Halaman:Si Umbut Muda.pdf/73

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berlimau purut hamba dahulu.
Berguru kepalang adjar,
bagai bunga kembang tak djadi,
berbalik surut hamba dahulu.

Hamba 'kan balik mengadji — izinkan hamba — lepas dengan hati sutji — lepas dengan muka djerih:

Selasih diparak ubi,
hamba minta dipatahkan,
rotan ditarik orang Pauh,
entah berduri entah tidak.
Kasih adik selama ini,
hamba minta direlakan,
badan djika terdorong djauh,
entah kembali entah tidak.

Dengarkan sebuah lagi — supaja dua pantun seiring:

O adik, keladang adik,
keladang mudik kelurah,
bajur tak berputjuk lagi.
O adik, tergemang adik,
'lah hilang ajam pengerumah,
bendul tak berluluk lagi!”

Menangis si Gelang Banjak — menangis meraung pandjang — mengempas-empaskan badan —meletjut-letjutkan diri — meruntas-runtasi rambut — didengkung dada nan djadjai —mengesan djari nan sepuluh — sebelas dengan bentuk tjintjin. „O tuan, tuan Umbut Muda!” katanja si Gelang Banjak

74