Ja, kita rampok. Nanti saudara akan mendapat bantuan dari anak buah saja untuk meledakkan apa² jang perlu, sementara itu saudara bekerdja. Bagus? Nah, uang itu harus saja dapat. Nanti saja akan keluar negeri dan saudara mendapat djuga bagiannja, atau kita sama2 pergi keluar negeri! Itu uang tabungan saja sendiri! Uang saja sendiri!”
„Rentjana jang besar, saudara Han!” kata saja tersenjum mengedjek: Tetapi sudah pastikah saudara kalau saja mau mendjadi kompanjon saudara?!”
Dia terperandjat agaknja. Mukanja djadi merah, tetapi berganti tersenjum manis dan menepuk bahu saja.
„Kaget saja, saudara! Tidak baik menolak hal itu, karena saja berkuasa dalam kota ini dikalangan kita!” katanja sambil tersenjum pahit dan mengedjek.
„Saudara memaksa?!”
Dia mengangguk dan tersenjum menjeringai.
Hal ini tak baik untuk diteruskan menentang dia. Mungkin sekali lagi membantah berarti maut. Djadi haruslah kehendaknja dituruti, tetapi harus saja ketahui dulu siapa² anggautanja dan djual mahal pada dia.
„Bagus, kehendak saudara terlaksana sudah!” kata saja: „Tetapi bagaimana saja tahu kalau saudara tepati atau tidaknja tentang pembagian uang itu!”
„Han Ping Lok tidak pernah berlaku tjurang!” katanja menjombongkan diri.
Saja memandang Manuel jang sedjak tadi berdiamkan diri sadja. Dia mengangguk dan tersenjum. Han Ping Lok memandangi kami berganti-ganti. Tangannja diulurkan, dan kami sambut berganti-ganti.
Sedjak itu dua buah pistol kembali pada saja dan dua buah pada Manuel. Pekerdjaan untuk sementara ditunda, karena harian memuat tentang pendjagaan polisi disekitar seluruh bank dikota.
Pada malam keempat sedjak tawaran Han, saja berdjalan-djalan menurut sepandjang trottoir. Muka saja harus saja sembunjikan, takut kalau² diketahui orang. Djadi sungguh² seperti badjingan.
78