Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

„Bukankah siangkong hendak mewakilkan aku mendjaga rumahku ?” tanjanja kemudian mengawasi. „Harap siangkong djangan tertawakan aku, kami orang melarat, dirumahku ini sepasang sumpitpun tidak ada !.....” Hong Hoa tertawa, tangannja di-gojang²kan. „Empé, pergilah, djangan kuatirkan apa djuga”’, katanja. „Barang apa djuga jang hilang dari rumahmu, akan aku ganti! Aku tanggung, tidak ada serupa djuga jang kurang !” Dan tanpa menunggu djawaban, ia mengedipi mata katjungnja, jang ia pesan : „Ingat ! Lekas pergi, lekas pulang!” Tjouw Po mengerti. Tanpa bilang suatu apa, ia angkat tubuhnja siempé, untuk dinaikkan kepunggung kuda. Ia sendiri lompat menjusul, duduk dibelakang empé itu. Maka setelah ia menarik tali les, kuda putih itu lantas geraki keempat kakinja.

Sedjak itu, penduduk desa Peng-san-tjun ini tak pernah melihat Kwee Liok pula, malah A Hong, njonja mantunja, berikut Mauw Mauw, tjutjunja, turut lenjap seperti ditelan gelombang laut, tidak ada bekas²nja lagi. Begitu djuga dengan Ho Siang, anak jang naas jang difitnah Ong Kam-seng itu ...... Tengah malam itu dirumah Lioe Hong Hoa jang terdiri dari tiga ruangan dan terawat baik, telah terbit bahaja api. Api telah memusnakan seluruhnja, hingga esok harinja tinggal reruntuh dan abu sadja. Lioe Siangkong lenjap tidak keruan kemana, demikian djuga kuda merah api dari Tjouw Po. Penduduk kampung mendjadi keheran-heranan. Tapi itu belum semua. Siangnja datang orang dari Thian.ong-sie, jang membawa tjerita bahwa tadi malam djam tiga, rumah Ong Kam-seng sudah didatangi dua tetamu malam jang tidak diundang. Mereka itu bukan sadja telah bawa kabur semua uang emas dan uang perak berikut barang² permata, malah djuga seluruh anggota keluarga Ong jang berdjumlah empat djiwa prija dan wanita telah terbinasa, tidak terketjuali satu budjang perempuan jang sangat dipertjaja, jang majatnja kedapatan diruang dapur. Semua orang heran hingga mereka mendjadi bingung, Satu pada lain mereka saling bertanja, didalam hatinja, mereka men-duga².

Lalu tengah harinja, waktu baru sadja orang habis bersantap terdjadilah hal jang membuat mereka berkuatir, hati mereka kebat-

13