Halaman:Siti Kalasun.pdf/94

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

orang lain,bermacam-macam pikiran datang, elok saya buang segala buruk, begitu pikiran nan ada.

 Kapal berlayar siang malam, lepas dari Bengkahulu, hendak menjelang Teluk Bayur, rasa didorong agar cepat sampai, rasa akan sampai ke Bukittinggi.

 Kelihatanlah pantai nagari Padang, tampak menghijau Bukik Barisan, senang hati sejuk pikiran, merapat kapal di Teluk Bayur, turunlah Sutan Sari Alam, menenteng koper di tangan, koper bekas bertambal-tambal, banyak uang kertas di dalamnya, karena buruk koper nan dibawa, pencuri tidak mau mengikuti, halus benar akal si Alam, seorang pun tidak tahu, seperti harimau menyembunyikan kuku.

 Disewa kereta ke Padang Panjang, kereta api pukul sebelas,orang banyak dalam kereta, sampai kereta di stasiun Padang, pindah kereta ke Bukittinggi, kereta berjalan seperti terbang.

 Lepas nan dari Padang, hendak menjelang Lubuk Alung, terasa lapar haus badan, dibeli nasi di Lubuk Alung, nasi dibungkus gulai ayam, dimakan di atas kereta, sampai di Padang Panjang, naik bendi ke Silaing, tiba di kampung Silaiang, tampak orang tua lakilaki, dihampiri orang tersebut, “Manalah mamak nan di sini, saya mau bertanya, dimana rumah si Katijah, orang Koto Silaiang, anak mandeh Anun penjual bika,” berkata Sutan Sari Alam.

 Mendengar kata demikian, menjawab orang tua itu, berkata sambil menjunjuk, “Itu rumahnyaberjenjang batu, rumah gadang bergonjong empat.”

 Lalu dihampiri rumah tersebut, berkata Sutan Sari Alam, “Beri lurus saya bertanya, di sini rumah Katijah?”

 Menjawab orang dalam rumah, “Naiklah ke rumah Tuan dahulu, saya nan bernama Katijah, datang dari mana Tuan?” berkata orang itu.

83