Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/88

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lampiran


 Jauh sesudah peristiwa kerusuhan Mei 1998, perilaku kolektif yang mirip dengan beberapa kelompok khusus sebelum dan ketika berlangsung kerusuhan dan perkosaan massal itu juga telah menjadi gejala perilaku sekelompok orang.

“Pada tanggal 25 Juni 1998, serombongan mahasiswi perempuan naik mobil pribadi dari HI (Hotel Indonesia) menuju Plaza Indonesia. Dalam rombongan itu ada seorang perempuan Tionghoa. Mereka bertemu dengan sekelompok tentara dan orang-orang dari kelompok itu tersenyum-senyum sambil memberi isyarat seksual khusus tertuju ke mahasiswi yang Tionghoa itu” (Laporan saksi mata, Juni 1998).

 Dari ‘jaringan rencana dan para perencana’, kita beralih ke ‘jaringan operasi dan para pelaku’. Tak terpisahnya jaringan operasi ‘kerusuhan’ dan ‘perkosaan’ itu dapat dilihat dengan sangat jelas pada Tabel 3 diatas. Apa yang membedakan hanyalah pola bahwa tindakan perkosaanpelecehan seksual massal secara jelas diarahkan pada para perempuan Tionghoa dengan konsentrasi kawasan-kawasan huni atau kerja warga Tionghoa (lihat Tabel 1 dan Diagram). Seleksi wilayah dan sasaran korban perkosaan massal secara spesifik ini justru makin membuktikan betapa tindakan perkosaan massal tersebut melibatkan jaringan dan operasi yang sistematis dan terorganisir.

 6. Urgensi Pembongkaran: Fakta Peristiwa

 Rencana dan modus operandi kerusuhan serta perkosaan massal itu dengan sangat jelas melibatkan jaringan yang sistematis dan terorganisir. Sebagaimana terjadinya kerusuhan-pengrusakan bukanlah disebabkan oleh fakta ‘kebetulan’, begitu juga terjadinya perkosaan massal bukanlah peristiwa ‘kebetulan’. Tabel 6 dibawah ini menunjukkan paralel, persamaan dan tak terpisahnya modus operandi kerusuhan dan perkosaan massal.

 Tabel 6 menunjukkan secara lugas betapa ‘faktor kebetulan’ sama sekali bukanlah penjelas dari terjadinya peristiwa kerusuhan dan perkosaan massal itu, baik dari dataran data maupun dari dataran logika yang paling ketat (Cf. ’Dokumentasi Awal No. 1’, hlm. 4-5; No 2, hlm.4):

  1. Kalau perkosaan massal (dan kerusuhan) itu merupakan peristiwa ‘kebetulan’, bagaimana gejala itu bisa dijelaskan oleh fakta keluasan lingkup kejadian dan besarnya jumlah korban?

81