Halaman:Wawacan Gandasari.pdf/115

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

102

tasawuf yang sebenarnya adalah kembali kepada Tauhid, harus dipadukan dalam Iman, Islam dan Ihsan, Cinta kepada Tuhan dengan tulus hati dari sungguh-sungguh akan terasalah bahwa diri ini tidak ada artinya sama sekali jika tidak dileburkan ke dalam kehendakNya, ini bukan berarti bersatu dengan dzat Allah, melainkan bersatu dengan alam, dengan seluruh perikemanusiaan. Oleh karena itu bertasawuf bukan semata-mata menolak keduniawian atau menjauhinya dan bukan pula menolak hidup, tetapi meleburkan diri ke dalam gelanggang masyarakat.

Setelah mengungkapkan naskah Gandasari ini, kita dapat melihat gambaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terungkap pola pikir masyarakat pendukungnya. Dari uraian naskah Gandasari dapat diungkapkan beberapa masalah yakni : Hakekat Tuhan, hakekat hidup dan alam sekitar, hakekat manusia.

Tuhan sebagai nuclear (inti) dari segala sumber kehidupan aoalah tujuan utama dan pusat segala aktifitas manusia yang ditujukan ke sana. Manusia, alam dan segala bentuk aktifitas di dunia hanya berdasarkan kepada garis iradat dan kudratNya. Makhluk-makhluk (manusia dan alam) tak dapat melepaskan diri dari gerak ruang dan waktu, sehingga hakekat manusia hanya mencari marifat dari iradat dan kudratNya. Tuhan sebagai sumber energi dan manusia adalah sebagian dari makhluk yang diberi energi tak lepas dari kehendaknya, dalam memfungsikan dirinya dengan energi-energi lain yang ada di dunia, sebagai suatu cara untuk mendapatkan maqom 'tempat' tertentu di sisi Allah.

Energi yang diterima manusia terdiri dari tujuh bagian, yaitu hayawiun, nur, sir, roh, nafsu, akal, dan jasad. Di mana ketujuh bagian ini memiliki kekuatan-kekuatan yang mandiri sehingga manusia dibentuk dan diwujudkan oleh hal atau energi ini. Bagi manusia yang sadar dan mampu mempergunakan ketujuh energi ini dapat dikatakan sebagai orang yang sempurna dan tahu akan jati dirinya.