Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sabet dengan tangan kanannja hingga putus seperti terpapas kampak, dan rubuhnja pohon mendatangkan suara keras dan berisik. Kawanan oppas mendjadi kaget dan lompat menjingkir, supaja tak sampai kena ditimpa.

Dengan sebat Djie Ie menjangga pohon jang rubuh itu, jang beratnja ratusan kati. Ia peluk pohon itu dan mengangkatnja, hingga orang tersengsam untuk kesebatan dan tenaganja jang besar itu; kemudian dengan sabar, ia menurunkannja kembali.

In Siang melengak, lidahnja diulur keluar.

„Sekarang tjoba kamu timbang²!“ Djie Ie berseru kepada kawanan polisi itu. „Tjoba pikir apakah kepala andjingmu sekuat pohon ini? Djikalau aku lajani kamu dengan menggunakan sendjata tadjam, itulah berlebihan, Maka hendak aku lawan kamu dengan tanganku jang kosong ini ! Hajo, siapa jang madju? Apa kau, dua tuan kepala polisi?“

Koei Soe simpan goloknja, ia lantas memberi hormat; pada wadjahnjapun tersungging senjum litjiknja.

„Djangan gusar, tuan“, katanja dengan pelahan. „Kami sedang mendjalankan titah, terpaksa kami berbuat begini. Sekarang tugas kami sudah selesai, kami mohon pamitan“. Ia lantas putar tubuhnja, tangannja memberi tanda : „Lekas berangkat ! Untuk apa kamu berdiam sadja? Eh, apakah kamu tidak dengar?“ Terus ia sendiri dengan adjak In Siang, ngelojor keluar

Thio Tian-soe mendjura ber-ulang² kepada Djie Ie, ia menghaturkan maaf.

„Kami sudah memeriksa, disini tidak ada orang djahat“, katanja, „sebentar kami pulang, akan kami ee ke hal jang sebenarnja. Aku tanggung segala apa beres!“

„Hm!“ Djie Ie perdengarkan edjekannja. Ta bukan hendak melawan negeri, karena itu, ia biarkan rombongan itu angkat kaki.

„Tjit-siok hebat kau punja Tjoe-see-tjiang!“ memudji anak² Ban Tijiong.

Djie Ie tjuma bersenjum.

„Sekarang kita mesti lekas bekerdja!“ katanja. Akan tetapi ia terlambat.

Thio Tian-soe dan rombongannja lari pulang untuk segera bekerdja. Ia beri laporan di-buat² kepada tjamat dari Kieyong, lalu tjamat ini melaporkan terlebih djauh pada wedana, untuk timpakan kesalahan pada Kok Ban Tjiong, jang dituduh sebagai pembunuh dari dua keluarga Ong dan Touw. Wedana, jaitu tiehoe, dari Kang-

22