Halaman:Wawacan Gandasari.pdf/114

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

101

Sehubungan dengan itu, Prof. Dr. H.M. Rasyidi (1986) selalu mengingatkan kepada generasi muda untuk belajar (termasuk di dalamnya tasawuf) "Kita harus ingat bahwa tasawuf muncul dalam sejarah Islam sebagai reaksi-reaksi atas pengikut-pengikut Nabi Muhammad SAW yang berubah sikap. Mereka berjuang dengan Nabi dalam penderitaan, tetapi ketika Nabi telah tiada dan kekuasaan Islam meluas, para pengikut Nabi tersebut lupa diri tergiur oleh benda dan kekayaan. Maka timbullah orang seperti Abu Dzal Alghiifari yang hidup sederhana, memakai pakaian sederhana yang terbuat dari bulu kambing. Di situlah terdapat arti gerakan ini, yakni memakai pakaian shuuf 'bulu' (Rasyidi, 1986: 20).

Sebelum melangkah lebih jauh, kita tinjau kembali dan menilai sikap kita terhadap tasawuf. Tasawuf adalah Produk ajaran Islam dan merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang disebut akhlak. Akhlak adalah lebih merupakah hasil dari setiap kegiatan ibadah (ibadah mahdhah dan ibadah umum) bukan tujuan.

Untuk lebih mengenal tasawuf, maka hendaklah mensejajarkan antara pikiran dan rasa, sebab apabila tidak akan terjadi kepincangan dalam hidup. Keduanya harus saling membantu dan memperkuat agar tetap harmonis dan diri manusia atau tenaga pikir harus memperkokoh dan membantu tenaga rasa dan janganlah merusak atau melemahkan rasa keyakinan. Sebab rasa dan keyakinan tidak dapat dilenyapkan dari diri manusia betapa pun tinggi tingkat pikiran dan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Jadi pada kesimpulannya tasawuf adalah merupakan pendidikan rokhani manusia yang menyangkut rasa (bagian dalam). Atau tasawuf adalah suatu cara untuk membersihkan diri (hati), memadamkan sifat kelemahan, mendekati sifat suci kerokhanian, menjauhi seruan hawa nafsu, berjuang menangkal pengaruh instink, memegang teguh janji dengan Allah SWT; Clan mengikuti contoh Rasulallah (Hamka, 1978 : 83).

Hamka, dalam bukunya yang berjudul 'Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya', menyebutkan bahwa pokok pangkal