Halaman:Sistem Perulangan Bahasa Minangkabau.pdf/142

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

118

3. Alah dua urang anak-anak ambo di SMA.

'sudah dua orang anak-anak saya di SMA'
"Telah dua orang anak-anak saya di SMA

4. Anak-anak nan dibali ayah tu rancak

'anak yang dibeli ayah itu bagus
'Anak-anak yang dibeli ayah itu bagus'

Tes dekomposisi leksikal menunjukkan bahwa anak-anak pada kalimat (1) mempunyai ciri semantis [DEWASA), sedangkan anak pada kalimat (2), anak-anak pada kalimat (3), dan anak-anak pada kalimat (4) tidak memiliki ciri itu. Hal ini tidaklah berarti bahwa jika anak-anak pada kalimat (1) berciri [DEWASA], dengan sendirinya anak pada kalimat (2), anak-anak pada kalimat (3) dan (4) tidak mempunyai hubungan dengan kedewasaan. Selanjutnya, mari kita periksa contoh-contoh berikut.

Contoh:

5. Duo urang laki-laki bakarajo di sawah.

'dua orang laki-laki bekerja di sawah'
'Dua orang laki-laki bekerja di sawah.'

6. Kakak ambo alah duo urang lakinyo.

'kakak saya sudah dua orang lakinya.
"Kakak saya sudah dua orang lakinya'.

7. Kakak ambo alah duo urang laki-lakinyo

'kakak saya sudah dua orang laki-lakinya'
'Kakak saya sudah dua orang laki-lakinya.'

Perbedaan antara arti kata laki-laki dan laki sudah jelas ada. Yang perlu dijelaskan sekarang ialah yang menyangkut identitas kedua kata itu.


Kalau dibandingkan antara hubungan kata anak-anak pada kalimat (1) dan kata anak pada kalimat (2) dengan hubungan kata laki-laki dan laki, hubungan kedua gejala itu ternyata berbeda. Pada kata anak-anak dan anak, seperti dinyatakan di atas, terdapat hubungan identitas [DEWASA/dan identitas /DEWASA). Hubungan kata laki-laki dan laki lain halnya, kata yang kedua laki mempunyai asosiasi dengan kata pertama laki laki dalam hubungan bahwa arti laki hanya bermakna demikian bila yang menjadi laki itu mempunyai laki-laki sebagai jenis kelaminnya. Dengan kata lain, jenis kelamin /LAKI-LAKI/tidak mengacu kepada laki.