Mohamed Ali Pacha/Bab 11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52305Mohamed Ali Pacha — Bab 11Gouw Peng Liang

XI

DOEA SOBAT.

 Doea djam kamoedian Mohamed Ali kaloear dari roemanja Ali pacha, aken pergi djalan djaian di sapoeternja itoe tempat. Ini officier moeda meliat keada'an di Prilip.
 Bermoela Mohamed Ali berdjalan di bawa poehoen poehoen di sawa dan liwat di bebrapa roema, dimana ada tinggal orang orang tani bangsa Albanie. Kamoedian ia sampe di kota, dimana ia meliat roema roema rahajat Albanie jang tiada ambil perdoeli apa roemanja kotor atawa roesak, asal sadja ia sendiri bisa pake pakean dan sendjata jang bagoes. Sigra djoega ia sampe di maidan (¹) jang loeas, pada doea djalan besar, tiada djaoe dari mesdjid, kantoornja moudir (²) dan tempat djaga dari balatentara. Di maidan ada sepi, kerna Prilip boekan tempat orang dagang.
 Doea atawa tiga pengemis jang pakeannja mesoem ada tidoer di tana; bebrapa ekor andjing ada makan toelang kambing ; satoe soedagar boea lagi doedoek di oedjoeng tana lapang sambil isep roko.
 Mohamed Ali brenti berdiri di depan itoe roema djaga dan meliat saorang Toerki moeda dari benoea Asia, jang pake badjoe mera, tjelana poeti dan satoe sorban besar di kapalanja. Di seblanja
_____________
 (1). Lapangan atawa tempat pasar.
 (2) Gouverneur kota. ada berdiri saorang koelit item, pakean poeti, di Kapalanja la pake safoe fez mera.
 sedikit djaoe ada doedoek saorang Koerdi koeroes. idoengnja bengkok dan sorot matanja bengis, pakeannja idjo dan biroe, dengen kantjing-kantjing perak, sedeng sorbannja ada biroe dengan banjak tali-tali soetra. Di laen tempat lagi ada doedoek saorang Albanie sambil bitjara sama doea orang Bulgar kaoem Islam. Sekalian orang ini, soldadoe-soldadoe dari barisan bashi bozouk, semoea pake pistool pandjang, pedang atawa golok Persie jang lebar dan bengkok atawa pedang perboeatan Circassie, tingkat besok dan roepa-roepa matjem senapan. Matjemnja marika itoe boekan seperti laksar prang negri, malahan ada lebi mirip dengan satoe kawanan penjahat jang biasa mengganggoe pri keamanan negri. Dengan tiada bitjara satoe apa dan merasa tiada senang di dalem hati, Mohamed Ali memandang pada ini balatentara dari barisan tiada tetep.
 Bebrapa orang dari ini barisan telah membri hormat satjara militair pada Mohamed Ali, tetapi bebrapa orang lagi tinggal awasin padanja dengen angkoe, seperti djoega maoe oendjoek, iaorang tiada taloek pada wet militair negri. Salagi Mohamed Ali moe berdjalan troes, tiba-tiba ia denger namanja di panggil dan setelah ia menoleh, ia dapet liat satoe officier moeda jang kira-kira sama oemoernja dengen ia sendiri dan ada dateng menghampirken. Ini officier ada Soleiman bei; ia ada lebi koeroes dari Mohamed Ali. Mata dan moekanja bengis, koemisnja pandjang, tandanja ia ada sa orang dari Circasie. Soleiman bei ada anaknja satoe toean tana hartawan di Adrianopel dan bersama Mohamed Ali ia soeda dapet peladjaran di sekola tinggi boeat perkara militair di Konstantinopel. Koerang lebi satoe boelan lebi doeloe dari Mohamed Ali ia soeda kaloear dari itoe sekola dan atas permoehoenannja sendiri, ia ditempatken pada barisan bashi bozouk, tapi ia tinggal pake-pakean officier Toerki, seperti Mo­hamed Ali,

„Soekoer sekali ini hari saja bisa ketemoe pada satoe temen lama", kata Soleiman bei, seraja angsoerken tangan pada sobatnja ini.

Apa kau djoega ada bekerdja pada barisan di ini tempat?"

„Tiada" menjaoet Mohamed Ali, „saja ada bekerdja pada barisan di Monastir, sekarang saja dapet verlof aken tetira di ini tempat."

„Och, sajang sekali," kala poela Soleiman bei, „tapi sekarang kita moesti menjenangken sedikit hati kita. Angkau tentoe menoempang di gedong kau poenja bapa poengoet, Ali pacha?"

Mohamed Ali manggoet.

„Ali pacha ada saorang baek," kata Soleiman. „sajang sedikit adatnja seperti orang Christen dan soeka menoeloeng kaoem rajah. Saja harep kau tiada soeka toeroet adatnja Ali pacha. ==Doea sobat 73==

Kitaorang, orang militair, tiada haroes perdoeli pada segala atoeran sopan, hanja kita orang moesti tindes segala orang jang maoe berbanta dan moesti prenta kaoem giaour bekerdja serta bajar padjek sebegimana moesti, djika iaorang ada taloek pada karadja'an Toerki. Blon lama saja pergi poengoet padjek di doesoennja orang rajah; marika itoe sigra bajar padjeknja dengen gemeter, apabila iaorang dapet liat soldadoe-soldadoe saja."


„Itoe pekerdja'an tiada enak soenggoe," kata Mohamed Ali


—„Kau sala, sobatkoe, itoe pekerdja'an ada enak sekali. Dari itoe kaoem giaour kitaorang bisa dapet banjak barang inda dan anak anak prempoean jang jantik, dan tiada saorang brani larang, djika satoe pemimpin bashi bozouk minta apa apa. Laen hari saja nanti tjerita lebi banjak dari ini hal. Sekarang saja maoe bitjara laen oeroesan. Sabetoelnja saja maoe pergi ka roema familie saja, apa kau soeka ikoet? Saja maoe kasi kau adjar kenal pada pamankoe, saorang Moslim jang paling beribadat dari Seantero Arnautlik, barangkali djoega dari Seantero tana Toerki. la soeda oataraken banjak Kabedjikan di antara bangsa kitaorang dalem hal kapertjaja'an dan agama jang bener."


— „Ja, saja soeka ikoet," menjaoet Mohartied Ali, dengen merasa heran meliat adatnja ini sobat jang masi soeka toeroet atoeran kaoem toea. ,,Sajapoen maoe liat keadaan di Prilip, dimana Daroe ini hari saja sampe." —„O, saja kenal betoel keadaan di ini tempat dan saja ingin tinggal lama disini. Di ini kota tjoema ada tinggal orang orang Moslim sadja, tapi sedikit djaoe lagi ada doesoenrija itoe andjing andjing Christen, kawannja orang Rus dan moesoe paling besar dari kitaorang. Hatikoe djadi panas, manakala saja inget pada itoe bangsat giaour, jang satoe kali soeda ditaloeken dangen pedang dan sekarang maoe tjoba berontak aken melawan pada Padisha, Khalief kitaorang jang raoelia, jang soeda berlakoe manis pada marika itoe O, djika saja djadi Sultan, nistjaja saja kasi maen segala sendjata di kapalanja rahajat jang bantahan. Melaenken orang Moslim jang moesti tinggal idoep!'

Sambil bitjara begitoe, Soleiman bei kasi tanda pada doea soldadoe jang sigra toeroet prentanja.

Roepa roepanja ini officier ada di indakea betoel oleh balatentaranja, brangkali lantaran pranginja kedjem dan sanget bentji pada orang Christen. Sigra djoega itoe doea soldadoe balik dari blakang roema djaga, masing masing mem­bawa saekor koeda jang soeda dikendaliken. Soleiman bei toenggang satoe koeda dan silaken Mohamed Ali bei toenggang koeda jang laen.

„Biarlah sekarang kitaorang brangkat, sobatkoe", kata Soleiman bei. „Djalanan ka roema pamankoe ada djaoe. Ini koeda ada bagoes sekali, saja telah ambil dari Isnik, doesoennja rahajat giaour. Allah ! senang soenggoe kaloe idoep di tempat itoe bangsa Christen." Ini doea officier telah brangkat. Bermoela iaorang liwat di kota Prilip jang sepi, kamoedian iaorang kaloear kota, dimana ada banjak pengemis dan andjing.

Sigra djoega itoe doea orang moeda sampe di tana pagoenoengan, dimana sabagiannja ada banjak poehoen dan sabagian lagi tiada ada tetaneman apa apa, iaorang liwat di goenoeng, di batoe karang dan di samping djoerang jang dalem.

Achirnja ia berdoea liwat di satoe oetan ketjil jang hawanja amat sedjoek.

Disana sini ada keliatan, tanda bekas kaki mendjangan dan laen-laen binatang; di oedjoeng batoe karang atawa di poehoen-poehoen besar ada sarangnja boeroeng-boeroeng besar jang memang ada banjak di provincie Arnautlik.

Dari ini semoea pemandangan jang inda Mo­hamed Ali inget kombali perdjalanannja di waktu pagi di oemboel Veli bei, dimana ia soeda Ketemoe satoe nona jang amat tjantik. Seperti orang jang tiada ada samangetnja ia ikoet djalanja Soleiman jang tiada brentinja mengomong di sepandjang djalan.

Sasampenja di satoe lapangan Soleiman lantas toeroen dari koedanja. Di satoe kebon ketjil, di sebla satos roema, ada ditanem poehoen-poehoen ketjil, poehoen boea boeahan dan segala sajoerau, seperti kool, ketimoen, laboe dan sebaginja. Tiada djaoe dari itoe roema ada satoe koeroengan boeroeng dara dalem mana ada tiga ekor boeroeng. Satoe kambing lagi asik makan daon daonan.

„Di sini ada tinggal saja poenja paman, imam Rescliid," kata Soleiman bei. „lni imam ada saorang soetji, disajang oleh Allah dan ditjinta oleh sekalian orang Moslim jang soedjoet betoel pada agamanja Nabi. Angkau nanti dapet peladjaran dan nasehat-nasehat baek dari pamankoe dan.."

„Imam Reschid, kau bilang?" menanja Mohamed Ali jang mendenger dengen heran sobatnja seboet itoe nama, hingga aer moekanja menjadi sedikit poetjet.

„Apa kau kenal padanja?" begitoelah Soleiman bales menanja, seraja awasin moekanja sobatnja ini. „Apa kau soeda perna ketemoe pada itoe imam? Tjerita apa kau soeda denger dari halnja itoe imam?"

„Zaptie jang anter saja ka Prilip," menjaoet Mohamed Ali, „telah poedji kasoetjiannja itoe imam, jang dinamaken satoe oelama jang boediman. Tapi, sobatkoe, dimana ini koeda moesti dikasi tinggal, kaloe kitaorang masoek ka dalem?"

Soleiman telah tersenjoem dan kasi tanda, soepaja Mohamed Ali toeroet padanja. Ini doea officier toentoen koedanja, ia boeka pintoe blakang dan masoek di satoe pekarangan kosong jang amat lega, dimana koedanja lantas di tjangtjang. Kamoedian ia boeka lagi satoe pintoe dan masoek di laen pekarangan jang lebi ketjil, dimana ada keliatan satoe roema dengen doea djendelanja dan di pinggir temboknja masing-masing ada satoe divan. Dj ini divan ada doedoek bersila imam Reschid, dengen kapala toendoek dan tangan terangkep, Kerna ia lagi pikir satoe perkara penting.

Imam Reschid ada tinggi koeroes, ramboetnja Poeti, djenggotnja pandjang, idoengnja bengkok, warna moekanja koening dan keliatan bengis, ia pake satoe kaftan kotor, satoe iketan pinggang jang soeda toea sedeng satoe pasang kasoet petja terletak di depan tempatnja doedoek. Sebab mendenger swara orang djalan menghampirken, imam Reschid angkat kapalanja dan dapet liat itoe doea orang moeda.

,,Terpoedjilah namanja Allah!" kata itoe imam. ,,Sekarang akoe ketemoe kombali pada anaknja Soedarakoe. Slamat dateng anak-anak moeda."

Allah membri berkah pada pamankoe jang moelia, „bersabda Soleiman, bei laloe ia tjioem Kaftannja iman Reschid. ,,Hati saja amat senang, sebab bisa ketemoe pada pamankoe. Disini saja ada bawa satoe sobat dari Monastir, Mohamed Ali bei, jang soeda denger kasoetjiannja pamanmkoe, maka ia dateng disini aken minta berkahnja toean. Sobat saja ini ada seorang gaga perkasa dan baek hati serta soedjoet betoel pada agama. Saja harep pamankoe soeka terima ia seperti moerid, sebegimana jang laen-laen."

Itoe Doea officier moeda disilaken doedoek di seblanja imam Reschid jang bitjara sabentar dan kasi satoe tanda resia pada Soleiman bei. Ini ==78   Doea Sobat==

doea tetamoe tiada disoegoeken satoe apa, sebabbimam Reschid sadari dilepas pangkatnja ada tinggal miskin dan idoep dari asilnja sapotong tana jang dikasi oleh sobat-sobatnja.


Dari bitjaranja imam Reschid ada njata ia maoe hoekoem pada kaoem raja jang soeda taloek pada pamerenta Toerki, tapi tiada dengen toeloes hati dan diam-diam soeda bikin moefaketan resia sama Rusland, jang soeda sedia laskar prang mengantjem pada keradjaan Toerki, sedeng agent2 orang Rus soeda bantoe pada rahajat giaour aken bikin hoeroe hara. Njata djoega imam Reschid ada niatan menje­lang pada rahajat Christen di itoe tempat dan dalem hal ini ia nanti dapet bantoean dari Soleiman bei, tapi dengen ati-ati ia maoe tjari taoe, apa Mohamed Ali ada satoedjoe dengen ini niat atawa tiada. Ini orang moeda inget kombali nasehatnja Ali pacha, maka Mohamed Ali tiada maoe tjampoer dalem perkara chianat dari orang- Moslim jang nanti bikin noda besar atas namanja Baginda Sultan.


„Apa kau blon satoe kali tjaboet pedang kau aken boenoe orang giaour?" menanja iman Re­schid pada Mohamed Ali. „Memboenoe saorang kafir ada satoe djasa besar di depan tachta Allah. Satoe andjing jang soèda mati tiada nanti meng­gigit lagi. Djikaloe Baginda Sultan pegang prenta sadja di antara rahajat Moslim, nistjaia karadja'an Roum (Toerki) bisa bertamba madjoe."


„Dengen pelahan kitaorang moesti boedjoe'c kaoem raja aken memoedja agama Islam, jaitoe

Doea sobat.

79


  dari djalan baek," menjaoet Mohamed Ali. „Di ini masa tiada boleh diambil atoeran keras, sebab ada sangkoetan sama perkara negri dari kita-orang Poenja pemerenta jang adil."
 ,,Dari djalan baek?" treak imam Reschid, sambil mendongak ka atas. „Satoe Sultan jang melindoengken rahajat giaour, pidjit segala imam dan minoem anggoer; pacha-pacha jang sapeket sama orang kafir; brapa banjak andjing Christen ada Koempoel di Stamboel dan brapa banjak barisan di balatentara ada berdiri di wates negri! Ja, di masa ini ada banjak sekali perkara! Dimanakah adanja itoe kaoem Janitzar jang bikin semoea orang Christem djadi gemeter? Siapakah sekarang soeda pegang prenta di Setiniah (Athene, iboe kota dari Griekenland)? Siapa pegang prenta di Moldavië? Pro keada'an orang Moslîm soeda djadi moendoer, binasa semoea, dan itoe semoea soeda djadi dari djalan baek pada ini djeman.
 ,,Ja, kitaorang tiada toeroet tindakannja Nabi," kata Soleiman bei sambil tarik napas.
 Tapi kakoeatannja karadja'an kitaorang soeda moelain idoep kombali," menjaoet Mohamed Ali, 'Tjoba liat pri keada'an negri kita di djeman sekarang dan bandingken sama keada'an di taon 1828. Di itoe masa semoea Radja radja di Europa soeda bermoesoe pada kitaorang, tapi sekarang kitaorang ada dapet bantoean dari Enge­land dan Frankrijk, jang ada berdiri di f hak kitaorang aken melawan pada orang Rus. Pamerenta kita soeda kirim wakil aken toeroet bersidang dalem perhimpoenan jang dibikin oleh karadja'an besar di Europa. Barisan balatentara kita boleh bertanding pada laskar prang Europa jang paling kasohor. Kaloe sadja dalem bebrapa taon dalem negri ada aman dan slamat, nistjaia negri Toerki nanti mendjadi satoe karadja'an jang tegoe, kaja serta kasohor, sebagi di djemannja almarhoem Sultan Mahmoed. *")


 „Allah! tobat! pladjaran apakah orang soeda oetaraken di Stamboel?" treak imam Reschid jang Soeda denger satoe persatoe bitjaranja Mohamed Ali. „Negri kita orang soeda djadi roesak, maka effendi effendi moeda bisa bitjara bEgitoe roepa. Sasoenggoenja kita orang djoega nanti djadi binasa. Kita orang ada oepama singa boeta, dikedjer oleh srigala srigala jang terkoetoek. Tetapi Toehan jang maha soetji. nanti toeloeng bangsa kita. Dengen berkahnja, Toehan, dengen satoe pedang jang tadjem . . . . . . dan negri kita dapet ditoeloeng.

 „Begitoelah moesti djadi djoega!" kata Soleiman.
 Mohamed Ali tinggal berdiam, sebab ia rasa pertjoema sadja, kaloe ia tjampoer bitjara dari ini perkara. Mohamed Ali bitjara sadja laen laen perkara. Imam Reschid tjoeina djawab satoe doea perkata'an dan saben saben ia kasi tanda pada Soleiman jang djoega ada tinggal doedoek diam, tiada banjak bitjara.
 Imam Raschid bangoen berdiri dan kasi taoe ia maoe bitjara oeroesan familie sama kaponakannja. Kamoedian ia kaloear dari pertengahan roema, diikoet oleh Soleiman, sedeng Mohamed Ali tinggal doedoek saorang diri dengen merasa koerang senang, sebab ia tiada ditrima dengen pantes, sebagimana biasanja orang Toerki trima tetamoe.
 Imam Reschid jang berdjalan kaloear, sigra pe­gang tangannja Soleiman bei dan berkata begini:
 „Mengapakah kau adjak itoe officier kemari?"
 „Sebab saja maoe kasi taoe padanja segala resia kita orang," menjaoet Soleiman, „ia ada gaga, brani pinter dan mempoenjai banjak senderan jang tegoe, maka perloe kita orang dapet ia poenja bantoean dalem oeroesan kita poenja Nabi jang soetji."
 „Kita orang tiada bisa pake itoe anak moeda jang lebi soeka toeroet atoeran orang kafir," kata lagi itoe imam, jang kira Mohamed Ali ada sa­orang Toerki toelen. „Kita orang tiada bisa boeka resia kita padanja."
 „Allah akbar!" menjaoet Soleiman.
 „Itoe semoea boea soeda mateng dan ada waktoenja aken dipetik," kata poela imam Reschid.

 „Hatikoe jang panas boleh mendjadi sedikit dingin. Kau soeda dateng pada waktoe jang bener. Sobat sobat dari pegoenoengan soeda berkoempoel dan kita orang moesti berdjoempa padanja aken oeroes segala hal jang perloe."

Doea Sobat.

83



 „Begitoelah nanti kadjadian djoega," menjaoet Soleiman jang selaloe soeka toeroet adjaran pamannja.
 Imam Reschid kaloear dari pekarangan roemanja, di-ikoet oleh Soleiman, ia liwat di kebon, di lapangan roempoet, masoek dalem oetan dan djalan satoe djalanan ketjil, jang banjak tikoengannja, leroes ka poentjak satoe boekit jang tinggi. Di ini Poentjak, di bawa poehoen djati jang besar, ada doedoek bebrapa orang Albanie dari pegoenoengan, moekanja item, matanja djeli, aer moekania keren, semoea pake pakean bagoes serta lengkep dengen sendjata, sebagi maoe kaloear prang. Iaorang pake fustaneie poeti, badjoe laken dan soetra mera, biroe dan idjo, sedeng pistool dan snapannja, begitoepoen pedang pedang dan goloknja ada berkilat di sinar matahari. Semoea koedanja ditjangtjang di oawa poehoen dan disertaken pakean bagoes.
 Setelah imam Reschid dateng menghampirken, jtoe semoea orang Albanie menjataken girang hati dan membri hormat.
 ,,Allah membri berkah pada kau sekalian, anakoe, demikianlah imam Reschid moelain bitjara Sambil tersenjoem.
 ,,Allah membri berkahnja pada kau imam jang moelia," menjaoet Arsad bei, saorang jang paling toea dan saorang bangsawan di antara orang-orang Albanie jang berkoempoel di sitoe.
 Imam Reschid bales membri salam dengen memandang ka koeliling dan doedoek di tenga dari 84 Doea sobat.



kawanan orang orang Albanie, di atas satoe permadani jang sengadja disedia boeat tempat ia doedoek. Soleiman bei doedoek di sebla pamannja. Sambil batja doa, imam Raschid oeroet djenggotnja dan meliat ka atas, kamoedian ia memandang pada Arsad bei jang soeda maoe moelain boeka sidang bitjara.
 „Begimana, anak?" menanja itoe imam sasoedanja diam sabentar.
 „Kita orang soeda bérsiap dan pengikoet pengikoet kita orang poen soeda bersedia" menjaoet Arsad bei sambil oesap kapala. „Tjoema tinggal toenggoe prenta sadja dan sariboe laskar prangnanti mengoenoes sendjatanja, baek boeat menerdjang pada orang kafir, baek aken boenoe bangsa sendiri jang tiada tinggal setia pada titanja Nabi atawa djoega aken melawan pada Sultan, djika ini Radja brani banta firma Allah dan titanja Kor'an.
 „Kita orang ada satoe hati dengen Arsad bei," kata sekalian orang Albanie jang berkoempoel di sitoe. „Ini negri Arnautlik selamanja ada tempat kadoedoekan jang bersi dari kaoem Islam dan semoea rahajatnja nanti toeroet madjoeken agama jang soetji, djika kau soeka doaken pada kita orang."
 „Baek, anak-anak," menjaoet imam Reschid jang djadi sanget girang, tapi ia tiada kasi kentara apa jang ia pikir. „Akoe menjaksiken kau orang soeda

ambil djalan jang paling baek dan soeka boeang dara serta njawa kau boeat perkara jang soetji.

Doea sobat.

85


Sultan kita dapet advies dari orang-orang kafir, dari kaoem giaour dan dari orang-orang Moslim jang soeda loepa pada agamanja.
 „Sedeng seharoesnja orang raja moesti ditindes dengen segala prentanja jang brat, sekarang itoe rahajat jang terkoetoek maoe dikasi hak sama rata dengen kita orang kaoem Islam jang djoengdjoeng betoel segala tita Allah dan Nabi, brangkali di blakangkali iaorang nanti ditaro di atas kapala kita orang. Dan kaloe orang Rus dateng menjerang ini negri, orang-orang raja nanti bikin peroesoehan, dengen memboenoe sekalian istri dan anak-anak kita orang.”
 „Itoe orang-orang tjilaka semoea moesti diboenoe,” treak saorang Albanie jang toeboenja tinggi besar. „Sablonnja iaorang bergerak, lebi doeloe kita orang moesti angkat tangan.”
 „Betoel, Hasan bei,” menjaoet imam Reschid. Kita orang moesti bergerak lebi doeloe dari iaorang. Semoea orang Moslim di Arnautlik moesti mengoenoes pedangnja aken boeka prang soetji dan boenoe semoea oeler berbisa. Kaloe tiada begitoe, nistjaja iaorang bisa binasaken pada kita orang. Brikenlah alamat prang pada kawan-kawan kita di Prilip dan di tempat-tempat jang berdam­ping. Tiada djaoe dari sini ada satoe doesoen dari andjing Christen, jang didiriken atas prentanja Sultan, pernanja di atas lana kita orang, tapi itoe kaoem Christen tiada diwadjibken bajar padjek atawa laen-Iaen asil pada negri.” 86 Doea sobat.



 „Doesoen Isnik!" treak bebrapa orang.
 „Betoel Isnik," kata poela imam Reschid, „Isnik atawa Bijela, tempat semboeni itoe andjing-andjing Bulgaar jang di negrinja sendiri tiada dapat makan dan dari itoe ia datang kemari, laorang menoenggoe datengnja balatentara dan maoe taro ratjoen di kali, beberapa orang Moslim soeda diboenoe"
 „Terkoetoeklah semua pendoedoek di Isnik!"" treak bebrapa orang Albanie dengan amat mara.
 „Bagoes begitoe, anak-anak," kata Reschid jang mendjadi sanget girang di dalem hatinja. „Njata kau mengarti betoel maksoedkoe. Dosanja kaoem giaour bertimboen seperti goenoeng, tapi hoekoemannja djoega moesti brat. Lagi delapan hari di waktoe matahari toeroen, akoe toenggoe pada kau dan rahajat kau sekalian di dalem oetan besar di blakang Isnik. Di oemboel Veli bei nanti di pasang api boeat tanda memjarang dan akoe sendiri nanti toeroet pada kau orang. Balatentara di Prilip tiada nanti tjega perboeatan kau, sebab iaorang djoega soedjoet pada agama jang bener dan ingin iroep dananja orang giaour."
 „Barisan bashi bozouk nanti brangkat dari Prilip boeat bantoe binasaken doesoen Isnik," kata Soleiman bei jang baroe moelain angkat bitjara dan hatinja djoega merasa senang. „Betoel kita orang ada bekerdja pada Sultan, tetapi kita orang fjoema toeroet titanja Allah jang soeda menjataken maoenja dari moeloetnja sato eimam jang soetji."

 Tampik soerak jang amat rioe soeda samboet bitjaranja ini officier moeda, jang bermoela di­ pandang dengen tjoeriga hati oleh orang-orang Albanie, tetapi sekarang dibri hormat seperti pada soedara.

 Berganti ganti orang kasi tangan pada Soleiman, seraja poedji namanja, sedeng imam Reschid soeda angkat soempa boeat binasaken semoea orang di Isnik.