berjalan ia cepat-cepat, ke rumah Labai Kari, sampai di pintu jenjang, bertemu dengan si Labai, ia akan pergi ke surau,di situ berkata mandeh Kalasun,
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]“Tuan Labai Angku Kali, saya mau bicara dengan Angku, mengenai anak saya, meminta cerai dengan suaminya.”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Belum selesai perkataan Rapiah, berkata pula Angku Kali, “Manalah kamu Rapiah, panggil kemari si Kalasun, boleh berkata tampak muka, seperti itu hukum syarak, tidak boleh orang lain.”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Akan halnya Rapiah, mandeh kandung Siti Kalasun, berjalan berlari kecil, sampai di rumah masuk kamar, dipanggil anak keraskeras. “Tuan Labai menyuruh ke surau, segera anak berjalan!”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Terkejut Siti Kalasun, langsung bangun dari tidur, diambil handuk besar, berjalan menunduk-nunduk ke surau, begitu sampai langsung duduk,duduk bersimpuh di depan Labai, Angku Kali dalam nagari, di situ berkata Angku Kali, “Mengenai suamimu, nan bergelar Sutan Sari Alam, begitu lama di rantau orang, tidak ada memberi nafkah, bagaimana pikiranmu Kalasun?”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Berkata mandeh Kalasun, “Ia hendak minta cerai.”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Mendengar kata mandeh Kalasun, marah Angku Kali, “Tidak Engkau nan ditanya, siapa orang nan ditanya, itu pula nan menjawab,” marah sekali Labai Kali.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Mendengar kata seperti itu, merah muka si Rapiah, di situ menjawab Siti Kalasun, “Mengenai tentang suami saya, ia Sutan Sari Alam, dua musim tidak pulang, tidak ada memberi nafkah, jangankan memberi nafkah, surat sepotong tidak datang, pesan tidak berita pun tidak, seperti batu jatuh ke lubuk, hilang sehilangnya saja.”
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Mendengar kata si Kalasun, gelak bergumam mandehnya, berkata pula Angku Kali, “Untuk sekarang ini, apa nan engkau pikirkan, coba terangkan jelas-jelas, boleh didengar di hadapan saksi.”
63