Halaman:Tiongkok Baru.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

belian, dipandang dan diperlakukan tidak beda dari chewan, sungguh tidak djauh lagi dari neraka dunia, penuh kezaliman dan keganasan. Noda ini, jang mendjadi noda seluruh bangsa dan jang mendjadi tjatjat dan pokok kelemahan Tiongkok selama ini, sekarang harus dihapuskan, diachiri atas tanggung djawab Pemerintah Rakjat. Kinilah baru ada satu pemerintah jang berani merobah keadaan itu, setjara radikal, sebab dari situlah tergantung nasib Tiongkok dibelakang hari, dari situ tergantung soal hidup dan mati Tiongkok, timbul atau teng- gelamnja dimasa datang. Oleh sebab itu dengan tidak ragu², apapun jang akan terdjadi, soal landreform ini harus di- teruskan dan diselesaikan.

Dimasa jang lampau, dari abad keabad, hidupnja manusia jang ratusan djuta itu adalah melulu untuk kesenangan bebe- rapa orang sadja, baik bangsa sendiri maupun bangsa asing. Kekuatan bangsa jang sesungguhnja tidak pernah lahir, sebab memang system feodal jang bobrok tidak sesuai dengan zaman modern lagi dan karena itu dilain negeri system itu sudah lama masuk liang kubur, hanja mendjadi ingatan sedjarah sadja lagi.

Dengan adanja landreform, maka sitani akan bekerdja un- tuk kepentingannja sendiri. Dengan sehatnja kehidupan sitani itu, kehidupan masjarakat dan bangsa akan sendirinja sehat pula. Mereka tahu, setelah diberi bagiannja masing2, bahwa tanah jang dikerdjakannja itu adalah kepunjaannja sendiri. Tidak ada orang jang akan mengganggunja lagi dalam hal itu. Bukan itu sadja, hasilnjapun akan mendjadi hak miliknja melulu. Tidak ada orang jang dapat menguasai atau merampas hasil itu nanti setelah dibawa pulang, sehabisnja panen. Terserah padanja untuk mempergunakannja, atau mendjualnja untuk mendapat keperluannja jang lain.

Dari seluruh perobahan jang terdjadi di Tiongkok soal perobahan tanah ini adalah jang terpenting, mendjadi basic- problem dari segala problem, mendjadi tiang teras dari revolusi jang akan mentjiptakan masjarakat dalam negara Tiongkok Baru.

Sewaktu kami berkundjung kedesa2, kira2 30 à 40 km dari kota Peking dan Mukden pernah saja tanja seorang tani: Berapakah sdr. harus mendjual djagung untuk mendapat satu pasang pakaian? Djawabnja Enam gantang! Dan kalau saja tjukupi pakaian keluarga saja, masih ada banjak jang tinggal. Itupun setelah saja serahkan sebagian untuk makanan umum (public grain) jang diurus oleh Pemerintah (sematjam padjak in natura). Hasil tanah saja bukan djagung sadja, tanah tak pernah kami tinggalkan begitu sadja, ketjuali kalau turun saldju. Selalu ditanami. Atau dengan bahan makanan, atau dengan bahan pakaian, kapas atau rami atau lainnja, bahan2 mentah untuk paberik kain, goni dan tali atau kertas. Hasil djagung sadja, saja peroleh sampai 5 à 6 pikul, ada lagi padi ketjil atau gandum. Ternak sajapun sudah ada, ajam, bebek, kambing atau babi. Tahun jang lalu saja beli induk babi dan sekarang tinggal 6 ekor, sesudah ada jang dipotong dan ada