Halaman:Sistem Perulangan Bahasa Minangkabau.pdf/119

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

95

termasuk kelompok As yang diperkenalkan di atas agaknya dapat dikatakan bahwa kata sadang lah satu-satunya yang tidak pernah mengalami perulangan dalam bentuk apapun. Berdasarkan uraian di atas, secara kuantitatif dapat dinyatakan bahwa unsur As dapat mengalami perulangan kecuali untuk kata alah, yang mempunyai kasus tertentu, di samping kata sadang yang tidak pernah mendapat perulangan.


Berkenaan dengan unsur kedua. KK sama saja keadaannya dengan KK yang dibicarakan pada bagian-bagian terdahulu. Unsur KK dengan kata lain selalu terbuka untuk perulangan dengan syarat unsur As tidak mengalami perulangan.

Rumusannya kira-kira sebagai berikut.

((As + KK)) + ({6-MU}} → a) ((As + (-MU} + KK))
b) ((As + KK + {-MU}})


2.2.2.1.3 ((KKet + KK))

Kata keterangan yang termasuk kelompok ini ialah KKet yang menunjukkan frekuensi, seperti acok 'sering', taruih 'terus', jarang 'jarang', dan biaso 'biasa".

Bentuk perulangan yang mungkin dialami oleh frase KKet + KK ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Kata keterangan dapat mengalami perulangan yang berfungsi intensitas, seperti acok-acok pai 'sering-sering pergi' taruih-taruih datang 'terus-terus datang', jarang-jarang batamu jarang-jarang bertemu' dan biaso-biaso datang datang seperti biasa.

2) Kata kerja dapat mengalami perulangan bila unsur KKet tidak mengalami perulangan, seperti acok-acok pai, 'taruih datang-datang. dan jarang batamu-tamu. Perulangan KK di sini biasanya berfungsi sebagai penanda kuantitatif.

3) Yang tidak dijumpai ialah perulangan yang dialami oleh kedua unsur pada waktu yang bersamaan.

Rumus kesimpulan itu secara formulistik adalah sebagai berikut:

((KKet + KK)) + ({6-MU}} →→ a) ((KKet + {-MU} + KK))
b) ((KKet + KK))


2.2.2.2 ((KK + K))

Ada enam macam unsur K yang dapat menempati gatra K pada pola ((KK + K)). Unsur-unsur tersebut ialah KB, KK, KKet. KS. KBil dan