Halaman:Wawacan Gandasari.pdf/93

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

80

syabandiyah, Sammaniyah, Syattariyah, Alawiyah, Idrusiyah, Tijaniyah, Sanisiyah. Meskipun tarekat itu kemudian ada yang berubah sedikit-sedikit, namun pokok-pokoknya tetap bertahan sebagaimana yang diletakkan oleh para ulama Sufi yang pertama membangun tarekat itu.

Dalam perkembangannya kemudian, muncul dua pandangan terhadap ilmu tasawuf, sebagaimana pernah dikemukakan oleh Baroroh Baried (1985). Sebagian beranggapan bahwa ilmu tasawuf ini tennasuk menyesatkan akidah Islam, sebaian lain memandangnya sebagia suatu ajaran yang berada dalam batas-batas akidah Islam. Algazali sendiri pada saat itu merasakan kegoncangan batin dalam menghadapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam sebagai akibat perjumpaan Islam dengan peradaban lain. Oleh karena itu dipelajarilah aliran-aliran itu, dan hasil telaah serta penghayatannya terhadap ilmu filsafat Yunani, ilmu kalam, ilmu tasawuf dan yang lainnya, akhirnya sampai kepada satu ketetapan bahwa dalam ilmu tasawuf justru terdapat ajaran yang memantapkan akidah Islam serta pengamalan ajarannya. Sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, Algazali beranggapan bahwa ilmu tasawuf itu dapat menjaga pribadi dari kesesatan, seperti juga tersirat dalam Al-Munqid min al-Dlalal 'si penyelamat dari kesesatan'. Akhirnya, Algazali berkesimpulan bahwa mendidik budi pekerti seseorang itu sangat mungkin, dan menghilangkan sifat-sifat tercela pada diri seseorang bukanlah suatu hal yang mustahil. Kalau tidak demikian, dan menghilangkan sifat-sifat tercela pada diri seseorang bukanlah suatu hal yang mustahil. Kalau tidak demikian, Nabi tidak akan berpesan: "Perbaikilah akhlak atau kelakuanmu".

Tampilnya ajaran tasawuf yang dibawa oleh Algazali dipandang sebagai hilangnya keraguan umat Islam akan kebenaran ilmu ini (Baroroh. baried, 1985: 287). Tetapi munculnya ajaran Ibn al-Arabi yang dikenal dengan ajaran WAhdatul Wujud menimbulkan kegoncangan lagi dalam ilmu tasawuf. Sejak itu lahirlah ilmu tasawuf yang ortodoks dan heterodoks, yaitu ilmu tasawuf yang tetap berpegang pada prinsip bahwa Tuhan Allah itu pencipta alam, dan ilmu tasawuf yang mengajarkan bahwa Tuhan Allah itu sama dzat dan wujudnya dengan alam.