Halaman:Sistem Perulangan Bahasa Minangkabau.pdf/135

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

111

Bentuk kaitam-itaman 'kehitam-hitaman' dan kapadusi-padusian 'keperempuan-perempuanan' dapat juga diikuti oleh kata bana sehingga menjadi keitam-itaman bana 'kehitam-hitaman benar' dan kapadusi padusian bana 'keperempuan-perempuan benar”. Dengan demikian, secara formulistik kesimpulan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

((KS + Int.)) ((-MU)) —> a) ((KS + (-MU) + Int.))
     b) ((KS + Int. + (-MU)

2.2.3.2.2 ((KS + KB))

Contoh :

120. Adiaknvo sakik paruik.
'adiknya-sakit perut'
'Adiknya sakit perut.'

121. Paja tu demam puyuah
'anak itu demam puyuah'
'Anak itu demam puyuh.

122. Inyo elok baso.
'dia baik budi'
'Dia baik budi.'

Frase sakik paruik (1), damam puyuah (2), dan elok baso (3) dapat berubah menjadi sakik-sakik paruik, dumam-damam puyuah, dan elok-elok baso. Dengan kata lain, unsur KS dapat mengalami perulangan. Akan tetapi, unsur KB tidak dapat diperlakukan seperti itu. Ini, berarti tidak ditemui bentuk-bentuk, seperti sakik paruik-paruik atau damam puyuah-puyuah. Bentuk elok baso dapat menjadi elok-haso-baso yang pemunculannya didahului oleh kata indak 'tidak' sehingga menjadi indak elok baso-baso. Perulangan baso menjadi baso-basi mengubah arti semula, 'budi' menjadi 'malu-malu'. Indak elok baso-baso artinya tidak baik malu-malu atau segan-segan. Dengan demikian, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur KB pada ((KS + KS)) sama sekali tidak dapat mengalami perulangan dengan rumus :

((KS + KB + (MU) —> (KS) + (-MU) + KB))