Halaman:Tiongkok Baru.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

2. INDUSTRI DAN PERBURUHAN.

Pada waktu Tiongkok dibebaskan oleh Tentara Kemerde- kaan Rakjat, keadaan ekonomi sangatlah buruknja, bangkrut sama sekali. Pemerasan Djepang beberapa tahun, dan sesudah Djepang kalah, korupsi besar2an membikin keadaan lebih buruh lagi. Dari bulan kebulan dan dari tahun ketahun (sesudah perang dunia selesai) keadaan bertambah buruk djuga dan tidak ada satu djalan jang kelihatan, tidak satu ichtiar jang sungguh2 dari regime-Kuomintang, untuk memperbaiki keadaan, malahan sebaliknja, karena reaksionernja pemerintah itu, makin lama, negara dan masjarakat semakin dalam dja- tuhnja kedalam djurang dan lumpur kekatjauan dan keme- laratan.

Pada achir tahun 1948, pembatja barangkali masih ingat, puluhan djuta uang Tiongkok hanja dihargai satu dollar Amerika dan kesudahannja, penghargaan terhadap uang itu, hanja dihitung per kilo sadja lagi.

Paberik banjak rusak sedjak zaman pendjadjahan Djepang dan sesudah Kuomintang mengover kekuasaan, paberik2 lantas mendjadi kepunjaan beberapa orang, spekulasi, korupsi, suap, sogok d.s.b. menjebabkan djalannja industri dikota2 tidak ke- ruan sadja. Mana bahan harus di-import. Perdagangan dengan luar makin tidak teratur, selundup d.s.b. biasa sadja. Djawatan Pemerintah, pegawainja tidak pikir lain daripada mengisi kantong sendiri, langgar aturan, dilarang wet d.s.b. masa bodoh. Pokoknja mendapat. Lurus ja boleh, tapi bengkokpun tidak keberatan. Malahan jang bengkok itulah sudah dianggap lumrah. Ajo beramai2 menumbangkan negara dan membawa masjarakat kedalam djurang kerusakan dan lumpur kekatjauan. Bantuan Amerika pada waktu itu sedang membandjir pula. Masih ada pelabuhan, serahkan sadja semua untuk dipakai, oleh bangsa asing.......

Pada waktu kami di Shanghai dan pergi mengundjungi paberik besar kepunjaan partikelir, pemiliknja bertjerita ten- tang kesukaran2 dizaman Djepang dan Kuomintang, terutama mengenai bahan2 dan mesin2. Karena itulah, katanja seterus- nja, jang bisa bertahan sampai sekarang hanja saja sendiri, sedang jang lain², untuk menghindarkan segala kesukaran itu, bila ada tawaran, lantas didjual sadja, atau karena kurang keberanian dan tanggung djawab, menjerahkan sadja pada pembesar2 Kuomintang. Sesudah terdjual, mereka pergi, bia- sanja ke Hongkong. Disana toh bisa bikin paberik baru, pikir mereka.

Memang sesampai di Hongkong kami dengar banjak ten- tang tjerita itu, tapi bukan jang dimaksudkan oleh si indus- trialis di Shanghai itu sadja. Jang lebih banjak malahan, pembesar dan djenderal Kuomintang, jang karena takut, sebe- lum berdjuang, siang2 sudah pergi ke Hongkong, beli rumah, bikin paberik d.l.1. Diantara mereka tidak sedikit jang ajadi