Halaman:Tiongkok Baru.pdf/44

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

dengan soal pengendalian air sungai jang di Tiongkok sering menjebabkan bandjir jang banjak mendatangkan kerugian dan meminta korban. Menurut tjatatan kedjadian sedjak dari tahun 1949 sampai sekarang, sudah banjak kemadjuan jang diperoleh dilapangan itu, artinja, bahaja bandjir sudah dapat dikurangi sedikit dan waduk2 jang digali sudah mempunjai ruang jang djumlahnja djutaan meter kubik. Ini adalah pe- kerdjaan jang sukar dan berat dan menurut keterangan pem- besar2 jang bersangkutan, soal itu masih akan memakan tempo beberapa tahun untuk dapat dibereskan betul. Tapi diingatkan oleh mereka, bahwa daratan bumi Tiongkok dibandingkan dengan djumlah air jang ada (telaga, danau, sungai dll.) tidaklah air itu terlalu banjak, malahan masih kurang. Soalnja tinggal, bagaimana mengendalikan semua air jang ada itu, dan soal ini, walaupun berat dan masih makan tempo banjak, tentu dapat dan harus dapat diselesaikan. Begitulah kejakinan para pembesar itu, setelah memperoleh pengalaman dan meli- hat kesungguhan rakjat untuk bekerdja.

Dalam pada itu, tanah pertanian jang sudah ada sekarang sadja sudah tidak terhingga luasnja. Dahulu kebanjakan ta- nah itu adalah hak milik tuan tanah lebih dari 60%. Pema- kaiannja tidak effisiën. Banjak diantaranja jang terpakai untuk kesenangan. Tani jang mengerdjakannja tidak sung- guh², sebab tahu bahwa hasilnja toch tidak untuk mereka, dan banjak hasilpun tidak akan menolong, hutang tak djuga akan lunas2. Bila seorang tani agak banjak penghasilan, maka tipu daja situan tanah banjak sekali, agar semua hasil itu djatuh ketangannja, dengan berbagai djalan jang tidak sjah. Alhasil, banjak tidak banjak hasil jang diperoleh sitani, hidupnja toch sama sadja, habis panen hasil djatuh ketangan tuan tanah dan mereka hiduplah dari mentjari upah, sesuap pagi sesuap petang, kasarnja, mendjadi budak 100% dari situan tanah, jang kadang-kadang ada djuga mempunjai berbagai matjam perusahaan.

Sesudah tanah dibagi2 sekarang, tak usah disuruh, dengan sendirinja sitani mengusahakan bagiannja sebaik2nja. Mereka merasa berhutang budi betul pada kekuasaan jang memungkin- kan adanja pembagian tanah itu. Apa kekuasaan itu komunis atau tidak, bagi mereka tak djadi soal. Lebih2 lagi berlipat ganda mereka membanting tulang sesudah tahu bahwa Peme- rintah Tiongkok jang sekarang bukanlah pemerintah gerom- bolan korupsi dan pemeras, bukan kakitangan imperialis asing, tapi mereka tahu bahwa Ketua Mao Che-tung sendiri tak punja rumah atau bikin villa, tak punja uang, pakaiannja dan makannja serupa sadja dengan mereka, tidak tinggal digedung besar jang berlebih2an, tidak banjak pidato dan amanat²an, tapi hasil pimpinannja terasa bagi seluruh lapisan masjarakat, terutama pak tani.

Demikianlah gambaran suasana disekitar perobahan tanah. Dan bagaimanakah penghasilan pertanian, sesudah Tiongkok berada dibawah pimpinan Pemerintah Rakjat?

Hasil pertanian jang terutama ialah bahan makanan dan bahan industri (kapas). Jang dua inilah jang harus diutama-