Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/22

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

bareng : dirumahnja dan di Taman Bunga Toh. Dirumahnja diantara anggota² keluarga, ditaman bersama sahabat²nja,

Bagaikan turun dari langit, demikian bahaja telah datang menimpa, Dalam djumlah empatpuluh djiwa lebih, orang² polisi dan serdadu dari kewedanaan dan ketjamatan meluruk kekedua tempat Ban Tjiong itu.

Ketika itu Ban Tjiong berada divillanja. Ia lihat suasana buruk, ia biarkan orang melakukan penggeledahan. Ia tjuma bisa berlaku merendah, bitjara dengan manis terhadap hamba² negeri itu, sedang saudara²nja ia budjuk untuk bersabar, Ia anggap, dengan berlaku sabar dan menurut, urusan bisa dapat disudahi setjara gampang. Ia tahu, ia tidak bersalah.

Akan tetapi ia lagi diintjar. Sesudah penggeledahan, sehingga banjak perabotnja petjah-rusak dan tak sedikit jang dirampas, ia sendiri hendak dirantai, untuk digiring kekantor.

Hampir Say-Phoa-An Ang Soe Sioe tak dapat kendalikan diri lagi. Sjukur Tie Tiauw Lan jang sabar dan berpandangan djauh, bisa mentjegah ia dan membudjuk dia, Dikatakannja bahwa sesampai dikantor tjamat, sesudah berbitjara, pastilah kakaknja itu dapat pulang dengan tidak kurang suatu apa ......

Selagi divilla terdjadi penggeledahan dan penangkapan atas diri Ban Tjiong, dirumahnja keadaan terlebih katjau-balau. Bukankah disitu tidak ada tuan rumahnja dan jang ada semua keluarga peremppuan ? Maka kesudahannja hebat luar biasa.

Ibu Ban Tjiong sudah tua — usianja sudah delapanpuluh tahun — dan berpenjakitan. Ibu ini berdiam disebuah rumah ketjil terpisah dari rumah besar, Ia sedang rebah beristirahat ketika ia mendjadi kaget mendengar suara berisik hamba² negeri itu jang berlaku kasar dan galak, jang memaksa masuk menggeledah. Karena terlalu kaget, njonja tua itu djadi pingsan, hampir dia tak sadarkan diri lagi.

Kedjadian itu telah membuat meluap hawa amarah seorang anak muda, jang kebetulan berada dirumah itu dan menjaksikan kebiadaban kawanan hamba negeri itu. Memang ia sudah merasa tidak puas, Malah ia tidak setudju sikap lemah dari Ban Tjiong, jang terlalu mengutamakan keselamatan diri sendiri hingga kehormatan mereka seperti diabaikan. Maka itu, ia hendak memberikan adjaran.

Djie Ie adalah pemuda, itu, umurnja baru duapuluh-empat tahun. Ia murid Oey Yap Toodjin dari Boe Tong Pay. Disamping ilmu silat umum, ia mejakinkan Tjoe-see-tjiang, Tangan Merah, hingga ta-

19