Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mengatur alat-alat musik (gamelan) itu, sampai beres semua. Setelah beres segala sesuatunya dan biduan (sindhen, waranggana) sudah hadir, dibunyikanlah gending talu sehagai isyarat bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Seorang pembantu dalang (asisten) datang untuk memeriksa apakah alat-alat perlengkapan pertunjukan (kotak, dodogan, kepyak, cempala ageng, cempala japitan) sudah benar letaknya. Mengatur wayang ricikan (berbagai jenis hewan, alat-alat senjata, dan lain-lainnya) yang ditaruh agak di kiri belakang tempat duduk dalang. Memeriksa apakah ikatan gedebog sudah beres. Menyalakan api blencong dan meletakkan sapit blencong di dekat tempat duduk dalang. Pembantu dalang itu, duduk di belakang dalang selama pertunjukan berlangsung. Kemudian dalang datang mengambil tempat duduknya. Jika dalang menghendaki, disediakan sebuah anglo dengan arang dan bubuk dupa.
 Kehadiran dalang di tempat duduknya, menjelang gending talu akan berakhir. Dalang mengucapkan mantra, sambil mengetuk-ketukkan cempala ageng lima kali sehagai isyarat bahwa pertunjukan dimulai. Dan para pemusik menyamhut dengan memperdengarkan gending ayak-ayakan manyura. Dalang sambil mengucapkan mantra, memhesarkan nyala api blencong dengan mempergunakan sapit blencong. Kemudian ia mencabut Gunungan yang tertancap di tengah arena. Tangan kirinya memijit-mijit ujung Gunungan seraya mengucapkan mantra lagi. Selesai mengucapkan mantra, gunungan ditancapkan lagi di tepi arena sebelah kanan. Dan mulailah ditampilkan tokoh-tokoh wayang yang akan mengisi adegan pertama (jejeran). Sesudah tokoh-tokoh wayang ditancapkan di arena, dalang memberi isyarat dengan ketukan-ketukan cempala ageng, agar gending ayak-ayakan manyura berakhir, disusul dengan gending karawitan. Beberapa saat kemudian, dalang memberi isyarat dengan ketukan-ketukan cempala ageng, agar para pemusik mengakhiri gending karawitan. Kemudian dalang mengucapkan janturan. Selesai janturan dengan kombangan, dalang lalu suluk pathet nem (6). Jika suluk selesai, dalang memulai dialog (pocapan, ginem ). Begitulah gambaran sekilas meitjelang dan pada saat awal pertunjukan.
 Tak berbeda dengan pertuitjukan wayang kulit Jawa, pertunjukan wayang Cina – Jawa juga terbagi dalam tiga pembabakan. Yaitu:

 Babak awal
 Babak pertengahan
 Babak akhir.


34