Kisah Tuanta Salamaka/Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku cerita rakyat hasil terjemahan dari bahasa daerah Bugis, Makassar, dan Toraja selesai tepat pada waktunya. Buku terjemahan cerita rakyat ini dibuat untuk menambah bahan bacaan bagi pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan sederajat khususnya di Sulawesi Selatan sekaligus menjadi bahan bacaan bagi masyarakat umum.
Kegiatan penerjemahan cerita rakyat yang diambil dari naskah berbahasa Bugis, Makassar, dan Toraja ke dalam bahasa Indonesia merupakan salah bagian dari program kerja Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan. Program kerja ini adalah rangkaian kegiatan literasi yang menunjang pencapai tujuan pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca dan menulis bagi anak sekolah dasar dan menengah. Di samping itu, mengangkat cerita rakyat yang berbahasa daerah ke bahasa Indonesia sebagai upaya melestarikan dan mempublikasi budaya daerah di tengah perkembangan dan modernisasi kehidupan yang semakin kompleks.
Masalah kebahasaan dan kesastraan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya yang selalu mengalami berbagai perubahan sebagai akibat dari arus globalisasi termasuk perkembangan teknologi informasi yang amat pesat. Kondisi ini memengaruhi perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah usaha dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra dengan menyumbangkan ide dan kreativitas melalui dimensi penerjemahan cerita rakyat. Adapun cerita rakyat yang diterjemahkan tersebut adalah cerita berasal dari bahasa Makassar yaitu Cerita Si Tinuluk dan Si Kukang, Kisah Tuanta Salamaka dari penulis Labbiri; cerita dari bahasa Bugis La Bongngo Pangeran Nepo, Siti Naharirah oleh Muhlis Hadrawi; dan cerita rakyat dari Tana Toraja yaitu Polo Padang yang diterjemahkan oleh Dina Gasong. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penerjemah masing- masing naskah Bugis, Makassar, dan Toraja yang telah menyusun dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, para staf teknis serta administrasi Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan yang telah banyak membantu dalam proses teknis penerbitan buku terjemahan cerita rakyat ini dalam bentuk buku. Akhirnya, Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku terjemahan bahasa daerah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Kepala Balai Bahasa
Provinsi Sulawesi Selatan
Dra. Zainab, M.Hum.