Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

„Soehoe tidak usah berketjil hati. Umpamakata peristiwa ini tersiar, soehoe tidak akan mendapat malu. Chalajak ramai kaum kang-ouw tentu bisa memberikan pertimbangannja. Sebenarnja, siapakah jang berani mempermainkan piauwkiok kita ?”

Tjeng Loen mengerti seperti muridnja itu. Adalah sipenunggang kuda putih, jang romannja sebagai seorang mahasiswa, jang membuatnja berpikir keras. Siapa pemuda itu, jang demikian liehay?

Sore itu, selagi Tjeng Loen tungkuli diri didalam kamarnja, satu djongos hotel datang masuk dan menjerahkan kepadanja satu bungkusan.

„Seorang pemuda jang menunggang kuda, menjampaikan ini, katanja untuk dipulangkan kepada Tjian Piauwtauw”, djongos itu menerangkan.

Tanpa membuka lagi bungkusan itu, Tjeng Loen sudah lantas mengutuk tak habisnja. Bungkusan itu berisikan panah berikut kantong piauwnja.

Diam² Djin Tjoen mengagumi pihak musuh, jang sudah mengudji gurunja itu. Rupanja dengan mengembalikan panah dan piauw itu, musuh tidak djeri lagi. Inilah sebabnja kenapa musuh menan- tang dalam satu bulan.

Tadinja murid ini mengusulkan untuk susul sianak muda untuk tjari tahu tempat kediamannja, akan tetapi Tjeng Loen tidak setudju, katanja pertjuma sadja, mereka toh bakal bertemu nanti di Kangpak.

Setelah dapat menenangkan diri, Tjeng Loen berkata pada muridnja : „Besok kau turut sisoeya tjelaka itu pulang ke Souw-tjioe. Kau biarkan sadja umpama kata tiehoe hendak menawan anak-isteriku dan mensita rumahku atau piauwkiok! Anak, inilah nasib, maka kalau nanti kau mesti mengerem beberapa bulan didalam pendjara kau toh tidak bakal sesalkan aku, bukan ?”

„Djangan mengutjap begitu, soehoe !” kata Djin Tjoen dengan tjepat. „Untuk soehoe, djangan kata baharu dipendjarakan, dibunuhpun aku rela. Hanja sekarang ini kemana kiranja soehoe berniat pergi ?”

Tjeng Loen memainkan dua bidji tohnja sebelum ia memberikan djawaban.

„Segera setelah hari terang, besok hendak aku pergi ke Yam_shia”, ia djawab muridnja. „Disana ada sahabatku jang aku hendak minta bantuannja”.

51