Mohamed Ali Pacha/Bab 12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52306Mohamed Ali Pacha — Bab 12Gouw Peng Liang

XII.

BERTEMOE KOMBALI

Tatkala imam Reschid bersama Soleiman bei kaloear dari roemanja, Mohamed Ali bei tinggal doedoek saorang diri di satoe divan. Dalem hatinja ia masi pikir omongan imam Reschid dan mendjadi tjemboeroean. Ia doega,di Prilip tentoe ada satoe pakoempoelan resia, jang menoeroet tjeritanja Ali pacha, Soleiman bei moesti taoe dan jang di kapalaken oleh imam Reschid Mohamed Ali doega pasti, imam Reschid soeda sapeket dengen Soleiman boeat terbitken perkara onar.

Dengen pikiran begitoe hatinja Mohamed Ali soeda memoekoel kras. Maski ada pegang serta soedjoet betoel pada agama Islam, ini orang moeda ada teritoeng dalem golongan kaoem moeda, tiada bermoesoe pada orang Christen dan ada setia betoel pada Sultan. Mohamed Ali indaken betoel segala atoerannja Padisha jang dihargaken tinggi keadilannja. Tiada nanti ia bisa diboedjoek aken toeroet pada kaoem toea dan berboeat se­gala kaonaran.

Selaennja begitoe Mohamed Alipikir, apakah ia sendiri tiada nanti dapet bahaja, manakala ia tiada soeka toeroet berboeat perkara chianat. Se­gala orang dari pakoempoelan resia tentoe maoe merabales djahat, djika di blakangkali ketaoean, ia maoe tjega segala niat tiada baek dari marika itoe, Tetapi Mohamed Ali ada gaga,brani serta hati tetep, maka ia tiada iboek boeat itoe perkara. Adalagi satoe perkara jang membikin hatinja Mohamed Ali tiada senang. Koetika ia terlepas dari sengsaranja di kapal ADLER dan tinggal di astananja Ali pacha,ia soeda toelis soerat ka Maagdenburg pada ia poenja orang toea, Fritz Werner. Dalem ini soerat ada diwartaken segala kainda'an dari kota Konstantinopel, djoega dikasi taoe, ia soeda ganti agama jang ada sama baeknja dengen agama Christen, lebi djaoe ia soeda dipoengoet anak oleh saorang bangsawan jang kasi pladjaran baek, soepaja diblakang hari ia bis abekerdja pada angkatan prangnja Baginda Sultan. Tapi orang toeanja soeda djadi mara, sebab si anak soeda masoek Islam. Toean Werner bales dengen membri kabar, ia tiada nanti maoe kenal anak lagi pada Julius alias Mohamed Ali, djika ini anak tiada lantas balik ka Duitschland. Mohamed Ali tiada toeroet ini prenta, maka sedari itoe waktoe boleh dianggep ia tiada mempoenjai orang toea lagi.
 Sedeng Mohamed Ali doedoek sendirian dalem roemanja imam Reschid, di mana tiada saorang mengganggoe padanja, ia lantes inget kombali pada orang toeanja jang miskin. Mohamed Ali pikir, ia tiada berboeat dosa pada orang toeanja, melaenken ia soeda toeroet niatan hatinja sendiri. Dengen begitoe ia loepa laen-laen perkara dan tinggal toendoek seperti orang mabok.  Tiba-tiba Mohamed Ali angkat kapalanja dengen terkedjoet, sebab mendenger swaranja orang djalan. Aken bersedia soepaja tiada diserang dengen mendadak oleh orang djahat, ia sigra bangoen berdiri sambil pegang gagangp edangnja. Tapi sigra ia lepas tangannja, setelah liat siapa adanja itoe orang jang soed abikin ia djadi kaget.
 Nona Mrika, anaknja imam Reschid, jang di waktoe pagi ia soeda ketemoe di oemboel Veli bei dan jang memang ia sanget ingin ketemoe kombali, se­karang ada berdiri dalem itoe kamar dengen parasnja peroba mera dan awasin pada Mohamed Ali jang tiada sekali didoega bisa ada di ini tempat. Itoe no­na dateng di sana dengen pakean jang ia biasa pake sahari hari di dalem roema; ia ada pegang satoe penggilingan ketjil dari kajoe aken giling djagoeng jang dimasak dengen aer dan soesoe kambing, boeat ia sendiri bersama ajahnja makan. Dengen pakean begini parasnja ini nona bertamba manis serta boto dan lebi menarik hatinja Mohamed Ali.
 „Allah membri berkah pada kau, soedara," kata Mohammed Ali bei seraja oendjoek hormat pada Mrika. „Sobat saja, Soleiman bei, soeda adjak saja ka roema ajah kau dan sekarang ia kasi tinggal saja disini, sebab ia moesti bitjara satoe perkara perloe sama ajah kau.Sakiranja saja tiada bikin soesa pada kau, saja soeka menoenggoe di ini tempat sampe sobat saja balik kombali."
 „Soleiman bei ada saja poenja misanan, "menjaoet Mrika. „Djikaloe ia adjak kau kemari, kita orang poen soeka trima sebagimana pantes. Apakah baek saja soegoeken kopi atawa brangkali kau maoe pake pipa?"
 —Boedi kau ada amat manis, tapi saja tiada maoe bikin soesa pada kau, nona, sebab tiada lama lagi saja moesti brangkat. Boeat itoe boedi saja haroes mengoetjap trima kasi. Djoega saja tiada loepa kau poenja boedi koetika saja dikasi minoem aer di oemboel Veli bei."
 „Saja tiada bisa kira aken berdjoempa kombali pada kau, effendi," kata Mrika sambil toendoek.
 „Saja poen tiada brani harep keinginan hatikoe bisa kedjadian begitoe lekas," menjaoet Mohamed Ali, jang tiada bisa tahan boeat menjataken rasa hatinja, kerna meliat sorot mata begitoe aloes dari ini bidadari. „Sedari saja liwat di oemboel Veli bei, keliatannja ini tempat bertamba inda dan gilang goemilang sebagi bintang. Seantero hari saja inget pada kau, nona manis, dan saja doaken soepaja kau mendapet koernia dari Allah."
 Saja (tjoema ada anaknja satoe imam jang miskin, effendi," kata Mrika dengen swara pelahan.
 —Dan saja sendiri sakedar ada saorang peprangan jang miskin, tiada mempoenjai laen harta dari pada ini pakean dan sendjata. Deradjat kita berdoea tiada berbeda satoe dari laen. Tapi pengharepan saja ada besar, berbeda dari keada'an sekarang. Saja ingin mendjadi satoe pacha jang berkwasa besar, idoep senang di antara rahajat dan soldadoe soldadoe, dengen tinggal di satoe astana, mempoenjai banjak harta dan boedak-boedak. Di itoe masa saja nanti dateng di Prilip, aken mengadep pada anak prempoean jang eilok serta moelia dari imam Reschid dan seraken semoea harta kekaja'an itoe di bawa kakinja nona Mrika, jang saja soeda merasa tjinta sedari berdjoempa pertama kali. Saja nanti bawa kau poelang ka astanakoe, dengen kasi pake segala pakean serta perhiasan jang inda, kasi kau berkwasa di atas diri dan harta saja semoea. Saja nanti rawati dan tjinta pada kau saoemoer idoep, dengen tiada piara laen istri atawa goendik. Tapi apa tjilaka, saja ini ada miskin, hingga itoe semoea niat tiada bisa kedjadian."
 Dengen paras jang beroba mera, Mrika soeda denger perkata'an-perkata'annja itoe officier moeda jang sopan, bidjaksana serta tjakep dandanannja.
 Maski tiada biasa denger perkataan-perkataan begitoe manis, hatinja Mrika soeda memoekoel kras dan badannja gemeter dengen merasa piloe.
 "Ja, saja tjinta pada kau," kata poela Mohamed Ali sambil dateng menghampirken dan pegang tangannja Mrika. „Sedari ini pagi saja tjoema ada satoe hadjat: mendapet balesan tjinta dari kau, boenga jang paling inda di Dibra, anak prempoean jang paling moelia dari seantero karadja'an Roum, jang saja nanti djoengdjoeng sebagi satoe Sultane dan jang saja nanti bela dengen njawa saja. Bilanglah sekarang, Mrika, apakah pengharepan saja ini tiada nanti mendjadi siasia dan apakah kau soeka djadi penjoeloe dari pri pengidoepankoe jang glap dan djadi penawar dari segala kasoesahan hatikoe? Bitjaralah, bitjara, hati djiwakoe!"
 ,,Siapakah nama kau, effendi?" menanja Mrika dengen swara berbisik.
 —,Mohamed Ali."
 „Itoelah satoe nama jang beroentoeng!" kata Mrika jang aer moekanja lantas mendjadi terang. „Satoe nama jang nanti djadi kesohor serta terpoedji di dalem negri, sebab begitoelah djoega namanja pacha besar dari Egypte jang soeda melindoengken agama kita orang dan ampir dapet rampas tachta karadja'an di Stamboel. Mohamed Ali, satoe tempo nama kau nanti terpoedji di antara panglima panglima prangnja Padisha, nama toean nanti dapet kahormatan besar dan kau aken dapet gelaran pacha. Nama kau sadja soeda tjoekoep aken dapet segala kabesaran. Dan kamoedian kau nanti tinggal dalem satoe astana besar di tepi soengi Bosporus, kau nanti piara satoe harim dan idoep senang di tangannja nona-nona manis bangsa Cercasie dan Persie dan tiada inget lagi pada satoe anak prempoean hina seperti saja."
 „Tetapi itoe kekaja'an dan kasenangan tiada nanti saja dapet," menjaoet Mohamed Ali, „djika saja taoe kau ada idoep di tempat sepi dan tiada soeka idoep bersama saja. Selamanja saja nanti idoep beroentoeng kaloe ada bersama kau, jang moesti djadi boenga dari hati saja, seperti satoe permata moelia dari kapala pedangkoe dan sebagi angin jang njaman di moesin panas. Begimanakah saja bisa idoep senang, djika hati saja dingin. dan kosong?"
 Dengen berlinang aer mata, Mrika awasin pada Mohamed Ali, tapi hatinja ini nona manis ada amat girang dan aer moekanja mendjadi terang kombali, sasoedanja mendenger itoe perkata'an-perkata'an jang sedep.
 „Mohamed Ali," kata Mrika, seraja pegang poendaknja ini orang moeda, ,„Mohamed Ali, seandenja betoel kau tjinta pada saja, sebagimana kau mengakoe sekarang dan kaloe betoel hati kau tiada seperti laen-laen effendi di Stamboel jang soeka bawa pengidoepan sebagi orang kafir, maka ini sore, satoe djem sablonnja mata hari toeroen, saja toenggoe angkau di oemboel Veli bei, di mana kau boleh dapet penjaoetan dari saja. Sekarang saja moesti sembajang aken menanja, apa saja moesti toeroet pada kau atawa tiada."
 „O, apa betoel kau tjinta pada saja?" menanja Mohamed Ali dengen girang. Tetapi Mrika angkat tangannja menoendjoek ka loear dan moendoer satce tindak. Lagi sekali ia memandang sambil tersenjoem pada Mohamed Ali jang tiada bisa dibilang girang hatinja, kamoedian itoe nona eilok berdjalan dari pintoe jang teroes ka kebon.
 Ampir di itoe waktoe djoega imam Reschid bersama Soleiman bei berdjalan masoek. Ini doea orang baroe poelang, sasoedanja bermoefaketan dengen orang-orang Albanie. Imam Reschid awasin moekanja Mohamed Ali dan tiada mengarti, begimana ini orang moeda tiada merasa djengkel moesti tinggal saorang diri di itoe roema. Tapi Soleiman bei jang tiada maoe taoe halnja sobatnja itoe, lantes berkata dengan girang:
 „Kita orang soeda kasi tinggal kau lama sekali, sobatkoe, tapi itoelah boekan kita orang poenja sala. Seperti sanak soedara jang soeda lama tiada ketemoe moeka satoe pada laen, kita orang soeda bitjara roepa-roepa hal dan batja banjak soerat-soerat, hingga kita orang soeda boeang banjak tempo djoega. Sekarang koeda kita orang soeda ilang tjapenja, baeklah kita orang balik ka kota."
 „Dan kaloe laen kali kau liwat lagi di tana Pegoenoengan," kata imam Reschid, „djanganlah loepa dateng pada imam Reschid, pamannja kau poenja sobat. Akoe soeka sekali ketemoe dan bitjara lagi sama kau dan akoe nanti berdoa boeat keslametan kau. Brangkatlah dengen slamet, anakkoe, dan poelang ka Prilip dengen berkahnja kita poenja Rasoel!"
 „Saja mengoetjap trima kasi atas kebaean kau, imam jang moelia, "kata Mohamed Ali, jang sasoenggoenja djoega soeda kena ditipoe dengen Perkata'an-perkata'an manis dari ajahnja Mrika. «Harep sadja Allah membri berkah slamet dan oemoer pandjang pada kau boeat kemadjoeannja agama Islam. Saja sendiri ada harep aken bisa lekas dateng kombali di sini."  „Begitoelah nanti djadi," menjaoet imam Reschid.
 Soleiman bei soeda berdjalan lebi doeloe. la boeka tali tjangtjangan koedanja dan bikin betoel tali kendali. Kamoedian ia bawa kaloear itoe binatang jang lantes ditoenggang dan tiada lama ia disoesoel oleh Mohamed Ali jang djoega soedàa doedoek di koeda. Sigra djoega ini does orang moedabtiada keliatan lagi diantara poehoen poehoen, samentara imam Reschid jang berdiri di depan pintoe roemanja, soeda berdjalan masoek Dan doedoek kombali di divan, dengen memikirken segala hal boeat djalanken niatnja jang djahat, aniaja pada orang orang Christen pendoedoek di Isnik.