Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/57

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
Kecuali itu perlu penempatan ambtenar dan sarana perhubungan untuk menjamin lancarnya komunikasi yang baik antara pos-pos itu dengan pusat pemerintahan di Jambi dengan kapal-kapal sungai.
c. Kalau dalam melaksanakan rencana ini ditemui perlawanan, akan diadakan juga pendudukan di Pemahat di Muara Sungai Maringin dan di Soro Langun Jambi, ditambah dengan penempatan dua kompi yang diperlengkapi dengan satu seksi artileri pegunungan di dusun Tiga. Selain itu akan ditempatkan juga pos-pos militer di Simalidu (Hulu sungai Batang Hari). Pos-pos ini akan bersikap pasip, sebab tugas utamanya adalah menutup keluar masuknya candu, garam dan hasil-hasil lainnya dengan bantuan marine untuk memaksa penduduk menyerah.
d. Untuk pengamanan pendirian pos-pos diperlukan satu batalion infanteri dan empat seksi artileri pegunungan.
e. Kalau langkah-langkah tersebut tidak berhasil, akan dilakukan ofensi :
1). Di sepanjang sungai Tebo dengan dua batalion infanteri dan satu battery artileri pegunungan.
2). Di sepanjang Sungai Maringin dengan satu batalion dan satu artileri pegunungan.

Dengan keadaan genting, dianggap perlu mengerahkan enam batalion dengan lima seksi artileri pegunungan, satu kompi pasukan zeni, dua belas meriam 9 cm M.Y. dan dua belas mortir (16, p. 12).


3. Letnan Kolonel W.G.A.C. Christan

Pada tahun 1900 kepada Let. Kol. Christan, komandan militer Belanda di Palembang pada waktu itu, juga diminta pendapatnya. Let. Kol. Chritan menentang diadakannya perang penaklukan dan meletakkan daerah Jambi langsung di bawah kekuasaan pemerintah Belanda. Ia berpendapat bahwa hal itu akan menjadi beban material dan finansial yang melampaui kemampuan pemerintah dan hanya mengakibatkan perang Aceh kedua.

Kebalikan dari itu, ia berpendapat bahwa tindakan pemerintah harus tidak lebih dari mengadakan intervensi (campur

52