Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pertunjukan selama enam sampai tujuh jam itu, tidaklah mutlak. Jika dikehendaki, masa pertunjukan dapat diperpendek menjadi empat sampai lima jam.

Dalam pertunjukan wayang kulit, jika memasuki babak pertengahan biasanya ada adegan banyolan yang menampilkan para punakawan; Semar, Gareng, Petruk, Bagong atau Bawor. Adegan banyolan itu, mula-mula tak ada dalam pertunjukan wayang Cina – Jawa. Tiadanya adegan banyolan itu, dikarenakan dalam tradisi Cina memang tak dikenal adanya tokoh-tokoh punakawan; Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Maka dalam pertunjukan wayang Cina – Jawa, jika memasuki babak pertengahan, mula-mula Gan Thwan Sing menghentikan jalannya pertunjukan untuk memberi waktu isitrahat bagi dalang, para pemusik dan biduan. Masa istirahat itu berlangsung selama sepuluh menit. Untuk menandai masa istirahat, ditancapkanlah di tengah paseban, seorang tokoh berbusana petugas keamanan membawa semacam papan pengumuman yang memuat tulisan dalam bahasa Melayu, beraksara Latin :

"Istirahat 10 menit"

Setelah pertunjukan wayang Cina – Jawa kian digemari masyarakat Jawa, timbullah gagasan Gan Thwan Sing untuk menghapuskan masa istirahat, karena ia menyadari bahwa masyarakat Jawa amat menyukai adegan banyolan dalam pertunjukan wayang kulit (Jawa). Maka Gan Thwan Sing lalu membuat tokoh-tokoh wayang yang mirip dengan para punakawan; Gareng, Petruk, Bagong. Tentu saja tokoh-tokoh wayang yang mirip para punakawan itu, diberi dandanan busana dan tata rambut bercorak Cina klasik. Namun ia tidak membuat tokoh wayang yang mirip tokoh Semar. Mungkin sekali Gan Thwan Sing sudah mendalami hakekat pertunjukan wayang kulit Jawa itu, sadar bahwa tokoh Semar adalah suatu lambang kemuliaan yang sangat dihormati masyarakat tradisional Jawa. Barangkali bertolak dari kesadaran itulah, maka agar tidak menyinggung perasaan masyarakat tradisional Jawa, Gan Thwan Sing tidak membuat tiruan tokoh Semar.

Sesudah membuat tiruan tokoh-tokoh punakawan (Gareng, Petruk, Bagong), maka masa istirahat diisi dengan adegan banyolan. Dalam adegan banyolan, percakapan (pocapan, ginem) dapat mempergunakan bahasa campuran. Yaitu bahasa Jawa, bahasa Melayu

36