Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Peristiwa dua keluarga Ong dan Touw itu terlalu hebat untuk pembesar² jang bersangkutan, Sangat sebat dan sempurna Lioe Hong Hoa bekerdja. Sesudah Kwee Liok dibawa menjingkir, rumahnja sendiri dibakarnja habis, hingga tidak ada bekas²nja lagi jang dapat didjadikan bahan penjelidikan. Maka penguea mendjadi buntu.

Wedana dari Kangleng dan tjamat dari Kie-yong, terutama orang² polisi sebawahan mereka, sudah bekerdja beberapa hari, hasilnja tidak ada. Mereka sudah kewalahan, ditambah mereka djuga mendjadi menghadapi kesulitan. Waktu itu di-propinsi² Shoatang, Hoolam dan An-hoei, keamanan terganggu oleh huru-hara dari apa jang dinamakan pemberontak Liam-koen, sedang sepakterdjang Lioe Hong Hoa itu dipandang hebat. Biasanja pembesar negeri bentji berbarengpun takut terhadap perbuatan pendjahat jang main rampok, bakar dan bunuh. Maka djuga kedua pembesar itu didesak hampir setiap hari oleh atasan mereka, supaja perkara lekas dibikin terang.

Demikianlah, sesudah habis daja, sedang desakan tak henti²nja datang, orang mengambil djalan menangkap ikan diair keruh. Untuk ini, mereka tak peduli pertimbangan apa djuga. Tak apa mereka terdesak kalau karenanja, saku mereka bisa diisi padat, dan asal perkara dapat diredakan, Tindakan mereka ini adalah pemerasan !

Kok Ban Tjiong berharta, tetapi tanpa tulang punggung; diapun tengah diintjar, maka kali ini dia jang didjadikan sasaren. Memang ada djuga hal² jang bisa didjadikan alasan, ialah Ban Tjiong mengerti silat, anak²nja, lelaki dan perempuan pada mejakinkan ilmu itu. Siapa mengerti silat, ia mesti radjin melatih diri, dan diwaktu melatih, latihannja itu mesti diketahui orang. Demikian djuga sudah terdjadi dengan keluarga Kok ini. Disamping itu, saudara-angkat Ban Tjiong terdiri darj pelbagai golongan: ada imam, ada piauwsoe, ada guru silat, djuga jang membuka rumah perguruan atau menerima murid, sedang sahabat²nja asal lain tempat, terdiri dari matjam² orang, jang sering datang berkundjung. Didesa seperti itu, tidaklah itu semua menjolok mata ?

Maka datanglah suatu hari jang naas, walaupun sebenarnja itu adalah hari raja, ialah Toan Yang Tijiat, harian pesta Peh-tjoen untuk memperingati djasa Koet Goan. Seperti semua orang lain, Ban Tjiong pun merajakan hari besar itu, malah didua tempat ber-

18