Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/56

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sejak Belanda menurunkan Sultan Thaha Syaifuddin dan menyerbu "Istana Tanah Pilih" pada tahun 1858 sampai tahun 1900.


B. PERSIAPAN TINDAKAN MILITER

Mengenai bagaimana melaksanakan cara militer kalau keadaan telah memaksa ada beberapa pendapat:

1. Residen Pruys Van der Hoeven

Pada tahun 1879 Residen ini telah mengusulkan penduduk daerah uluan Jambi, antara lain: penempatan ambtenar-ambtenar di Muara Tabir dan Muara Ketalo yang dilindungi Polisi Dinar. Tetapi usul ini tidak mendapat sokongan. Pada waktu itu ada pendapat, apakah penempatan militer di Muara Tabir dapat dipertimbangkan? Penempatan seperti itu pada prinsipnya memang telah diterima Pemerintah, namun tidak dapat dijalankan, karena adanya nasehat bersama komandan-komandan militer dan angkatan laut.

2. Letnan Kolonel C.A.F.F.R.J. Romswinkel

Pada tahun 1880 pemerintah memberikan tugas kepada Let. Kol, Romswinkel, komandan militer di Palembang untuk mengemukakan pandangannya tentang kemungkinan tindakan terhadap Jambi. Dalam laporannya yang panjang lebar, perwira menengah ini memberikan kesimpulan sebagai berikut:

  1. Untuk selamanya Pemerintah Belanda harus menguasai daerah itu dan tidak boleh menyerah kalah terhadap raja yang sudah disingkirkan serta membantu menegakkan pemerintah Sultan dengan keharusan membantunya dengan pengorbanan dan pengeluaran anggaran yang besar
  2. Untuk tujuan itu selain tindakan-tindakan biasa, sebagai langkah pertama kita (pemerintah) harus menutup mengalirnya senjata, garam dan Iain-lain, menempatkan pos-pos militer dengan kekuatan satu kompi yang dipersenjatai dengan dua meriam dan dua moritir.
  1. Di Muara Sungai Tembesi.
  2. Di Muara Sungai Tabir dan
  3. Di Muara Sungai Tebo.

51