagai hiburan dan pengisi waktu sambil menanti panas matahari agak berkurang.
c. Jenis kelamin
Permainan ini adalah jenis permainan yang dapat dimainkan oleh anak laki laki, perempuan maupun campurn antara laki laki dan perempuan. Apabila pemainnya campuran antara laki laki dan perempuan biasanya para remaja laki - laki bertugas menggerakkan tongkat sedang yang perempuan bertindak sebagai pelanduk menari meloncat - loncat dengan lincah sehingga menambah semarak dan menarik dalam permainan ini.
d. Kelompok sosialnya.
Karena permainan ini hanya dimainkan di ladang sebagai hiburan pada waktu istirahat bekerja, maka peserta dari permainan ini terutama para remaja dari masyarakat petani.

6. Peralatan/perlengkapan permainan

Peralatan / perlengkapan yang dipergunakan dalam permainan ini adalah tongkat kayu sepanjang kurang lebih dua meter dengan garis tengah 5 - 6 cm yang disebut dengan asak. Asak ini terbuat dari kayu yang lurus, bulat serta dipilih dari jenis kayu yang berat. Pada salah satu ujungnya agak diruncingkan sehingga berbentuk lonjong. Dengan asak inilah para petani membuat lobang pada tanah yang disebut umang tempat untuk menanam banih ( padi ), jagung atau kedelai. Cara membuat lobang ini adalah dengan jalan menumbukkan ujung asak yang runcing ke tanah. Dengan tongkat asak inilah nantinya yang juga dipakai sebagai alat permainan tandik palanduk yang jumlahnya empat buah.
Bentuk dari asak ini adalah sebagai berikut :
7. Iringan musik/gamelan
Dalam permainan ini tidak diperlukan iringan musik khusus. Untuk mengiringi gerak penari dan juga sekaligus untuk memberi irama bagi pemain pemegang tongkat sering anak - anak yang lain bertepuk tangan bersama sama atau kadang kadang ada juga yang memukul - mukulkan ranting kayu ke batang kayu besar yang kering.

8. Jalannya permainan

a.Persiapannya
Pada waktu tengah hari setelah makan bersama di ladang, biasa nya mereka beristirahat sambil menanti berkurangnya terik sinar matahari. Apabila jumlah mencukupi untuk bermain yaita minimal lima orang biasanya mereka sepakat untuk bermain bersama bergembira sebagai penawar rasa lelah. Apabila mereka telah sepakat untuk bermain tandik palanduk, kemudian diambillah empat batang asak sebagai alat permainan. Di sam ping itu dicari pula tempat yang rata di bawah pohon yang rindang naung dari sengatan sinar matahari.
b.Aturan permainan
Dalam permainan ini tidak terdapat aturan permainan khusus karena sifat permainan ini hanyalah sebagai hiburan. Namun demikian terdapat pula hal hal yang perlu diperhatikan bersama oleh ke empat anak yang bertugas menggerakkan tongkat asak. Mereka di dalam menggerakkan asak membuka dan menutup harus berdasar irama danhitungan yang tetap. Hal ini perlu diperhatikan karena kalau iramanya tidak tetap apalagi hitungannya keliru akan berakibat fatal bagi si penari, yaitu kakinya akan kena jepit empat buah asak. Karena asak tersebut terbuat dari kayu yang keras dan berat sehingga apabila kaki si penari kena jepit mata kakinya bisa luka dan bengkak.
Selain dari pada itu terdapat pula kepercayaan di masyarakat bahwa apabila si penari kakinya sampai kena jepit maka umurnya akan menjadi pendek.
c.Tahap - tahap permainan
Dalam permainan ini sebenarnya tidak terdapat tahap tahap permainan. Setelah segala persiapan permainan telah cukup, segera empat orang anak yang pertama-tama bertugas untuk menggerakkan
asak duduk jongkok dengan posisi dua orang pemain saling berhadap-hadapan sehingga ke empat pemain tersebut membentuk segi empat. Kedua tangan mereka saling memegang dua ujung asak.

Posisi asak pada awal permainan adalah dua buah asak berjajar rapat di atas tanah, sedang yang dua lagi menumpang di atas dua asak yang lain. Posisi keempat pemain tersebut (misalnya pemain A,B,C,D) dan ke empat buah asak adalah sebagai berikut :

Salah seorang pemain pemegang asak kemudian memberi aba-aba kepada teman-temannya untuk mulai menggerakkan asak bersama-sama. Pada hitungan 1 s/d 3 pemegang asak menghentak hentakkan asak bersama-sama ke tanah. Pada hitungan ke empat pemegang asak A,B,C,D, segera segera serentak menggerakkan asaknya ke samping kiri atau kanan. Sehingga antar ke dua asak akan berjarak kurang lebih 75 cm.

Dari posisi ke empat asak ini di tengah-tengah akan terbentuk bujur sangkat seperti terlihat dalam sketsa di bawah ini :

Pada hitungan 5 s/d 7 kembali pemain A.B,C,D menghentak-hentakkan asak tetap di samping kiri dan kanan badan.

Pada hitungan ke delapan ke empat asak secara serentak digerakkan ke posisi rapat kembali seperti ke posisi permulaan.

Demikianlah secara terus menerus pemain pemegang asak menggerakkan asak dengan prinsip pada hitungan ke empat asak digerakkan ke samping dan pada hitungan kedelapan posisi rapat kembali. Untuk menyatukan irama gerakan ke empat pemegang asak ini sering anak-anak yang lain yang tidak ikut bermain bertepuk tangan bersama-sama atau memukul mukul batang kayu kering yang kadang-kadang banyak berserakan di ladang dengan ranting kayu.

Setelah keempat pemain yang menggerakkan asak telah terdapat keserasian dalam menggerakkan asak, pemain yang akan bertindak sebagai palanduk (misalnya pemain E) mengambil posisi berdiri di antara dua anak pemegang asak. Sehingga posisi pemain seperti terlihat dalam sketsa di bawah ini :

Pada hitungan 1 s/d 3 bersamaan dengan pemain A,B,C,D menggerakkan asak, pemain E mulai meloncat-loncat di tempat dengan bertumpu pada satu kali secara bergantian.

Pada hitungan pertama bertumpu pad akaki kiri, hitungan kedua pada kaki kanan dan pada hitungan ke tiga bertumpu pada kaki kiri kembali. Pada hitungan ke empat bersamaan dengan pemain A,B,C,D, menggerakkan asak ke samping kiri-kanan, pemain E meloncat ke tengah-tengah antara ke empat asak dan bertumpuk pada kaki kanan. Posisi pemain pada hitungan keempat ini adalah sebagai berikut :
Pada hitungan 5 s/d 7 pemain E tetap berada di tengah-tengah ke empat asak sambil meloncat-loncat dengan bertumpu pada sebelah kaki secara bergantian.

Pada hitungan ke delapan bersamaan dengan ke empat asak dirapatkan kembali kembali, pemain E dengan cepat meloncat keluat posisi permu­laan dan bertumpu pada kaki kanan.

Demikianlah pemain E ini meloncat-loncat masuk dan keluar di antara ke empat asak dengan lincahnya. Untuk lebih memeriahkan permainan kadang-kadang anak anak sambil bernyanyi dan bersorak sorak bersama se­irama dengan irama hitungan. Mereka bermain secara bergantian antara pemegang asak maupun pemain yang bertindak sebagai palanduk.
Permainan ini akan diakhiri apabila panas matahari telah mulai berkurang dan sudah ada aba-aba dari orang tua mereka untuk melanjutkan pekerjaan kembali menanam banih.

c. Konsekwensi kalah menang

Karena sifat permainan ini hanyalah sebagai hiburan, sehingga da­lam permainan ini tidak ada pemain yang kalah maupun yang menang.
Dengan demikian tidak ada pula konsekwensi bagi pemain yang kalah maupun yang menang.

9. Peranannya masa kini

Peranan yang terlihat secara langsung dari permainan ini terhadap kehidupan masyarakat sebenarnya tidak terlihat secara menonjol.
Namun demikian dari permainan ini sebenarnya terdapat unsur­-unsur edukatif yaitu adanya unsur pembinaan kerja sama, kekompakan dan keakraban antar remaja.
Selain dari pada itu dalam perminan ini juga terkandung unsur pembinaan kecekatan pada setiap pemain terutama pemain yang bertindak sebagai palanduk.

10. Tanggapan masyarakat

Pada dasarnya masyarakat tetap menyambut baik terhadap perkem bangan permainan ini Mes]cipun permainan ini sekarang telah dikembangan dalam bentuk tarian namun masyarakat petani khususnya,mengharapkan agar permainan ini dapat dikembangkan dan dihidupkan kembali dalam bentuk aslinya yaitu sebagai permainan hiburan di ladang pada waktu bahuma.

Di samping dengan berkembangnya kembali permainan ini dalam bentuk aslinya akan dapat menghidupkan kembali khasanah budaya tradisional, juga sekaligus sebagai daya penarik bagi para remaja untuk mau bekerja di ladang bersama-sama.



TANDIK PALANDUK

Empat orang anak sedang menggerakkan empat buah asak sebagai alat permainan.

Seorang sedang meloncat-loncat dengan lincah ke dalam dan ke luar menghindarkan jepitan empat buah asak.