Mohamed Ali Pacha/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52297Mohamed Ali Pacha — Bab 4Gouw Peng Liang

IV
PENDAPETAN PERTAMA DI KAPAL „ADLER."

 Kira-kira satoe djem Juilus doedoek koepas kentang, ia brenti sabentar, sebab tangannja tjape. la taro pisonja dan memandang ka laen-laen bagian dari kapal.

 Di atas dek ada banjak koeli bekerdja, matroos-matroos riboet soearanja memaki dan saben-saben kadengeran soeara treakan dari djceroemoedi jang kaloearken berbagi-bagi perkata'an jang tiada pantes didengar oleh orang baek-baek. Julius mengarti, semoea orang di ini kapal ada kasar adatnja, maka sala sekali ajahnja kasi ia bekerdja pada firma Jager & Co., jang poenja itoe kapal.

 Dengen mendadak tiada kadengeran lagi soearanja matroos-matroos, sedeng semoea koeli ada bekerdja dengen radjin. Itoe waktoe kapitein Fischer naek di dek dan berdjalan dengen pelahan sambil isep tjeroetoe.

 Hans Fischer, kapitein kapal ADLER ada kasar adatnja, moekanja bengis dan pakeannja mesoem. Sasoeda preksa koeli-koeli bekerdja, ia djalan bersama djoeroemoedi Franz Kreiler jang kasi taoe ini dan itoe. Kamoedian ia berdoea dateng di tempat Julius doedoek. Kapitein Fischer lantes menanja pada djoeroemoedinja:

 „Apa ini anak jang maoe bekerdja pada kita orang?" „Ja, kapitein," menjaoet Frans Kreiler.

„Siapa nama kau, binatang?" menanja itoe kapitein pada Julius jang dipandang dari kapala sampe di kaki.

„Julius Werner, kapitein." menjaoet itoe anak sambil bangoen berdiri.

— „Itoe nama terlaloe pandjang, sekarang kau moesti diseboet sadja JOE. Dan begimanakah halnja orang toea kau?"

—„Orang toea saja ada miskin, tapi boekan orang djahat. Ajah saja ada djadi goeroe muziek di Maagdenburg."

—„Toetoep moeloet kau. Tapi apa iboe kau tiada taoe adjar koepas kentang lebi baek?" menanja kapitein Fischer sambil pegang satoe kentang jang soeda dikoepas koelitnja.

„Baroe ini satoe kali saja koepas kentang," menjaoet Julius dengen sanget terkedjoet meliat roepanja ini kapitein jang sanget bengis.

— „Kita orang nanti adjar kau bekerdja sebagimana moesti. Besok pagi kapal moesti brangkat. Djoeroemoedi, ini binatang moesti dikasi bagian sama tali koelit!"

„Baek, kapitein," menjaoet Franz Kreiler.

Kapitein Fischer berlaloe dari sana dan Franz Kreiler lantes tioep satoe soeitan ketjii. Tiada lama datenglah doea matroos, jang diprenta pegang pada Julius, laloe dilempar di papan dek. Maski ini anak bertreak minta ampoen, ia tiada sekali diperdoeliken. Satoe matroos dateng membawa tali

koelit dan poekoel Julius sakoeat-koeatnja Ini anak menangis dan brontak, tapi dipoekoel teroes sampe doeablas kali.

„Ini ada bagian kau," kata itoe djoeroemoedi jang sigra pegang lehernja Julius jang stenga klenger. „Sekarang kau boleh pergi kerdja lagi. Sabentar saja nanti kirim satoe orang aken adjar kau bekerdja dengan rapi segala pakerdja'an di kapal."

Seabisnja bitjara, Franz Kreiler dan matroos berdjalan pergi. Julius jang masi kesakitan, maoe doedoek kombali di bangkoe aken koepas kentang, tapi ini barang soeda abis. Matanja merem, toeboenja gemeter dan koepingnja pengang. Djoega pikirannja tiada keroean, seperti orang demem panas. la rasaken sebagi djoega ia sedeng berdjalan di tepi soengi Elbe di Maagdenburg. Sigra djoega ia tidoer poeles, tiada inf,'et apa-apa.

Setelah ia mendoesin dan badannja masi sakit, ia liat itoe kentang soeda dikoepas semoea oleh satoe matroos jang doedoek di seblanja dan memandang ia dengen moeka manis.

,,Ha , Joe," kata itoe matroos, seraja tepok poen-daknja Julius, „apa kau masi kaget ? Betoel kau koepas kentang terlaloe lebel, hingga kau dapet adjaran dari kapitein, Laen hari kau moesti beker-dja seperti saja, soepaja tiada dipoekoel lagi."

„Angkau betoel ada baek," kata Julius.

„Tiada," kata poela itoe matroos, „saja boekan baek, tapi saja ada djadi kau poe-nja bapa poengoet."

„Bapa poengoet?" menanja Julius dengen ter-tjengang.

—„Ja, begitoe adatnja di dalem kapal. Sasoeatoe anak jang baroe bekerdja di kapal moesti d a p e t satoe bapa poengoet jang nanti adjar segala pa-kerdja'an."

„Kau toch tiada nanti seksa saja, seperti laen matroos? menanja Julius jang moelain dapet harepan baek lagi.

—„Soeda tentoe tiada, djika kau bekerdja baek dan toeroet adjaran , tapi kaloe nakal nistjaja kau dapet bagian djoega. Saja rasa, kau ada satoe anak baek. Tjobalah tjerita, apa sebab kau maoe be- kerdja di kapal."

—„Saja ingin blajar ka negri-negri djaoe. Doeloe saja kerdja bawa boekoe dari toean Stein ; ini pakerdjaän saja tiada soeka, maka saja minta permisie pada iboe saja pergi ka Hamburg, soepaja bisa bekerdja di kapal."

—„O, kau moesti bekerdja di laen kapal, kaloe maoe pergi ka negri-negri djaoe. Ini kapal ADLER tida belajar lebi djaoe dari ka Italie, ka Europa Timoer dan Konstantinopel jang kau nanti liat dari djaoe. Ini kapal tiada bongkar moeatan di itoe tempat-tempat, sebab kwatir anak-anak kapal minggat. Kapal ini nanti masoek di teloek Tandoek Mas, di mana ada banjak nona-nona bangsa Griek doedoek praoe, hampirken kapal kita orang aken djoeal boea-boeahan dan laen-laen barang makanan. Itoe nona-nona ada tjantik parasnja."  — „Apa kau blon perna meliat orang Toerki jang toelen ? "

 —„Itoe perkara kita orang nanti bitjaraken di laen hari. Sekarang kau moesti adjar mendjait di tiang kapal, moesti bikin bersi kapal, pasang tali, rawatin kapitein dan djoeroemoedi dan oeroes pakean kau sendiri."

 „Baek," menjacet Julius sambil tarik napas, sebab ia pikir, dari itoe pakerdja'an-pakerdja'an tentoe ia dapat poekoel kombali dengen tali koelit.

 — „Kau djangan tarik napas, Joe ; pelahan-pelahan kau nanti bisa mengarti itoe semoea pakerdja'an. Paling perloe kau bekerdja dengen ati-ati.. Saja poenja nan;a Bauer. Saja nanti kasi adjaraa dengen pelahan. Sabar sadja! "

 —„Saja nanti toeroet segala adjaran, asal sadja saja tiada diseksa," kata Julius, sambil pegang tangannja Bauer. „Saja soeka sekali tinggal di kapal dan di laoetan, tapi djika saja dilabrak seperti baroesan, saja nanti bosen tinggal di ini tempat."

 „Baek," kata Bauer. „Saja nanti liat, begimana saja moesti bekerdja dengen kau. Lebi doeloe: saja maoe adjar kau pandjet tiang."

 Bauer bangoen berdiri dan pergi ka laen tempat di atas dek. Julius merasa girang bisa dapet satoe goeroe jang berlakoe manis padanja. Tiada lama Bauer balik kombali dengen bawa brendi jang dikasi Julius minoem. Julius ampir menangis, sebab ia tiada biasa minoem minoeman keras.  „Ha, sekarang kau segar kombali, Joe," kata Bauer, hingga laen-laen matroos djadi tertawa meliat moekanja Julius. „Sekarang kau moesti tjoba pandjet tiang kapal dan liat begimanasaja berboeat iebi doeloe."

 Bauer kasi adjaran baek pada Julius. Pelahanpelahan ini anak dapet segala pladjaran dalem segala oeroesan di kapal, rawatin kapitein dan djoeroemoedi. Sajang sekali ia adjar djoega me maki dan maen kartoe, tapi ini semoea perkara djelek Julius tiada perhatikan, adjar sadja segala perkara baek.