dan paling tinggi djuga bagi pemeliharaan barang² kebudajaan, dan pentjipta kebudajaan tetap tinggal bebas.
Ketjuali dari aktivitet Lembaga Kebudajaan Indonesia, jang terutama tampak dalam konggres kebudajaannja tiap² tahun, ternjata djuga, bahwa ada kebutuhan untuk mendjalankan sesuatu politik kebudajaan dalam tahun² pembangunan Indonesia ini, jakni dari pelantikan pada tanggal 22 Nopember jang lalu oleh Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan, Mr. Wongsonegoro, panitya adpis untuk politik kebudajaan jang akan didjalankan kementerian ini. Djadi dalam badan ini boleh dilihat djuga pewudjudan „panitya penjaring” jang diusulkan oleh Dewantoro dalam prae-adpisnja pada tahun ’49. Sebagai ketua panitya ini diangkat S. Mangunsarkoro, sedang Dewantoro termasuk anggotanja. Pembagian kedelapan anggota²nja, (jang setengahnja adalah menteri² lama P. P. dan K.), menurut asal mereka dari golongan penduduk jang paling penting, adalah hampir sebanding, tetapi hampir semuanja ialah pengikut² tjita² kebudajaan Indonesia, jang harmonis tumbuh dari zaman silam dan mereka djuga semuanja berumur diatas empatpuluhlima tahun (ketjuali usia Ds. Mr. Th. A. Rotti dari Menado, jang pada tahun ’46 mendapat titelnja di Amerika). Djadi keberatan dari segolongan pengarang² dan pelukis² muda jang tergolong penting dan masih mendjauhkan diri terhadap kejakinan konservatif, jang telah djuga tampak dalam usia pengurus² Lembaga Kebudajaan, akan berlaku pula untuk panitya ini dan karena itu mereka akan lebih menitikberatkan kebebasan pentjiptaan kebudajaan.
Walaupun begitu, dalam negeri seperti Indonesia jang kendatipun tidak berdiri sendirian diatas dunia, tetapi dimana pemerintah masih mempunjai tugas jang demikian besarnja terhadap rakjat, terutama dalam lapangan pengadjaran, lebih lagi dari ditempat manapun didunia, politik kebudajaan jang aktif banjak artinja, jakni salah satu kemungkinan penting untuk mempengaruhi tjiptaan kebudajaan. Walaupun keaslian adalah nilai tjiptaan, tetapi tiap² seniman „pentjipta” mendapat dasarnja sebenarnja dari suasana dimana ia dibesarkan. Mudjurlah dorongan ekspansi djiwa jang demikian kentara itu bagi tiap² proses „bangun dan hidup kembali”, keinginan untuk mengetahui segala-galanja dimana-mana didunia, masih banjak djuga terdapat di Indonesia.
Disamping segolongan jang dalam teori seperti disebutkan diatas mendapat kemungkinan untuk membuat pertjobaan² dengan kegembiraan jang besar, masih ada djuga segolongan lain seperti telah kita sebutkan didepan ini jang dengan sadar berpedoman kepada dunia internasional, dengan harapan jang tenang, bahwa watak sendiri akan terdjelma dalam tjiptaan sendiri.
Sebab itu lebih dari untuk seniman² teori² ini adalah penting untuk pengadjaran. Dan dengan ini kita sampai kepada atjara jang djuga penting sekali untuk pembitjaraan ini, jakni pertanjaan sampai dimana nasionalisasi pengadjaran jang didjalankan oleh Republik membawa kita kepada pengoperan metodos² sekolah² nasional, djadi kepada kemenangan moril mereka.
Sjarat² untuk kemenangan ini baik sekali dari semula, seperti jang telah sewadjarnja dan seperti jang telah kita lihat bahwa itulah djuga harapan pasti dari kebanjakan guru²nja. Djalannja keadaan² setjara lahir memenuhi sjarat kemenangan ini: disamping pangkat menteri kedua pemuka² Taman Siswa itu masih djuga
54