penyelidik itu sudah berada di Jambi, tetapi dalam penyelidikan hanya ditentukan bagian sungai Jambi-Muara Tembesi, karena agen politik pada waktu itu sedang menunggu selesainya perundingan mengenai kemungkinan diadakannya perjumpaan dengan Sultan Thaha Syaifuddin dan pengikut-pengikutnya. Agen politik khawatir bahwa perundingan akan mengalami kegagalan apabila pada waktu itu diadakan pameran kekuatan militer.
Setelah diketahui bahwa rencana mengadakan perjumpaan antara fihak Belanda dengan Sultan Thaha Syaifuddin tidak dapat dilaksanakan, penyelidikan dilanjutkan ke arah mudik sungai. Pada akhir Nopember 1900 penyelidikan di daerah sekeliling pangkalan utama selesai. Rencana pembuatan jalan Jambi-Muara Tembesi selesai diteliti. Demikian pula penyelidikan di sepanjang sungai untuk menentukan jalur yang dalam, terutama di jalan sungai sempit di selat passage.
Karena semua yang dianggap berat sudah selesai, maka pada tanggal 2 Desember 1900 kedua kapal penyelidik itu melanjutkan pelayarannya ke mudik sungai Muara Tebo. Kapal "Ceram" berhenti sampai di tempat itu, tetapi kepala "Tamiang" melanjutkan pelayarannya sampai beberapa jam melampaui muara sungai Jujuhan. Dalam perjalanan pulang diadakan pelayaran ke mudik sungai Tebo sampai Muara sungai Pelepat.
Hasil penyelidikan ini menunjukkan bahwa sungai-sungai itu tidak memungkinkan untuk dilayari lebih ke mudik lagi. Sikap penduduk di mana-mana kelihatan bersahabat, meskipun agak menjauh (16, p. 19).
Kemudian ternyata bahwa sikap penduduk yang dikatakannya tidak memusuhi pihak Belanda itu, disebabkan adanya perintah dari Sultan Thaha Syaifuddin untuk tidak mengganggu kapal-kapal penyelidik itu sampai ke teluk Kayu Putih (muara sungai Jujuhan).
Pada bulan Januari 1901 penyelidikan lapangan diteruskan sampai ke dekat muara sungai Tembesi dengan perlindungan patroli. Hasil penyelidikan ini menunjukkan bahwa bahan-bahan keterangan yang pernah dikumpulkan oleh komandan militer Palembang pada garis besarnya benar.
Penyelidikan lebih jauh ke arah mudik sampai sungai
61