Halaman:Tiongkok Baru.pdf/8

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

menahan hati dan perasaan. Dalam pergaulan sesama para utusan tidaklah pernah soal itu digugat atau disinggung2, rupanja pada maklum sadja keadaannja negerinja masing2. Dengan begitu perhubungan diantara segala utusan adalaih

baik sekali, diliputi oleh suasana persaudaraan dan ramah tamah, harga menghargai dan hormat menghormati. Walaupun kadang2 ada perbedaan pendapat, pertukaran pikiran, debat dll, tetapi suasana tetap baik dan menggembirakan terutama disebabkan oleh sikap dan tindakan dari tuan rumah jang sangat bidjaksana.

Para pembatja maklum sendiri, bagaimana sukarnja me- ngurus dan meladeni tamu. Orang jang sudah ada pengalaman dalam soal ini tentu dapat merasakan. Tamu jang ratusan djumlahnja, datang dari negeri jang berlainan kehidupan dan adat kebiasaannja dengan Tiongkok, dan tamu itu sendiri satu sama lain berbeda-beda pula. “India terkenal dengan banjak matjam pantangan dalam hal makanan, tamu2 Europa berlainan pula keinginannja, mana lagi harus diingat perlainan agama. Ada diantara utusan jang terus-terusan sadja pegang tasbih tapi bukan Islam dan waktu saja sendiri meminta tikar sembahjang, lantas disediakan tiga lapis wol dan sebelah atasnja kain putih jang sangat bersih. Maklum waktu kami sampai di Peking, musim dingin sudah mulai. Semua main wol, sprei, selimur dan lain2. Diatasnja dilapis dengan sutera. Untuk mandi selalu sedia air panas dan air dingin. Boleh pilih mana suka, tinggal memutar kraan sadja.

Soal makanan lagi. Ada jang tidak suka ini, ada pula jang berpantang itu. Ada jang mau makan buahan dengan susu, ada pula jang tidak mau minum teh atau kopi atau bier. Dalam soal makanan ini sadja, kita sudah ta'djub melihat keramahan (hospitality) dan kesabaran orang Tionghoa me- nerima dan mengurus tamu. Segala sikap dan tindakan jang kita alami, menundjukkan bahwa Tiongkok adalah lautan budi dan tempat achlak jang tinggi. Peri kemanusiaan jang dilimpahkan kepada kita terasa betul oleh bathin kita. Bukan oleh pelajan dihotel atau oleh panitia sadja, tapi dimana2, didjalanan, sekolah2, ditoko dan pasar, direstaurant, dalam pertundjukan dsb. Semuanja menundjukkan sikap jang me- lupakan kepentingan diri sendiri dan menghormat serta ingin berbuat baik terhadap orang lain. Memang di Tiongkok sudah teradat bahwa mengurus dan menjenangkan tamu itu adalah soal jang maha penting dan satu malu besar bila tak sanggup menjelenggarakan tamu dengan baik. Lain adat Eropah, jang kadang2 keperluan tamu disuruh bajar oleh tamu sendiri.

Dalam soal makanan umpamanja, kita selalu ditanja, makanan apa jang biasa kita pakai, bagaimana tjaranja jang enak buat lidah kita, apa2 jang kurang dll. sehingga dengan begitu kita merasa malu sendiri, sebab dirumah. dan negeri kita diri, ladenan seperti itu tidak kita djumpai. “Tiap2 jang berlainan agamanja, berlainan djenis makanan jang disukai- nja, diberi tempat tersendiri dan ladenan sendiri2. Seperti kita dari Indonesia, dimana2 adalah tukang masak orang