Mohamed Ali Pacha/Bab 9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52302Mohamed Ali Pacha — Bab 9Gouw Peng Liang

TJAN THIAN HAY

IX.
PERTEMOEAN PERTAMA.

 Pada awainjn taon 1853 pengidoepan di m a n a mana negri telah beroba, lebi poela di vilajtet Arnautlik atawa Albanie, semoea saldjoe di goenoeng-goenoeng soeda djadi aer, hingga bebrapa banjak kali ketjii djadi penoe aer jang bening, di mana ada berbajang segala poehoenpoehoenan jang ada pinggir kali. Semoea goenoengan boekit-boekit ada tertoetoep dengen poehoenPoehoen jang baroe kloear daon moeda.
 Di sana sini ada berdjalan sakawan babi dan kambing, di itoe tempat ada djoega orang Christen. Doeloe ini kampoeng di kapalaken oleh Skander bey jang bisa tjega orang Toerki masoek di negrinja, tapi tatkala ini pendekar meninggal doenia, Albanie soeda taloek pada pamerenta Toerki, masoek agama Islam dan banjak djoega diantarnjâ jang bekerdja pada gouvernement Toerki.
 Di satoe djalanan jang teroes ka goenoeng Shar Dagh, ada liwat doea orang dengan menoenggang koeda, menoedjoe ka Prilip. Seperti biasanja orang Toerki, ini doea orang soeda kasi djalan koedanja dengan pelahan. Satoe di antara ia berdoea ada djalan lebi doeloe seperti pengoenJoek djalan; ia djalan dengan ati-ati di antara tjela goenoeng dan poehoen-poehoen, sebagi loega ia takoet ketemoe penjamoen jang semboeni ==54  P e r t e m o e a n  p e r t a m a==

di itoe tempat dan nanti menjerang padanja dengan mendadak.
 Itoe orang ada satoe zaptien (soldadoe jang djalanken djoega pekerdja'an seperti pengantar djalan dan djoeroe bahasa); ia poenja nama Prenk, pake badjoe mera dan fustanella poeti, pake sendjata tadjem, sedeng satoe senapan ada tergantoeng di blakangnja. Orang jang laen jang toenggang satoe koeda Arab, ada satoe officier moeda dari barisan senapan ; ia pake djas biroe, tjelana poeti dan fez mera, badannja sedikit tinggi, matjemnja tjakep serta gaga. Ramboetnja jang sada koening dan matanja jang biroe ada mendjadi tanda ia boekan bangsa Toerki dan orang nanti kira ia ada bangsa Albanie. Ini officier moeda sabenernja ada Mohamed Ali alias Julius jang soeda dapet banjak sangsara dii kapal api ADLER dan sekarang ada mendjadi officier pada angkatan prang Baginda Sultan, la ada teritoeng satoe officier jang paling radjin dan bidjaksana di antara kaoem moeda bangsa Toerki jang maoe roba segala atoeran doeloe kala.
 Di sekola tinggi dari orang paprangan, dimana officier Europa ada djadi goeroe aken membri peladjaran, Mohamed Ali soeda oendjoek dirinja seperti satoe moerid jang paling pande serta radjin. Segala peladjaran ia jakinken dengen soenggoe hati; ampir selamanja ia dapet prijs nomor satoe dari segala oedjian peladjarannja dan di boelan Januari 1853 ia bikin examen jang Pengabisan, hingga ia bisa kaloear dari itoe midrasa. Betoel directeur dari sekola, Mustapha pacha, soeda boedjoek Mohamed Ali aken tinggal di ini sekola dengan djadi goeroe dalem bahasa Duits, tetapi ini orang moeda tefep pikirannja aken madjoe di medan prang, bertempoer pada orang Rus. Djoega ia poenja ajah poengoet, Ali pacha, lebi soeka liat ini anak mendjadi orang militair, maka Mohamed Ali kaloear dari sekola dan diang­ kat mendjadi luitenant di Monastir, dimana ia moesti adjar soldadoe-soldadoe baroe atawa pergi tangkep penjamoen-penjamoen jang mengganggoe pri kasadjatra'an di djalanan-djalanan dan di oetan-oetan. Sekarang ia dapet verlof aken pergi Koendjoegken ia poenja ajah poengoet, Ali pacha, jang soeda brenti mendjalanken pakerdja'an negri antaran istrinja meninggal doenia dan sekarang ada tinggal di tempat sepi di tananja sendiri, tiada djaoe dari Prilip.
 Kira-kira doea djam lamanja Mohamed Ali kasi jalan koedanja dengan tiada bitjara apa-apa pada zaptienja. Tiba-taba ini luitenant dapet liat satoe oemboel aer di pinggir djalanan, dikoeroeng dengen tembok. Di ini oemboel ada dioekir toelisan begini;
 „Sekalian sobat dan sanak soedara disilahken minoem aer jang djerai dan dingin boeat peringatannja Veli bei, jang soeda bikin ini oemboel, akan kahormatannja Allah dan boeat bikin ilang aoes segala menoesia dan binatang. Sasoenggoenja djoega aer dari ini oemboel ada amat bening. Di samping ini tempat ada berdiri satoe anak prempoean dengan pake pakean bangsa Albanie dan lagi isi aer di satoe kendi jang didjoendjoeng di kapalanja.

Ini anak prempoean kira-kira beroemoer anem belas taon. Parasnja boto sekali serta seger, sebagimana biasanja anak-anak prempoean di Skipi ; matanja item dan aloes, ramboetnja gemoek serta item, ditoetoep dengan satoe kopia mera jang di taboer perak.

Parasnja jang tjantik tiada tertoetoep; di djari tangannja jang aloes ia pake tjintjin, sedeng di kakinja jang ketjil ia pake kasoet jang oedjoengnja bengkok ka atas. Sebab mendenger swara tindakan koeda, ini anak prempoean sigra menengok ka samping dan dapet liat Mohamed Ali bei jang dateng menghampirken bersama iapoenja zaptien. Ini pengikoet ada kenal pada itoe anak prempoean, ia membri salam dan berdjalan troes. Mohamed Ali jang dapet liat itoe anak prempoean, sigra toeroen dari koedanja dan tinggal berdiri deket oemboel.

„Allah membri berkah pada kau," kata Mohamed Ali dengen swara lema lemboet pada itoe anak prempoean, „Ini hari ada sanget panas dan saja soeda liwat di goenoeng-goenoeng amat djaoe. Bolekah saja dapet aer minoem dari kau ?"

„Boleh sekali, effendi," menjaoet itoe anak gadis dengen swara aloes sambil toendoek dan kasi kendinja pada Mohamed Ali. Sabenarnja djoega ini luitenant ada aoes. Ia lantas minoem aer dari itoe kendi dan sirem koeping koedanja jang djoega kapanasan dan dikasi minoem aer di bawa oemboel Mohamed Ali tinggal awasin itoe anak prampoean dengen tangannja djadi gemeter sedikit.

Blon perna Mohamed Ali meliat satoe anak prempoean begini manis serta boto; blon perna ia rasaken hatisja katarik pada saorang prempoean, seperti sekarang koetika ia kasi kombali itoe kendi dan dapet pegang tangannja ini anak jang tjantik.

„Saja mengoetjap trima kasi pada kau, hanoem jang moelia,” kata ia poela. „Allah nanti membri berkah dengen melindoengken pada kau dan biarlah saja berdoä, soepaia sring-sring kitaorang bisa ketemoe lagi satoe sama laen.”

„Saja ini boekan satoe hanoem,” menjaoet itoe anak prempoean, „hanja saja sakedar ada anaknja satoe imam jang hina dan kitaorang tiada nanti berdjoempa lagi satoe pada laen, effendi!”

Sasoedanja bitjara begitoe, itoe anak prempoean sigra brangkat djalan sambil taro kendi di kapalanja. Tiada lama lagi ia ilang di antara poehoen-poehoen.

Sakoetika lamanja Mohamed Ali tinggal berdiri sambil memandang ka djoeroesan, dimana itoe anak prempoean berdjalan.

„Inilah satoe bidadari jang baroe toeroen dari kajangan,” kata ia saorang diri. „Anaknja satoe imam, tapi mengapa moekanja tiada ditoetoep dengen tjadir?... Och, di Albanie orang boleh pake adatnja sendiri... Ho, saja moesti soe-soel zaptien saja jang soeda berdjalan djaoe.”

Mohamed Ali kasi lari iapoenja koeda dan tiada lama ia dapet soesoel penganternja jang soeda djalan lebi doeloe. Setelah ini penganter meliat Mohamed Ali soeda dateng deket, ia sigra oendjoek pada satoe baris roema jang masi ada sedikit djaoe, seraja berkata:

„Toean, kitaorang soeda sampe di Prilip.”

„O, tiada lama lagi saja nanti ketemoe pada ajah saja. Ali pacha,” menjaoet Mohamed Ali. jang moelain merasa tjape, sebab berdjalan begitoe djaoe. „Tapi, Prenk, kau memang kenal keadaan di ini tana pagoenoengan, apakah kau taoe djoega siapa adanja itoe anak prempoean jang baroesan ambil aer di oemboel? Ia bilang, ia ada anaknja satoe imam, apa bener begitoe?”

—„Betoel effendi. Itoe anak bernama Mrika, anaknja imam Reschid: di seantero Prilip dan tempat jang berdamping orang kenal pada itoe nona jang boto, baek dan miskin. Doeloe ajahnja bekerdja di mesdjid besar di Janina, sekarang imam Reschid ada miskin dan tinggal di satoe roema ketjil, dengen melarat dan tiada di open. Istrinja soeda meninggal doenia lantaran soesa hati dan Mrika moesti bekerdja seperti satoe boedak.”

—„Dan apa sebab imam Reschid moesti dapet itoe bahaja, Prenk?”  —„Apa sebab?" demikianlah Prenk oelangken perkataan toeannja, seraja ia boeka besar kadoea niatanja. „Apa sebab, effendi? Lantaran satoe perkara jang biasa kadjadian di kita poenja negri ini jang tiada beroentoeng dimana orang-orang Moslim jang pegang betoel agamanja, samingkin lama mendjadi samingkin ilang kakwasa'annja. Imam Reschid sanget bentji pada kaoem giaour (1) jang doerhaka dan jang tinggal di Janina dengen tiada maoe bajar padjek pada negri iaorang soeda sapeket dengen agent-agent dari Rusland dan kaloe ada pesta di hari raja Paschen, marika itoe boenoe anak-anak Toerki. (2) Imam Reschid, satoe toeroenan Skipi jang toelen dan saorang Moslim jang beribadat, maoe kasi bagian jang Pantes atas itoe perboeatan chianat; iakoempoel bebrapa banjak orang moeda dan orang pagoenoengan dan tangkep orang giaour jang terkoetoek. Tetapi gouverneur Janina lantas tangkep dan toetoep di pendjara bebrapa orang Albanie, samentara imam Reschid dilepas dari pakerdjaannja dan dipoekoel 40 rotan. Kamoedian ini imam brangkat ka Prilip, dimana sanak soedaranja ada


tinggal. Itoe tatkala ia idoep dari kasiannja so­bat-sobat dan menoeggoe sampe dateng waktoe

aken orang Christen dapat pembalasan dari Allah jang maha besar."
 Sambil berdiam Mohamed Ali mendengar tjeritanja iapoenja zaptian. Hatinja merasa amat tiada senang, sebab Mrika jang tjantik ada anaknja satoe anggota dari kaoem toea jang senantiasa soeka boenoe orang Christen, berboeat roepa-roepa perkara kedjem dan tjega kamadjoeannja negri. Mohamed Ali rasa tiada bisa pergi tjari itoe nona jang ia soeda liat sabagi satoe bidadari jang baroe toeroen di antara poahoen-poehoen dan kembang-kembang. Ini pikiran bikin soesa hatinja Mohamed Ali.
 Tetapi ia tiada ada tempo akan pikir lama itoe perkara, sebab ia ampir sampe dimana ia maoe pergi. Bersama zaptiennja ia soeda liwat di satoe boekit jang pengabisan dan hampirken watesnja Prilip, dimana iaorang soeda di gonggong oleh babrapa banjak andjing dan di'ikoetin olah sakawanan toakang minta-minta. Mohamed Ali liwat di roemanja orang-orang Toerki kaoem toea dan di sapandjang gadongnja orang Albania jang soeka minoem anggoer, tapi pertjaia betoel pada agama Islam. Achirnja Mohamed Ali dateng di laen fih'ak kota, dimana ada banjak gedong dan tana-tananja segala pacha dan bei, jang datang tetira di itoe tempat pada waktoe moesin panas.
 Liwat sakoetika lamanja ia djalan di bawa poehoen-poehoen djati besar. Bebrapa kebon kembang dan kebon poehoen-polhoen ada keliatan teges, di sana sini ada banjak taman-taman dan gedong-gedong. Di lapangan ada banjak Koeda lagi makan roempoet. Tiada lama poela Keliatanlah gedongnja Ali pacha. Mohamed Ali toeroen dari koedanja jang lantas diseraken pada satoe boedjang, laloe ia berdjalan masoek. Zaptien Prenk, sasoedanja dapet oepa bebrapa piaster, telah pergi dari sana.