Halaman:Taman Siswa.pdf/62

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dapat kita tundjukkan disini kenjataan, bahwa dua panitya penjelidik pengadjaran, jakni pada tahun '46 dan '47, jang penghabisan menerbitkan laporannja berupa buku, dibawah pimpinan Dewantoro, sedang Konggres Pengadjaran Inter-Indonesia, jang diadakan dalam tahun '49 di Djokja dan konggres pertama jang terpenting setelah konggres tahun '47 di Solo, (karena kekurangan waktu akan persiapan, maka putusan² panitya penjelidik, dan prea-adpis² tahun '47 dibitjarakan dalam instansi ketiga), adalah djuga dibawah pimpinannja.

Setjara batinadadjuga tentu adhesi jang kuat. Sembojan ialah: mendemokrasikan pengadjaran: Hal ini terdjadi a.l., walaupun ada kesulitan² praktis, dalam mendjalankan „sistem berdjalan terus” (doorstromingsbeginsel) dalam pengadjaran kedjuruan. Tetapi djuga dalam keinginan kepada semangat baru dalam pengadjaran jang lebih bertjorak persahabatan dan lebih ditudjukan kepada pendidikan kepribadian, Tentulah di sekolah² pemerintah jang lebih bertjorak resmi itu guru² lebih dahulu mendapat tjorak kepegawaian dari di sekolah² Taman Siswa jang bebas itu, jang dalam hal ini masih berdasarkan tradisi jang berharga (aspek „sosialistis”!) sedang hidup perkumpulan murid² dengan arti memelihara kebudajaan jang penting seperti misalnja latihan menari, adalah kurang mudah dapat dioper. Demikianlah kita boleh mengharap tentu, bahwa hal ini adalah suatu Jangkah kemadjuan bagi Taman Siswa, jang tidak dipunjai oleh sekolah² Pemerintah.

Tetapi memanglah pasti, bahwa hal ini adalah disebabkan waktu jang masih katjau, dimana hanja melandjutkan pengadjaran sadja sering termasuk dalam hal² jang tak tertjapai, apalagi memperbaikinja, apabila dalam bulan Maret '51 Menteri Pengadjaran pada waktu itu, Dr. Bahder Djohan, kembali mengeluarkan sebuah putusan membentuk instansi untuk mempeladjari pendidikan dan pengadjaran, berdasarkan pertimbangan, „bahwa isi, sistem, program dan metodos pendidikan dan pengadjaran jang diberikan sekarang belum berazaskan dasar² kebudajaan dan tjita² bangsa kita”. Penggantinja, Mr. Wongsonegoro, melantik dalam bulan Agustus j.l. panitya jang diperbantukan pada instansi ini, bersama-sama dengan tiga panitya lain, jakni berturut-turut panitya persiapan Dewan Nasional untuk Pengetahuan, panitya penjusun sedjarah nasional Indonesia dan panitya penjelidik kemungkinan mendirikan akademi kesenian. Upatjara ini dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden, dan jang pertama menundjukkan dalam pidatonja keperluan bagi sesuatu bangsa untuk menghidupkan terus semangat nasional. „Ook een volk kan van brood alleen niet leven,” (Djuga sesuatu bangsa tidak dapat hidup hanja dari roti), kata Presiden dan diperingatkannja dengan kutipan-kutipan lain dari Kitab Indjil, djuga dalam bahasa Belanda: „Verkoopt Uwnationale eerstgeboorterecht niet voor een schotel internationale linzen,” (Djangan djual hak-lahir-pertama nasionalmu untuk semangkok katjang buntjis internasional)“ Djuga wakil Presiden Hatta menjatakan kegembiraannja dengan pembentukan panitya² ini, jang kelihatannja mengembangkan daja kreatif, dan

__________

  • Karena perkataan terachir tidak dikenal, jakni „linzen”, utjapan ini dimuat dalam segala suratkabar sebagai peringatan terhadap „semangkok sembojan” (leuzen) internasional”, setjara kritik jang tidak dapat dipakai untuk proses akkulturasi ?

55