Halaman:Tiongkok Baru.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

berarti bahwa golongan buruhlah jang memegang pimpinan dalam mentjapai kemenangan bagi revolusi.

Djadi antara kapital dan arbeid bukanlah diadu atau dipertentangkan akan tetapi didamaikan. Kapital djangan rugi dan kaum buruh djangan sampai ditindas dan diperas. Adanja golongan dan partaipun demikian pula. Bukan untuk dipertentangkan dan diadu satu sama lain, akan tetapi untuk diadjak bekerdja sama, cooperate satu dengan jang lain. Masing2 mempunjai tugas kewadjiban terhadap negara dan masjarakat. Tidak ada golongan atau partai jang boleh meng- anggap dirinja lebih dari jang lain. Tidak ada jang kiri dan tidak ada kanan. Ukuran hanja satu, bekerdja untuk negara dan masjarakat. Setiap orang bisa, asal ada kemauan, maksud baik kedjudjuran dan keichlasan. Kesempatan dibuka seluas2- nja, ditolong, njata. Tidak mementingkan diri atau golongan akan tetapi mengutamakan kepentingan bangsa dan Tanah Air dan pembangunan masjarakat baru. Inilah jang sudah mendjadi kenjataan di Tiongkok Baru, sekalipun baru dua tahun lamanja berdiri. Semua orang dan golongan bekerdja dengan tidak banjak bitjara. Hasil pekerdjaanlah jang di- utamakan, bukan debat mengenai alasan2 kosong, dengan istilah2 muluk: wetenschappelijk, juridis, staatsrechtelijk, standing internasional dsb., sedang dalam kenjataan terbukti semua kosong melompong, tidak berisi.

Memang kita di Indonesia ini susah memahamkan apa jang terdjadi dan terlaksana di Tiongkok sekarang, sebab adanja tjara berpikir jang hanja logis intellektualistis, jang meng- anggap dan mengira tidak akan bisa terdjadi atau terlaksana sesuatu, bila menurut pendapatnja tidak mungkin didjalankan menurut logika dalam otaknja sendiri, tidak tahu bahwa diluar otaknja jang segenggam itu masih banjak jang bisa terdjadi. Hal ini dapat dimengerti karena tak ada pengalaman dan kemampuan, hanja teori melambung kelangit. Tiongkok sudah kembali kepada aslinja, lahir dan bathin materil dan geestelijk, philosofis, cultureel dan wetenschappelijk. Sedang kita di Indonesia, namanja sadja merdeka. Pengaruh asing masih tetap ada, sedang di Tiongkok sudah bersih sama sekali. Bila dipikir dalam², maka di Indonesia, orang bukan mentjapai persatuan, kerdjasama dan cooperate satu dengan jang lain, melainkan ternjata sekarang masjarakat kita sudah mengalami per-sate-an, akibat anggapan jang hanja tahu ,,benar sendiri", orang lain salah dan tidak betul. Tjuriga mentjurigai, tjem- buru mentjemburui, jang satu menganggap dirinja lebih pandai dan lebih berdjasa dari jang lain, sekalipun njatanja dalam masjarakat belum ada bukti2 bahwa sudah banjak djasa jang telah diberikan guna perbaikan nasib rakjat.

Di Tiongkok demokrasi palsu tidak ada. Bila orang hendak menjogok, jang memberi dan jang menerima, kedua2nja disapu. Pengaruh dan kekuasaan asingpun tidak ada. Rakjat dari bawah sampai keatas sudah terpelihara daripada mulut manis dan gemerintjingannja dollar jang mengintip2 dari negara² jang menganut faham burgerlijke demokrasi itu untuk me-