Halaman:Siti Kalasun.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

 Teringat dengan mandeh kandung, sejak berjalan ke Medan, siapa orang menolongmandeh kandung, rasanya kelihatan Siti Nurani, adik kandung belahan badan, teringat adik dengan mandeh berlinang-linang air mata.

 Berkata si Malin Saidi, “Manalah Sutan Sari Alam, dua tahun kita di sini, uang tidak ada tersimpan, ada nan merusuhkan, benar ke badan diri, saya memiliki anak dua orang, anak rasa di ruang mata, mandehnya orang miskin, tidak memiliki sawah dan ladang, hidup menjadi kutu pakan”, selama kami bersama, belum pernah menikmati senang.”

 Berkata Sutan Sari Alam, “Ada orang dari Banjarmasin, baru datang dari situ, Orang kaya di Banjarmasin,ia membawa kapal sendiri.

 Menurut nan didengar, mudah sekali mencari uang, asal ada kepandaian,sebab kenapa begitu, orang berdagang tidak ramai, negeri ramai lalu lintas, kalau kita pergi ke dia, mungkin ditolong orang itu, orangnya pengasih dipandangi.”

 Mendengar kata demikian,tergelak Malin Saidi, senang hati mendengarkan, lalu berjalan keduanya, sambil berbincang-bincang, mencari kata mufakat, orang senasib seperuntungan.

 Sudah lama berjalan, berjalan menepi-nepi, sampai dia di kota Medan, ramai sekali orang dijalan, hari Minggu masa itu, hari hiburan orang bekerja, sampai keduanya di Tapekong, berjalan ditepi toko, sambil melihat-lihat ke dalam, tampak oleh mereka, orang Banjar sedang duduk, duduk memotong rambut.

 Mereka berdua duduk di luar toko, menanti orang Banjar, selesai memotong rambut, dengan tukang rambut orang Cina,tidak lama setelah itu, keluar orang Banjar, diiringi dari belakang, diraih tangannya oleh Sari Alam, orang itu melihat ke belakang, di situ berkata Sari Alam, “Saya bertanya pada tuan, benarkah tuan orang Banjar, nan baru datang dari Banjarmasin?”

12) Hidup sengsara

71