Halaman:Siti Kalasun.pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

berjalan ia cepat-cepat, ke rumah Labai Kari, sampai di pintu jenjang, bertemu dengan si Labai, ia akan pergi ke surau,di situ berkata mandeh Kalasun,

 “Tuan Labai Angku Kali, saya mau bicara dengan Angku, mengenai anak saya, meminta cerai dengan suaminya.”

 Belum selesai perkataan Rapiah, berkata pula Angku Kali, “Manalah kamu Rapiah, panggil kemari si Kalasun, boleh berkata tampak muka, seperti itu hukum syarak, tidak boleh orang lain.”

 Akan halnya Rapiah, mandeh kandung Siti Kalasun, berjalan berlari kecil, sampai di rumah masuk kamar, dipanggil anak keraskeras. “Tuan Labai menyuruh ke surau, segera anak berjalan!”

 Terkejut Siti Kalasun, langsung bangun dari tidur, diambil handuk besar, berjalan menunduk-nunduk ke surau, begitu sampai langsung duduk,duduk bersimpuh di depan Labai, Angku Kali dalam nagari, di situ berkata Angku Kali, “Mengenai suamimu, nan bergelar Sutan Sari Alam, begitu lama di rantau orang, tidak ada memberi nafkah, bagaimana pikiranmu Kalasun?”

 Berkata mandeh Kalasun, “Ia hendak minta cerai.”

 Mendengar kata mandeh Kalasun, marah Angku Kali, “Tidak Engkau nan ditanya, siapa orang nan ditanya, itu pula nan menjawab,” marah sekali Labai Kali.

 Mendengar kata seperti itu, merah muka si Rapiah, di situ menjawab Siti Kalasun, “Mengenai tentang suami saya, ia Sutan Sari Alam, dua musim tidak pulang, tidak ada memberi nafkah, jangankan memberi nafkah, surat sepotong tidak datang, pesan tidak berita pun tidak, seperti batu jatuh ke lubuk, hilang sehilangnya saja.”

 Mendengar kata si Kalasun, gelak bergumam mandehnya, berkata pula Angku Kali, “Untuk sekarang ini, apa nan engkau pikirkan, coba terangkan jelas-jelas, boleh didengar di hadapan saksi.”

63