Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/53

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

„Tjian Loopiauwtauw, aku harap kau sudi ketahui”, demikian nona itu,,,Emas ini sebenarnja adalah emas Tiong-ong-Lie Sioe Seng jang telah disimpan didalam Tiong-ong-hoe, istananja. Sipembesar djahat telah mendapatkannja, dia lantas mengangkangi, untuk dipersembahkan kepada pemerintah Boan, untuk mengambil hati! Maka itu, bisalah dimengerti djikalau kaum Rimba Hidjau di Selatan dan Utara Sungai Besar mesti mendapatkan harta ini, tidak peduli dengan djalan apa ! Tentang kesulitanmu, kami telah dapat ketahuinja. Kau tidak tahu duduknja hal, kau kena didjual sipembesar djahat, Sekarang maafkan kami, tidak dapat kami temani kau lebih lama lagi, akan tetapi, didalam tempo satu bulan, bolehlah kau pergi ke Kangpak untuk mentjari kami!”

MONDAR-MANDIR.....

Tjian Tjeng Loen bungkam, ia mendongkol bukan main. Mau atau tidak, ia mesti adjak rombongannja kembali ke Tiangkeng-tin, kerumah penginapan. Disini ia segera diganggu In Soeya. Sekertaris tiehoe itu segera mendesak dengan pertanjaannja berulang² apa jang hendak dilakukannja ? Ia pun diintili sadja, se-olah2 sisekertaris takut Tjeng Loen nanti melarikan diri ...........

Satu kali piauwsoe ini habis sabar. Ia tjekuk pundak sisekertaris, ia pentang pintu kamarnja dan mendorongnja dengan keras, hingga terpelanting, lalu ia tutup pintu dengan digabruki !

Setelah ini barulah In Soeya tidak terlalu mendesak lagi. Ia mau mengerti kesulitan Tjeng Loen bahwa djuga piauwsoe itu adalah orang jang memegang kehormatan. Tapi ia sendiri tidak bisa diam sadja, maka ia utus satu serdadu, untuk segera pulang ke Souwtjioe, guna menjampaikan laporan kepada To Tichoe.

Tjeng Loen dan muridnja bingung bukan kepalang. Walaupun ia dibudjuk dan didesak pada waktu ia menerima tugas melindungi angkutan emas dan puteri tiehoe itu, ia toh telah berdjandji dan telah memberi tanggungan, maka sekarang, dengan hilangnja emas jang berdjumlah sangat besar itu, ia sukar lolos dari tanggung djawabnja. Apa ia mesti bikin sekarang ? Dalam saat pikirannja ruwet, ia tidak dapat berentjana, demikian djuga muridnja.

Achir²nja Boe Djin Tjoen menghibur: „Djika peluru api soehoe tidak hilang tertjuri, hari ini tidak nanti kita nampak kegagalan. Mereka itu menggunakan akal-muslihat, perbuatan mereka tidak bagus.

50