Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Selama babak awal, pertunjukan diiringi dengan gending-gending pathet nem (6). Jika babak awal berakhir dan hendak memasuki babak pertengahan, dalang memberi isyarat kepada para pemusik (niyaga) agar sejenak membunyikan gending lindur. Kemudian disusul dengan gending pathet sanga (9). Selama babak pertengahan, pertunjukan diiringi dengan gending-gending pathet sanga (9) jika babak pertengahan berakhir dan hendak memasuki babak akhir, dalang memberikan isyarat kepada para pemusik (niyaga) dengan suluk pathet manyura. Selama babak akhir, pertunjukan diiringi dengan gending-gending pathet mayura. Dan untuk adegan-adegan perang, diiringi gending sampak. Sebagai tanda bahwa pertunjukan telah selesai, Gunungan ditancapkan tegak lurus di tengah arena dengan iringan gending ayak-ayakan pamungkas.
 Pembagian pertunjukan wayang Cina – Jawa menjadi tiga babak itu, bukan sekedar mengikuti pola pertunjukan wayang kulit Jawa dari segi teknis, melainkan mengikuti segi falsafi yang mendasar. Yaitu, bahwa pembagian pertunjukan menjadi tiga babak, merupakan perlambang (simbolik) daur hidup (siklus) manusia yang terbagi dalam tiga kurun masa :

 Masa bayi sampai kanak-kanak.
 Masa remaja sampai dewasa.
 Masa dewasa sampai tua.

Irama hidup manusia dari masa bayi sampai kanak-kanak, dalam irama musik Jawa (gamelan) diungkapkan dengan gending-gending yang berirama pathet nem (6).
Dari masa remaja hingga dewasa, diungkapkan dengan gending-gending pathet sanga (9). Sebagai tanda pergantian memasuki daur hidup ke alam dewasa, diselingi gendhing pathet lindur.
Dari masa dewasa hingga tua, diungkapkan dengan gending-gending patet manyura.
 Itulah landasan segi falsafi yang mendasar dari perlambang (simbolik) pertunjukan wayang kulit Jawa yang juga dijadikan tumpuan pertunjukan wayang Cina – Jawa Ciptaan Gan Thwan Sing.
 Masa perturtjukan (running time) wayang Cina – Jawa untuk setiap lakon, juga sama dengan masa pertunjukan wayang kulit Jawa, yaitu selama enam sampai tujuh jam. Dapat dipertunjukkan pada siang hari dan pada malam hari. Biasanya, dimulai dari jam setengah sepuluh sampai jam setengah lima. Namun masa

35